Kompas TV internasional kompas dunia

Persidangan Virtual Aung San Suu Kyi Ditunda Akibat Pemutusan Internet oleh Junta Militer

Kompas.tv - 15 Maret 2021, 19:19 WIB
persidangan-virtual-aung-san-suu-kyi-ditunda-akibat-pemutusan-internet-oleh-junta-militer
Demonstran Myanmar mendesak pembebasan Aung San Suu Kyi dan penghentian kudeta militer. Para pengunjuk rasa terus melakukan protes meski menghadapi kekerasan aparat. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Deni Muliya

YANGON, KOMPAS.TV - Pemimpin partai berkuasa sekaligus kanselir Myanmar Aung San Suu Kyi mestinya menjalani persidangan virtual pada Senin hari ini (15/3/2021).

Namun, pengadilan menundanya karena adanya pemutusan internet oleh dewan militer Myanmar.

Mengutip Straits Times, sesi dengar pendapat persidangan Suu Kyi akan kembali berlanjut pada 24 Maret 2014.

Pengacaranya, Khin Maung Zaw juga mengatakan, pemerintahan militer hanya mengizinkan Suu Kyi menghadapi kasus hukumnya bersama dua pengacara junior.

Suu Kyi terjerat pidana terkait dugaan kepemilikan dan impor walkie-talkie ilegal.

Aparat juga menuduh Suu Kyi melanggar protokol Covid-19.

Ia menjadi tahanan rumah sejak militer Myanmar melakukan kudeta pada awal Februari 2021.

Baca Juga: Sebanyak 116 Orang yang Melarikan Diri Dari Myanmar Tiba di India

Masyarakat Myanmar mendesak dewan militer membebaskan Suu Kyi dan mengakhiri kudeta militer selama 6 minggu berturut-turut.

Namun, aparat terus melakukan represi pada warga yang melakukan demo dan pembangkangan sipil.

Pada Minggu (14/3/2021), aparat menembak mati setidaknya 44 orang masyarakat sipil.

Ini adalah hari paling berdarah sejak awal kudeta militer.

Menurut asosiasi tahanan politik (AAPP), korban tewas karena kekerasan aparat ini melampaui 120 jiwa.

Junta Myanmar juga telah menetapkan darurat sipil di Mandalay dan 6 kota di Provinsi Yangon sejak Minggu.

Pemberlakuan darurat militer itu muncul setelah China melaporkan pabrik-pabrik mereka di area tersebut menjadi target demonstran.

Para demonstran percaya China memberikan dukungan kepada militer di Myanmar, tetapi tidak jelas siapa yang berada di balik serangan pada hari Minggu itu.

Selama akhir pekan, tentara dan polisi terlihat dengan tenang menembakkan senjata mereka langsung ke kerumunan demonstran.

Mereka juga menyeret jasad dan para demonstran yang terluka tanpa memikirkan kondisi korban.

Baca Juga: Pemerintah Sipil Myanmar Bersumpah Gulingkan Kepemimpinan Junta Militer dengan Revolusi

Aparat juga terlihat menghina warga sipil dalam berbagai video yang beredar di media sosial, seperti menggertak demonstran dengan senjata.

Jonathan Head, koresponden BBC untuk wilayah Asia Tenggara menyebut aparat Myanmar seperti sedang berperang.

“Militer melancarkan perang melawan penduduknya sendiri,” tulis Head.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x