Kompas TV internasional kompas dunia

Ada Cerita Lain dari Perpecahan Etnis Serbia Albania di Kosovo

Kompas.tv - 3 Desember 2020, 04:12 WIB
ada-cerita-lain-dari-perpecahan-etnis-serbia-albania-di-kosovo
Fadil Rama (54), seorang muslim Albania tengah memberi secangkir air minum pada Blagica Dicic (92), seorang perempuan tua etnis Serbia Kosovo di rumahnya di desa Vaganesh, Kosovo. Foto diambil pada 19 November 2020. (Sumber: AP Photo / Visar Kryeziu)
Penulis : Vyara Lestari

Perang yang berlangsung di bekas provinsi Serbia telah menewaskan lebih dari 10.000 jiwa – sebagian besar etnis Albania – dan berakhir setelah pemboman Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memaksa Serbia menarik mundur tentaranya yang memerangi pemberontakan etnis Albania.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menguasai wilayah tersebut selama 9 tahun sebelum Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya di tahun 2008, yang tidak diakui Serbia. Hubungan antara Beograd dan Pristina masih tetap tegang hingga kini.

Baca Juga: Kosovo Terapkan Karantina Wilayah Pasca Peningkatan Kasus Positif Corona

Rama, yang memiliki toko kelontong kecil, sudah mengenal Dicic sejak ia masih kanak-kanak. Dicic selalu memberi anak-anak desa Strezovce, termasuk Rama, hadiah permen dan gula-gula, juga saat perang sekalipun.  

“Ia perempuan yang baik sebelum, selama dan sesudah perang. Ia memperlakukan kami seperti anak-anaknya sendiri,” ujar Rama melukiskan Dicic. “Saat tahu bahwa ia tinggal sendirian di sini, saya merasa kasihan, jadi saya ingin balas budi.”

“Politik Beograd atau Pristina bukan urusan kami. Di sini, kami saling membantu satu sama lain,” ujar Rama.

Membawa bahan makanan dari toko kelontongnya, Fadil Rama berjalan menuju desa Vaganesh untuk mengunjungi Dicic. Foto diambil pada 19 November 2020. (Sumber: AP Photo / Visar Kryeziu)

Sejak pandemi Covid-19 pada Maret lalu, Rama mengunjungi Dicic dua kali dalam seminggu untuk membawakan makanan. Rama juga membersihkan kamar dan memasak untuk Dicic.

Menurut Rama, tak ada yang aneh dengan apa yang dilakukannya terhadap seorang perempuan tua Kristen Ortodoks Serbia. Para tetangganya pun mengiyakan.

“Apa ada masalah dengan membantu seorang perempuan tua Serbia? Memangnya kenapa?” ujar dua pria di desa Strezovce balik bertanya. "Itu perbuatan terpuji .”

Sejak perang berkecamuk, desa Vaganesh tidak memiliki akses air minum. Biasanya, Dicic berjalan kaki ke desa Strezovce untuk membeli air dan kebutuhan pokok lainnya. Namun, kini tubuhnya terlalu lemah dan renta.

Menurut Rama, kini para penggembala sekitar yang mendengar aksinya membantu Dicic, mengikuti teladannya. Mereka juga mengunjungi Dicic secara teratur untuk mengecek kondisi kesehatannya, membawakan air atau makanan.

Rama juga mengabari putra Dicic, Slobodan dan berjanji bahwa ia akan mengurus Dicic hingga akhir hayatnya dengan seluruh kemampuannya. “Saya tidak akan meninggalkannya sendiri,” pungkas Rama.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x