Kompas TV internasional kompas dunia

Sputnik V, Vaksin Covid-19 Rusia Tampil Makin Mencuat Ditengah Kemelut Pasokan Vaksin Dunia

Kompas.tv - 7 Februari 2021, 06:45 WIB
sputnik-v-vaksin-covid-19-rusia-tampil-makin-mencuat-ditengah-kemelut-pasokan-vaksin-dunia
Dalam foto yang dirilis oleh Imam Khomeini Airport City ini, vaksin Sputnik V COVID-19 buatan Rusia turun dari pesawat di Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran, Kamis, 4 Februari 2021. Ditengah kemelut produksi dan distribusi vaksin negara-negara Barat, vaksin buatan Rusia, Sputnik V tampil spektakuler menyusul kesimpulan ilmiah dari kajian independen vaksin tersebut yang diterbitkan dalam jurnal kesehatan The Lancet, 01 Februari 2021.  (Sumber: Saeed Kaari/IKAC via AP)
Penulis : Edwin Shri Bimo

Tiga hari kemudian, Presiden Bolivia Luis Arce secara pribadi menerima pengiriman vaksin Sputnik V di bandara La Paz.

Amerika Latin membuktikan diri sebagai rahim yang subur untuk menebar pengaruh politik global.

Argentina, yang berjuang mendapatkan pasokan vaksin, memulai program vaksinasi massal setelah menerima lebih dari setengah juta dosis Sputnik V pada Januari lalu.

Baca Juga: Aljazair Mulai Program Vaksinasi dengan Vaksin Sputnik V Buatan Rusia

Nikaragua, Paraguay dan Venezuela menyusul Argentina dengan melaksanakan vaksinasi massal menggunakan Sputnik V.

Di Brasil, pasar terbesar di kawasan itu, keputusan yang diumumkan pada 3 Februari untuk membatalkan persyaratan uji coba fase tiga dapat mempercepat persetujuan darurat penggunaan vaksin Sputnik V.

Guinea di Afrika menjadi negara Afrika pertama yang mulai menggunakan Sputnik V pada bulan Desember tahu lalu.

Guinea berharap mendapatkan 1,6 juta dosis tahun ini dan juga dalam pembicaraan tentang memperoleh vaksin China, bersama dengan suntikan AstraZeneca.

Baca Juga: Macron Curiga dengan Vaksin Covid-19 dari China, Ingatkan Risikonya

Zimbabwe, Republik Afrika Tengah, dan Pantai Gading adalah pelanggan potensial lainnya untuk Rusia.

"Kami tidak dalam posisi di mana kami mampu mengatakan tidak untuk vaksin manapun. Kami telah memilih vaksin Pfizer, tetapi kami juga mencari vaksin lain," kata Profesor Joseph Benie, pejabat Pantai Gading. "Ada urgensi saat ini untuk mulai menyuntik vaksin." seperti dikutip dari Bloomberg.

Tidak seperti vaksin Pfizer/BioNTech yang harus disimpan di lemari es super dingin, Sputnik V dapat disimpan di lemari es biasa, sehingga lebih mudah untuk diangkut dan didistribusikan di negara-negara yang lebih miskin dan lebih panas maupun lembap.

Harga Sputnik V adalah 20 dollar AS untuk dua dosis vaksin, jauh lebih murah dibanding vaksin-vaksin keluaran negara Barat. Walaupun sedikit lebih mahal dari vaksin AstraZeneca, Sputnik V punya kemanjuran yang lebih tinggi dibanding vaksin buatan Inggris itu.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Turut Berdukacita atas Jatuhnya Sriwijaya Air

Untuk negara seperti Iran, yang menerima batch pertama dari 2 juta dosis yang dijanjikan minggu ini, Rusia menawarkan alternatif politik yang lebih enak daripada pemasok Barat.

Tetapi Rusia juga membuat terobosan ke negara-negara seperti Uni Emirat Arab, yang secara tradisional dekat dengan AS dan telah menyetujui penggunaan Sputnik V.

China, yang vaksinnya berkisar 50 persen efikatif untuk vaksin buatan Sinovac Biotech, sejauh ini tetap memimpin di Asia.

Baru sedikit negara Asia memilih Sputnik V, diantaranya adalah Filipina yang sedang dalam pembicaraan untuk membeli 25 juta dosis.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Pesan Vaksin Covid-19 Dalam Skala Besar

Namun apakah harta karun terbesar yang didapat Rusia dari kesuksesan tingkat efikasi Sputnik V? nah ini dia.

Regulator obat-obatan Eropa sudah memulai pengkajian atas permintaan otorisasi dan izin penggunaan darurat vaksin Sputnik V setelah Jerman berjanji untuk membantu mempercepat proses tersebut.

Pada situasi dimana para pembuat keputusan Uni Eropa mumet atas lambannya produksi dan pasokan vaksin mereka, Kanselir Jerman Angela Merkel hari Selasa lalu mengatakan vaksin Rusia dapat digunakan untuk melindungi ratusan juta rakyat di Eropa selama disetujui oleh Regulator Obat-obatan Eropa, European Medicines Agency.

Terlepas dari itu, Hongaria telah memberikan persetujuan darurat dan sudah menandatangani kesepakatan untuk 2 juta dosis Sputnik V dengan 40.000 dosis pertama dikirimkan pada hari Selasa depan.

Baca Juga: Vladimir Putin Peringati Ritual Kristen Ortodoks dengan Berendam di Kolam Es

Persetujuan penggunaan darurat dari Uni Eropa mungkin akan memakan waktu beberapa bulan karena ada kebutuhan untuk mengirimkan data terperinci, tutur kepala editor The Lancet Richard Horton kepada QuickTake Bloomberg. "Saya pikir vaksin Rusia ini akan segera tersedia," tapi "tidak cepat," katanya.

Rusia sudah menyatakan mereka berambisi memproduksi vaksin untuk 700 juta orang tahun ini, yang mungkin artinya adalah 1,4 miliar dosis vaksin Sputnik V.

Di tengah ambisi tersebut Rusia pun menghadapi kendala produksi, kata Kirill Dmitriev.

Baca Juga: Peneliti: Terinfeksi Covid-19 Bikin Alat Vital Pria Tak Semantap Dahulu, Vaksin Makin Dicari?

"Kami harus realistis. Mengingat komitmen kami kepada negara lain, kami tidak akan bisa memasok ke Eropa sebelum bulan Mei, selain Hongaria, "kata Dmitriev dari RDIF.

Tetap saja, vaksin itu memberikan keuntungan bagi Putin dan Rusia.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengucapkan selamat kepada Rusia atas keberhasilan tingkat efikasi vaksin Sputnik V.

Padahal, Borrell datang ke Rusia untuk memprotes penahanan tokoh oposisi Alexei Navalny oleh aparat keamanan Rusia.

"Ini kabar baik bagi seluruh umat manusia," kata Josep Borrell. "Artinya, kita semua akan memiliki lebih banyak alat untuk menghadapi pandemi."



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x