Kompas TV internasional kompas dunia

Ratusan Katak Purba di Jerman Mati karena Kebanyakan Ngeseks, Ini Kata Ilmuwan

Kompas.tv - 10 September 2022, 20:30 WIB
ratusan-katak-purba-di-jerman-mati-karena-kebanyakan-ngeseks-ini-kata-ilmuwan
Ilustrasi. Fosil katak purba yang dipamerkan di Museum Houston, Amerika Serikat (AS). Foto ini dirilis pada 22 Oktober 2012. Sebuah tim peneliti menemukan bahwa ratusan katak berusia 45 juta tahun yang ditemukan di Lembah Geisel, Jerman, ternyata mati karena terlalu banyak kawin. (Sumber: Daderot via Wikimedia)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

Kodok sendiri berperilaku menghabiskan sebagian besar kehidupannya di daratan, kemudian mencari genangan air atau danau untuk berkembang biak.

Katak berhubungan seks dengan banyak katak lain dalam kurun berdekatan pada musim kawin yang singkat.


Hubungan seksual sendiri dikenal bisa menjadi jebakan kematian bagi spesies katak dan kodok saat ini. Hewan ini kerap kelelahan akibat seks lalu tenggelam.

Katak atau kodok betina lebih rawan tenggelam karena sering ditekan oleh lebih dari satu jantan ketika berhubungan seksual. Bahkan, saat ini, masih kerap ditemukan “kuburan massal” kodok di wilayah berair yang digunakan untuk berkembang biak.

Baca Juga: Misteri Makhluk tanpa Anus yang Hidup 500 Juta Tahun Lalu Ini Akhirnya Dipecahkan Ilmuwan

Tim Falk menduga situasi serupa terjadi pada ratusan kodok yang mati di Lembah Geisel 45 juta tahun lalu.

“Mortalitas massal terkait perkawinan yang disebabkan tenggelam atau kelelahan umum ditemukan pada anura (katak/kodok) dan telah dianggap sebagai penyebab kematian primer bagi sebagian fosil anura,” demikian tulis Falk dan kawan-kawan.

Menurut penelitian Falk, penjelasan yang paling mungkin mengapa ada sejumlah kelompok fosil katak yang berjumlah ratusan yang mati hampir pada saat bersamaan di Geisel adalah hubungan seksual yang terlalu bersemangat telah membunuh mereka.

Falk dan kawan-kawan pun menyebut kesimpulan penelitiannya dapat menjelaskan mengapa banyak kuburan massal katak serupa di berbagai lokasi lain di dunia.

Baca Juga: Ngeprank Temuan Bintang Baru Pakai Foto Irisan Sosis Spanyol, Ilmuwan Antariksa Prancis Minta Maaf

 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x