Kompas TV internasional kompas dunia

Media Dunia Heboh atas Temuan Harta Karun Swarnadwipa Kerajaan Sriwijaya di Dasar Sungai Musi

Kompas.tv - 24 Oktober 2021, 15:49 WIB
media-dunia-heboh-atas-temuan-harta-karun-swarnadwipa-kerajaan-sriwijaya-di-dasar-sungai-musi
Perhiasan cincin, giwang dan mata kalung yang seluruhnya terbuat dari emas dan dibuat dengan cara kuno, bertuliskan kode dan abjad kuno, ditemukan di dasar sungai Musi (Sumber: Wreckwatch Magazine)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

PALEMBANG, KOMPAS.TV - Apakah awak nelayan Sumatera sudah menemukan Pulau Emas Sumatera yang selama ini hanya ada dalam dongeng?

Harta karun senilai jutaan dolar AS yang telah ditemukan lima tahun terakhir di Sungai Musi bisa jadi adalah situs Sriwijaya dan dongeng pulau emas dari awal abad pertengahan.

Tempat itu adalah kerajaan yang sangat terkenal di zaman kuno sebagai Pulau Emas, atau Swarnadwipa, sebuah peradaban dengan kekayaan tak terbayangkan yang selalu dicoba untuk ditemukan oleh para penjelajah dunia setelah kerajaan itu menghilang dari sejarah sekitar awal abad ke-14. Namun seluruh pencarian berujung sia-sia dan tidak dapat dijelaskan.

Situs Sriwijaya mungkin akhirnya ditemukan oleh kru nelayan lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi dekat Palembang di pulau Sumatera, Indonesia.

Baca Juga: Wow, Penyelam Amatir Menemukan Harta Karun Romawi Saat Bersihkan Sampah di Laut

Patung Buddha yang terbuat dari perunggu dan emas bertatahkan ratusan batu mulia yang ditemukan di dasar Sungai Musi. (Sumber: Wreckwatch Magazine)

Hasil penyelaman mereka yang luar biasa adalah harta karun mulai dari patung Buddha abad ke-8 yang seukuran aslinya dan bertatahkan berbagai batu permata berharga yang ditaksir bernilai jutaan poundsterling, hingga temuan emas permata yang hanya layak untuk seorang raja diraja.

Dr Sean Kingsley, seorang arkeolog maritim Inggris, seperti dilansir Guardian, Jumat (22/10/2021), mengatakan, “Dalam lima tahun terakhir, hal-hal luar biasa muncul. Koin dari semua periode, patung emas Buddha, permata, batu mulia, dan segala macam hal yang mungkin hanya bisa Anda bayangkan di dongeng seperti kisah pelaut Sinbad, yang Anda selama ini kira kisah semacam itu khayalan belaka. Itu benar-benar nyata.”

Kingsley menggambarkan harta karun itu sebagai bukti definitif bahwa Sriwijaya adalah “dunia air”, orang-orangnya tinggal di sungai seperti manusia perahu modern, seperti yang dicatat oleh teks-teks kuno, “Ketika peradaban berakhir, rumah-rumah kayu, istana, dan kuil-kuil mereka semua tenggelam bersama semua barang-barang dan harta mereka.”

Kingsley menjabarkan, “Melayang dalam air di atas buaya yang berseliweran, para nelayan lokal, manusia laut modern Sumatera, akhirnya menguak rahasia Sriwijaya."

Baca Juga: Harta Karun Bawah Laut Digarap Asing, Pemerintah: Hanya Boleh Dipamerkan

Temuan cincin emas kuno, giwang, manik-manik terbuat dari batu mulia, dan berbagai perhiasan emas kuno berharga ditemukan di dasar Sungai Musi, diduga peninggalan sepenggal masa dari kerajaan Sriwijaya (Sumber: Guardian/Wreckwatch Magazine)

Hasil penelitian itu akan diterbitkan dalam edisi terbaru majalah Wreckwatch, yang diedit oleh Kingsley.

Studi Sriwijaya merupakan bagian dari publikasi musim gugur setebal 180 halaman yang berfokus pada Tiongkok dan Jalur Sutra Maritim.

