Kompas TV internasional kompas dunia

ISIS-K Afghanistan Digempur Drone, Tentara Veteran Amerika Beberkan Kemungkinan AS Pelihara Perang

Kompas.tv - 30 Agustus 2021, 20:27 WIB
isis-k-afghanistan-digempur-drone-tentara-veteran-amerika-beberkan-kemungkinan-as-pelihara-perang
Tentara Amerika Serikat saat perang. (Sumber: Dok. Angkatan Darat AS via Tribunnews.com/Ryan Lucas)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Hariyanto Kurniawan

“Ada dua kemungkinan: apakah mereka (Taliban) mengontrol masyarakat sekitar atau masyarakat lebih menyukai mereka daripada kita. Bagaimanapun, selama itu benar, kami tidak bisa menang,” urai Sjursen.

Sebab itu, alih-alih terus berperang, Sjursen ingin Amerika Serikat menghentikan perang dan mengurangi anggaran Departemen Pertahanan atau Pentagon.

Akan tetapi, politikus Amerika terus menambah anggaran Departemen Pertahanan. Terbaru, anggaran pertahanan nasional Amerika akan mencapai USD777,9 miliar pada 2022.

Angka itu naik sekitar USD24 miliar dari anggaran pertahanan pada 2021 sebesar USD753 miliar.

“Sekarang kita menghentikan Perang Afghanistan, tapi Presiden Joe Biden baru saja akan mendapat penambahan anggaran Pentagon,” kata Sjursen.

“Tak peduli berapa banyak musuh kita, anggaran Pentagon terus naik,” imbuhnya.

Sjursen menyebut, pemerintah Amerika selalu memunculkan ancaman baru. Tak hanya itu, pemerintah Amerika juga menyiapkan taktik sendiri untuk berperang terhadap ancaman baru itu di masa depan.

Baca Juga: Sosok Wapres Afghanistan Amrullah Saleh Penantang Taliban, Selamat dari Bom hingga Direkrut CIA

“Amerika tidak menghentikan perang, kami melunakkannya dan membuat perang makin tidak terlihat. Formula barunya sederhananya adalah drone, tentara bayaran, kontraktor militer swasta,” jelas Sjursen.

Penjelasan Sjursen ini sesuai dengan kenyataan di lapangan di mana beberapa hari terakhir militer Amerika melakukan serangan drone pada ISIS-K jelang tenggat penarikan pasukan dari Afghanistan.

Lebih lanjut, Sjursen menduga pemerintah Amerika akan menjalankan perang dengan menggunakan tentara sewaan berjumlah lebih kecil.

“Komando yang sedikit, mungkin ratusan atau ribuan komando, tetapi bukan kesatuan tentara yang kami punya di Irak dan Afghanistan,” kata Sjursen.

Amerika juga kemungkinan melakukan perang lewat agen CIA dan proksi, seperti panglima perang, diktator korup, dan milisi etnis setempat.

“Jika kamu ingin melanjutkan perang selamanya dan mendapatkan untung dari perang, hal yang bagus adalah perang semacam itu tidak sering muncul di headline media. Politikus tidak perlu secara khusus mengkhawatirkannya,” ungkap Sjursen.

Ia memperingatkan keberadaan pihak-pihak penghasut dan pengeruk untung dari perang.

“Penghasut dan pihak yang mengambil untung dari perang belajar sesuatu dari Irak dan Afghanistan, bukan bahwa kita harusnya tidak berperang. Apa yang mereka pelajari adalah kita harus berperang dengan cara yang tidak terlihat oleh masyarakat dan tidak berisiko secara politik,” ujarnya.

Baca Juga: Serangan Roket Hujani Bandara Kabul Afghanistan di Tengah Evakuasi Warga

 



Sumber : NowThis News



BERITA LAINNYA



Close Ads x