Kompas TV internasional kompas dunia

Pertemuan Bilateral Inggris dan Rusia Berlangsung Panas, Saling Serang Hingga Konferensi Pers

Kompas.tv - 11 Februari 2022, 05:25 WIB
pertemuan-bilateral-inggris-dan-rusia-berlangsung-panas-saling-serang-hingga-konferensi-pers
Pertemuan bilateral Menlu Inggris Liz Truss dan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Moskow berlangsung panas hingga ke konferensi pers, tidak seperti biasanya dunia diplomasi. Sergei Lavrov pada konferensi pers bersama dengan Liz Truss dari Inggris mengatakan pertemuan mereka terasa seperti percakapan antara orang bisu dan tuli, Kamis, (10/2/2022). (Sumber: Tass/Russian Foreign Ministry)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

MOSKOW, KOMPAS.TV - Pertemuan bilateral Menlu Inggris Liz Truss dan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Moskow berlangsung panas hingga ke konferensi pers, tidak seperti biasanya dunia diplomasi. Kata-kata tajam dari kedua belah pihak hilir mudik selama konferensi pers, yang dilaksanakan di Moskow, Kamis, (10/2/2022).

Seperti dilansir Straits Times, Kamis, (10/2/2022) Menlu Rusia menuduh mitranya dari Inggris bersikap congkak dan menolak untuk mendengarkan, pada pertemuan panas yang menyoroti jurang pemisah di antara mereka atas krisis Ukraina.

Sergei Lavrov pada konferensi pers bersama dengan Liz Truss dari Inggris mengatakan pertemuan mereka terasa seperti percakapan antara orang bisu dan tuli.

"Mereka mengatakan Rusia menunggu sampai tanah membeku seperti batu sehingga tank-tank (Rusia) dapat dengan mudah menyeberang ke wilayah Ukraina," katanya.

"Saya pikir tanahnya sudah seperti itu (beku) hari ini dengan rekan-rekan Inggris kami, dari mana banyak fakta yang kami tampilkan (kepada Inggris) terpental begitu saja."

Truss menantang Lavrov secara langsung atas pernyataannya bahwa Rusia tidak mengancam siapa pun dengan peningkatan pasukan dan persenjataannya di dekat perbatasan Ukraina.

"Saya tidak melihat alasan lain untuk menempatkan 100.000 tentara di perbatasan, selain untuk mengancam Ukraina. Dan jika Rusia serius dalam diplomasi, mereka harus menarik pasukan itu dan menghentikan ancaman," katanya.

Lavrov mengatakan sangat disesalkan bahwa Rusia diminta untuk menarik pasukan dari wilayahnya sendiri.

Baca Juga: Upaya Redakan Krisis Ukraina, Menlu Inggris Bertolak ke Moskow

Sergei Lavrov pada konferensi pers bersama dengan Liz Truss dari Inggris mengatakan pertemuan mereka hai Kamis, (10/2/2022) terasa seperti percakapan antara orang bisu dan tuli. (Sumber: Tass/Russian Foreign Ministry)

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov seperti dilaporkan kantor berita Rusia Tass, Kamis, (10/2/2022) menunjukkan kurangnya pemahaman selama pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Inggris tentang Ukraina.

“Anda tahu, kami membahas ini secara menyeluruh hari ini. Sejujurnya, saya kecewa, karena tidak ada pemahaman, kami saling mendengarkan tetapi [tidak berhasil menemukan titik temu]," kata Sergei Lavrov pada konferensi pers usai pertemuan antara kedua menteri luar negeri.

Pada saat yang sama, Lavrov menunjukkan tidak hanya Moskow yang membantah rencana invasi ke Ukraina. “Pernyataan seperti itu dibuat tidak hanya oleh kepemimpinan Rusia tetapi juga oleh Pentagon, saya telah membaca tentang hal tersebut baru-baru ini.…Menteri Pertahanan Ukraina [Aleksey Reznikov] dan Presiden [Vladimir] Zelensky juga mendesak orang untuk tidak panik,” bantah Lavrov atas tudingan Menlu Inggris.

Selanjutnya, Lavrov berasumsi Barat menggunakan Zelensky untuk mengacaukan situasi di Rusia. "Tampaknya, rekan-rekan Barat kami membutuhkan Presiden Zelensky hanya sebagai sarana untuk membuat Rusia tidak seimbang. Tidak ada yang peduli apa yang dia pikirkan, konsekuensi negatif apa yang bisa dihadapi ekonomi Ukraina," kata diplomat top itu.

Kekhawatiran atas dugaan persiapan Moskow melakukan invasi ke Ukraina semakin diekspresikan di Barat dan di Kiev baru-baru ini.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam tudingan tersebut, menganggapnya sebagai eskalasi ketegangan yang kosong dan tidak berdasar, seraya menekankan Rusia bukanlah ancaman bagi siapa pun.

Surat kabar Rusia Kommersant mengutip dua sumber diplomatik yang mengatakan, selama pertemuan tertutup mereka sebelumnya, Lavrov bertanya kepada Truss apakah dia mengakui kedaulatan Rusia atas Rostov dan Voronezh, dua wilayah di selatan negara di mana Rusia telah membangun pasukannya.

Kommersant menuliskan Truss menjawab Inggris tidak akan pernah mengakui mereka sebagai orang Rusia, dan atas kesalahan jawaban menlu Inggris, duta besar Inggris untuk Rusia sampai harus mengkoreksi.

Baca Juga: Jet Tempur F-15 AS Tiba di Polandia, Pertebal Kekuatan Barat Hadapi Krisis Rusia-Ukraina

Peta kawasan Eropa Timur yang berbatasan dengan Rusia, yaitu Belarus dan Ukraina. Di peta tampak wilayah Crimea yang diambil Rusia serta wilayah Donetsk dan Lugansk yang dikuasai separatis pro-Rusia (Sumber: France24)

Dalam wawancara selanjutnya dengan surat kabar Rusia lainnya, RBC, Truss mengatakan dia keliru mengira Lavrov mengacu pada wilayah Ukraina.

Rusia mengajukan serangkaian tuntutan kepada Barat untuk menjamin keamanannya, mengeluh mereka merasa terancam oleh gelombang perluasan NATO dan penolakan NATO untuk mengesampingkan keanggotaan Ukraina, sesama bekas republik Soviet.

"Tidak ada yang merusak keamanan Rusia, itu sama sekali tidak benar," kata Truss, seraya menambahkan, "sangat tepat" bagi Ukraina untuk mempertahankan diri dan mencari aliansi.

Rusia dan Inggris memiliki hubungan yang buruk selama bertahun-tahun, mencapai titik terendah dengan insiden keracunan fatal tahun 2006 terhadap mantan petugas keamanan Rusia Alexander Litvinenko di London dan percobaan pembunuhan terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya dengan racun saraf di Salisbury tahun 2018.

Lavrov mengatakan London tidak pernah menyajikan fakta apa pun untuk mendukung tuduhannya tentang keterlibatan Rusia dalam kedua kasus tersebut, atau dalam upaya meracuni kritikus Kremlin Alexei Navalny pada tahun 2020.

Dia juga mengatakan Truss tidak mengubah nada suaranya selama pertemuan dua jam mereka, dan mengabaikan penjelasannya sambil mengulangi pernyataan dan tuntutan yang telah dibuat Inggris sebelumnya.




Sumber : Kompas TV/Straits Times/Tass


BERITA LAINNYA



Close Ads x