Kompas TV internasional kompas dunia

Lomba Lari Maraton Berujung Petaka di China, 21 Pelari Tewas karena Cuaca Ekstrem dan Longsor

Kompas.tv - 23 Mei 2021, 15:11 WIB
lomba-lari-maraton-berujung-petaka-di-china-21-pelari-tewas-karena-cuaca-ekstrem-dan-longsor
Para petugas penyelamat bersiap melakukan penyelamatan untuk peserta lomba lari maraton yang hilang karena cuaca dingin dan longsor. (Sumber: Xinhua Via AP)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Zaki Amrullah

GANSU, KOMPAS.TV - Cuaca ekstrem serta longsor membuat lomba lari maraton di China berujung dengan petaka yang menimpa pesertanya.

Dilaporkan setidaknya 21 orang pelari tewas karena cuaca ekstrem yang menyebabkan hujan es dan udara dingin, yang kemudian menyebabkan longsor.

Para pelari tersebut ambil bagian pada perlombaan ultramaraton di Kota Baiyin, Provinsi Gansu, China, Sabtu (22/5/2021).

Baca Juga: Pfizer dan AstraZeneca Disebut Efektif Hadapi Varian India Covid-19 setelah Disuntik Dua Dosis

Lomba lari marathon itu dimulai di lokasi wisata di sebuah tikungan di Sungai Kuning yang merupakan sungai tepanjang kedua di China.

Rute lari maraton tersebut akan membawa pelari melalui ngarai yang dalam dan terjal.

Perlombaan maraton dimulai pada Sabtu pagi dan diikuti oleh 172 pelari.

Menurut foto yang diposting di akun media sosial Hutan Batu Sungai Kuning di daerah Jingtai, langit saat itu tengah mendung.

Baca Juga: Duh, Sedikitnya 100 Pendaki Gunung Everest Diperkirakan Tertular Covid-19!

Pejabat Baiyin pada jumpa pers, Minggu (23/5/2021), mengungkapkan sekitar tengah hari, bagian pegunungan dari perlombaan itu dilanda hujan es dan angin kencang.

Hal itu membuat suhu menjadi sangat dingin dan menyebabkan terjadinya longsor.

Kondisi tersebut rupanya berakibat fatal dan membuat 21 orang yang merupakan peserta maraton tewas, selain tertimpa longsor juga karena kedinginan.

“Pada satu titik, saya tak bisa merasakan jari saya (karena sangat dingin). Pada saat yang sama, lidah saya juga membeku,” tutur salah seorang peserta kepada Red Star News, seperti dikutip dari Daily Star.

“Saya mencoba kembali untuk menuruni hutan, dan memasuki kabin yang ditunjukkan oleh penyelamat,” tambahnya.

Ia mengatakan, saat itu sudah ada lebih dari 10 pelari yang juga turun lebih dulu, dan mereka menunggu penyelamat sekitar satu jam.

Peserta itu mengungkapkan setelahnya sekitar 50 pelari datang dan juga berlindung di kabin tersebut.

Baca Juga: Meski Katanya Gencatan Senjata, Nelayan Gaza: “Kami Ditembaki dan Wilayah Laut Kami Dibatasi”

Seperti dilaporkan Xinhua, sekitar 151 peserta dinyatakan telah selamat pada Minggu, termasuk yang cedera.

Hingga Minggu siang dikabarkan ada delapan orang yang mengalami cedera.

Pencarian besar-besaran sempat dilakukan karena beberapa peserta dilaporkan menghilang, dengan mengerahkan 1.200 petugas penyelamat.

Para penyelamat juga dibantu dengan drone dengan gambaran panas, detektor radar, serta alat penghancur.

Baca Juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar Ungkap Kondisi Aung San Suu Kyi

Saat pencarian di malam hari, suhu sempat menurun dan membuat pencarian menjadi sulit.

Akhirnya pelari terakhir yang dilaporkan hilang ditemukan telah tewas pada Minggu pagi.

Longsor yang diakibatkan cuaca ekstrim juga sempat menyulitkan kinerja para penyelamat dalam melakukan penyelamatan.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x