Kompas TV internasional kompas dunia

Hasil Penyelidikan: Kecelakaan yang Menewaskan Kobe Bryant Karena Kesalahan Pilot

Kompas.tv - 10 Februari 2021, 05:19 WIB
hasil-penyelidikan-kecelakaan-yang-menewaskan-kobe-bryant-karena-kesalahan-pilot
Bintang bola basket Kobe Bryant dengan anaknya Gianna Bryant dalam dokumentasi foto 26 Juli 2018. Kobe dan putrinya meninggal dalam kecelakaan helikopter, 26 Januiar 2020. Kini penyelidik menyimpulkan, kecelakaan terjadi karena kesalahan pilot. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu

LOS ANGELES, KOMPAS.TV – Pilot yang mengemudikan helikopter yang ditumpangi bintang bola basket Kobe Bryant, dinyatakan telah melanggar aturan terbang saat cuaca buruk. Ia tetap memutuskan terbang meski dalam kondisi cuaca buruk. Hal ini mengakibatkan helikopter memasuki awan tebal dan jatuh di lereng bukit  

Penyelidik dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (The National Transportation Safety Board/NTSB) menyatakan, kecelakaan itu sebenarnya dapat dicegah. Pilot yang menerbangkan helikopter merupakan pilot berpengalaman, dan perusahaan penyewaan helikopter dinyatakan sebagai tempat penyewaan yang aman.

Penyelidik secara resmi menyimpulkan kecelakaan yang merenggut nyawa Kobe, putrinya, pilot dan enam orang lainnya disebabkan oleh keputusan pilot yang salah, karena tetap melanjukan perjalanan.

Baca Juga: Pemerintah Orange County California Tetapkan 24 Agustus Sebagai Hari Kobe Bryant

"Bahkan pilot yang baik bisa berakhir dalam situasi yang buruk," kata Ketua NTSB Robert Sumwalt, seperti dikutip dari CNN, Rabu (10/2/2021).

Sumwalt menggambarkan kecelakaan itu sepenuhnya dapat dicegah. Ia mengatakan, helikopter sebenarnya bisa mendarat di bandara terdekat, atau bahkan di tempat parkir, sebelum memutuskan untuk memasuki awan. Bandara terdekat diketahui hanya berjarak sekitar 12 mil dari tempat kejadian.

Helikopter yang membawa Kobe diketahui tidak memiliki black box. Karena itu, penyidik merekomendasikan kebijakan yang dapat berdampak jangka panjang dalam keselamatan penerbangan carter.

Mereka merekomendasikan lebih banyak helikopter yang memiliki black box. Selain itu, mereka juga merekomendasikan peningkatan pelatihan keselamatan untuk pilot helikopter, tentang bagaimana menghindari terbang secara tidak disengaja ke dalam awan.

Baca Juga: Menangis saat Kenang Kobe Bryant, Michael Jordan: Separuh Diri Saya Mati

Teks pra-penerbangan diketahui telah memperingatkan tentang cuaca saat itu. Catatan juga menunjukkan, pilot Kobe Bryant menjadi bingung dalam kabut yang menghadang perjalanan mereka.

Kini tanggung jawab karena jatuhnya helikopter ini dijatuhkan pada regulator di Federal Aviation Administration, serta perusahaan pemilik helikopter, untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut.

Sumwalt mengatakan, dia dan rekan-rekannya akan terus mendorong agar rekomendasi tersebut dilaksanakan.

FAA menanggapi rekomendasi tersebut dengan mengatakan, akan menanggapi rekomendasi NTSB dengan sangat serius dan akan menjawabnya dalam waktu 90 hari.

Helikopter yang ditumpangi Kobe Bryant tidak membawa data perekam suara dan memang helikopter tidak diwajibkan untuk membawanya. Helikopter itu sebenarnya dibuat dengan perekam suara, namun perusahaan pemiliknya, Island Express, telah melepas perangkat itu.

“Kami menggunakan istilah bahwa helikopter itu jatuh. Kami tidak menggunakan istilah kecelakaan helikopter,” kata Wakil Ketua NTSB Bruce Landsberg. "Kecelakaan terjadi karena sesuatu yang tidak terduga. Namun kejadian ini dapat diprediksi, jika Anda mau. Tapi sayangnya ini tidak terjadi."

Penyelidik mengatakan, pilot Island Express Ara Zobayan mungkin merasakan tekanan untuk bisa tetap memberi pelayanan yang baik pada kliennya yang terkenal, Kobe Bryant, sehingga memaksakan terbang di tengah kondisi cuaca yang buruk.

Baca Juga: Mengenang Kobe Bryant dan Gigi, California Pampang Mural Besar

Zobayan diketahui bersahabat sangat dengat dengan Kobe. Pnyelidik Dujuan Sevillian mengatakan, jenis hubungan seperti ini dapat menyebabkan tekanan untuk terbang, bahkan dalam kondisi yang beresiko.

Para penyelidik mengatakan, pilot memasuki wilayah yang digambarkan para saksi seperti "dinding awan". Kemungkinan pilot menjadi bingung karena mereka memasuki lereng bukit yang tertutup awan. Pilot menyebut jenis kebingungan spasial sebagai disorientasi.

Kecelakaan yang menewaskan legenda bola basket asal Amerika Serikat, Kobe Bryant, terjadi pada 26 Januari 2020. Saat itu, Kobe akan mengantarkan putrinya, Gianna Bryant ke Mamba Sports Academy miliknya.

Hasil penyelidikan juga menunjukkan, tidak ada tanda-tanda kerusakan helikopter sebelum diterbangkan. Selain itu, pilot juga tidak tidak dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x