Kingsley mencatat, pada puncaknya, Sriwijaya menguasai arteri Jalan Sutra Maritim, pasar kolosal di mana barang-barang lokal, Cina dan Arab diperdagangkan, “Sementara dunia Mediterania barat memasuki zaman kegelapan di abad kedelapan, salah satu kerajaan terbesar di dunia muncul di peta Asia Tenggara," yaitu Sriwijaya yang terkenal seantero bumi berada di pulau Emas, atau Swarnadwipa.

Selama lebih dari 300 tahun penguasa Sriwijaya menguasai jalur perdagangan antara Timur Tengah dan kekaisaran Cina.

"Sriwijaya menjadi persimpangan internasional untuk produk terbaik zaman itu. Penguasanya mengumpulkan kekayaan legendaris," tutur Kingsley.

Dia menulis, “Dari perairan dangkal muncul emas dan permata berkilauan yang hanya klop dengan kerajaan terkaya ini, mulai dari alat perdagangan dan senjata perang hingga peninggalan agama."

Baca Juga: Inilah Harta Karun Mineral Afghanistan Senilai 1 - 3 Triliun Dolar AS yang Diincar Banyak Negara

Penyelam lokal di sungai Musi hanya mengenakan saluran oksigen dan pemberat rantai untuk menjelajah dasar sungai Musi dan mencari harta karun pulau emas dari masa awal kerajaan Sriwijaya (Sumber: Guardian/Wreckwatch Magazine)

Dari kuil-kuil dan tempat-tempat pemujaan yang hilang, muncul patung-patung Buddha perunggu dan emas, pengetuk pintu kuil perunggu berhias wajah Kala, sang Iblis dalam dunia kuno, atau dalam legenda Hindu adalah kepala Rahu yang mengaduk-aduk lautan untuk membuat ramuan keabadian.

Ditemukan juga lonceng biarawan perunggu dan cincin upacara emas bertatahkan batu rubi dan dihiasi dengan tongkat vajra emas bercabang empat, simbol Hindu untuk petir, senjata pilihan para dewa.

“Pedang dengan gagang terbuat dari emas yang indah akan menghiasi hari-hari kerajaan, sementara cermin perunggu dan ratusan cincin emas, banyak yang dicap dengan huruf, angka dan simbol yang penuh teka-teki, anting-anting dan manik-manik kalung emas membangkitkan kemegahan aristokrasi pedagang yang melakukan transaksi sehari-harinya di masa itu, mengesahkan manifes ekspor-impor di kompleks istana.”

Baca Juga: Ratusan Warga Berburu Harta Karun Peninggalan Sriwijaya di Ogan Komering Ilir

Sebuah gelang terbuat dari emas kuno yang ditemukan di dasar sungai Musi, peninggalan Sriwijaya (Sumber: Wreckwatch Magazine)

Sebab persis kenapa kerajaan Sriwijaya runtuh hingga saat ini belum diketahui. Kingsley berspekulasi bahwa itu mungkin jawaban Asia untuk Pompeii, yang menjadi korban letusan gunung berapi di Indonesia. "Atau apakah sungai yang berlumpur dan sulit diatur itu menelan seluruh kerajaan?"

Tanpa penggalian resmi, berbagai bukti arkeologis dan bukti sejarah yang dapat menjawab pertanyaan seperti itu akan hilang ditelan masa dan makin tenggelam ditelan lumpur sungai Musi.

Harta karun yang sekarang diambil oleh para nelayan dijual sebelum para arkeolog dapat mempelajarinya dengan benar dan berakhir di tangan pedagang barang antik.

Sementara para nelayan yang menggunakan peralatan selam dan ember berbahaya hanya menerima sangat sedikit dibanding nilai sebenarnya dari berbagai harta karun arkeologi dan peradaban itu.

"Semua itu hilang dari dunia," Kingsley memperingatkan.

“Paket besar, termasuk patung Buddha berukuran besar yang menakjubkan yang dihiasi dengan berbagai batu permata berharga, hilang di tengah gelap dan hiruk-pikuknya pasar barang antik dunia. Kisah naik turunnya kerajaan Sriwijaya dan dongeng pulau emas sudah kembali mati sebelum bisa dikisahkan kepada dunia.”




Sumber : Kompas TV/Guardian/Wreckwatch Magazine


BERITA LAINNYA



Close Ads x