Kompas TV internasional kompas dunia

Jenderal Iran Akui Lebih dari 300 Orang Tewas dalam Kerusuhan Imbas Demo Kematian Mahsa Amini

Kompas.tv - 29 November 2022, 12:27 WIB
jenderal-iran-akui-lebih-dari-300-orang-tewas-dalam-kerusuhan-imbas-demo-kematian-mahsa-amini
Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. Seorang jenderal Iran hari Senin, (28/11/2022) mengakui ada lebih dari 300 orang tewas dalam kerusuhan seputar protes nasional, memberikan data resmi pertama. (Sumber: Office of the Iranian Supreme Leader via AP)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

DUBAI, KOMPAS.TV — Seorang jenderal Iran hari Senin, (28/11/2022) mengakui ada lebih dari 300 orang tewas dalam kerusuhan seputar protes nasional atas tewasnya Mahsa Amini.

Jenderal yang tidak disebutkan namanya itu,  memberikan pernyataan resmi pertama tentang korban dalam dua bulan terakhir.

Seperti laporan Associated Press, Selasa, (29/11/2022), perkiraan itu jauh lebih rendah daripada jumlah korban yang dilaporkan oleh Aktivis Hak Asasi Manusia di Iran, sebuah kelompok yang berbasis di AS,  yang melacak dengan cermat protes sejak kematian Mahsa Amini, seorang perempuan muda setelah ditahan polisi moral negara itu pada 16 September lalu. 

Kelompok aktivis itu mengatakan 451 pengunjuk rasa dan 60 pasukan keamanan tewas sejak awal kerusuhan dan lebih dari 18.000 orang telah ditahan.

Protes dipicu oleh kematian Mahsa Amini, 22 tahun, yang ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat Republik Islam tersebut.

Tak pelak, peristiwa itu dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi Iran dan menimbulkan salah satu tantangan paling serius bagi para ulama yang berkuasa sejak revolusi 1979 yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan.

Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan divisi kedirgantaraan Pengawal Revolusi paramiliter, dikutip oleh sebuah situs web yang dekat dengan pengawal tersebut mengatakan,  lebih dari 300 orang tewas, termasuk "martir", yang tampaknya merujuk pada pasukan keamanan.

Baca Juga: Dua Artis Terkenal Iran Ditahan, Akibat Terang-terangan Dukung Demonstrasi Anti-Pemerintah

Seorang suporter Timnas Iran menangis sambil memegang kaos bertuliskan Mahsa Amini jelang laga grup B Piala Dunia 2022 antara Wales dan Iran di Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan, Qatar, Jumat, 25 November 2022. (Sumber: AP Photo/Alessandra Tarantino)

Dia juga menyebutkan banyak dari mereka yang terbunuh adalah orang Iran biasa yang tidak terlibat dalam protes.

Dia tidak memberikan angka pasti atau mengatakan dari mana perkiraannya berasal.

Tapi yang jelas, pihak berwenang Iran sangat membatasi liputan media tentang protes tersebut.

Media yang terkait dengan negara belum melaporkan jumlah korban secara keseluruhan dan sebagian besar berfokus pada serangan terhadap pasukan keamanan, yang menurut para pejabat dilakukan oleh kelompok militan dan separatis bayangan.

Hajizadeh menegaskan kembali klaim resmi bahwa protes dipicu oleh musuh Iran, termasuk negara-negara Barat dan Arab Saudi, tanpa memberikan bukti.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka muak setelah puluhan tahun represi sosial dan politik, dan menyangkal memiliki agenda asing.

Baca Juga: Salahkan Asing atas Kerusuhan Massal, Iran Ancam Luncurkan Serbuan Militer ke Irak

Artis terkenal Iran, Katayoun Riahi ditangkap bersama Hengameh Ghaziani  karena mendukung demonstrasi anti-Pemerintah Iran. (Sumber: Twitter)

Protes menyebar ke seluruh negeri dan mendapat dukungan dari seniman, atlet, dan tokoh masyarakat lainnya.

Kerusuhan bahkan membayangi Piala Dunia 2022 di Qatar, dengan beberapa orang Iran secara aktif mendukung tim nasional mereka sendiri sambil membawa bendera Iran dan potret Mahsa Amini.

Keponakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei baru-baru ini meminta publik menekan pemerintah mereka untuk memutuskan hubungan dengan Teheran atas penindasan kekerasan terhadap demonstrasi.

Dalam sebuah video yang diposting online oleh saudara laki-lakinya yang berbasis di Prancis, Farideh Moradkhani mendesak "rakyat dunia yang berhati nurani" untuk mendukung pengunjuk rasa Iran.

Video tersebut dibagikan secara online minggu ini setelah laporan penangkapan Moradkhani pada 23 November, menurut kelompok aktivis tersebut.

Moradkhani adalah seorang aktivis lama yang mendiang ayahnya adalah seorang tokoh oposisi yang menikah dengan saudara perempuan Khamenei dan merupakan anggota terdekat dari keluarga pemimpin tertinggi yang ditangkap.

Baca Juga: Demonstrasi Iran Kian Agresif, Rumah Ayatollah Khomeini Dibakar

Menginjak 40 hari kematian Mahsa Amini, massa unjuk rasa berkumpul di jalanan kota Teheran, Iran, Rabu (26/10/2022). (Sumber: AP Photo)

Cabang keluarga telah menentang Khamenei selama beberapa dekade dan Moradkhani telah dipenjara pada kesempatan sebelumnya karena aktivismenya.

"Saya meminta orang-orang yang berhati nurani di dunia untuk mendukung kami dan meminta pemerintah mereka untuk tidak bereaksi dengan kata-kata dan slogan kosong tetapi dengan tindakan nyata dan menghentikan segala urusan dengan rezim ini," katanya dalam pernyataan videonya.

Protes, yang sekarang masuk  bulan ketiga, terus berlanjut meskipun tindakan brutal oleh pasukan keamanan Iran menggunakan peluru tajam, peluru karet dan gas air mata.

Iran menolak bekerja sama dengan misi pencarian fakta yang baru-baru ini ditetapkan oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

"Republik Islam Iran tidak akan terlibat dalam kerja sama apa pun, dengan komite politik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani, Senin, (28/11/2022)

Baca Juga: Iran Semakin Membara, Para Demonstran Serang Gedung Pemerintahan

Ilustrasi. Asap gas air mata aparat keamanan terlihat mengepul untuk membubarkan demonstrasi terkait kematian Mahsa Amini di depan Universitas Teheran, Iran, 1 Oktober 2022. (Sumber: Associated Press)

Dalam perkembangan terpisah, Iran membebaskan seorang warga negara ganda Iran-Austria berusia 76 tahun dari penjara karena alasan kesehatan, Austria Press Agency (APA) melaporkan.

APA mengutip Kementerian Luar Negeri Austria yang mengonfirmasi bahwa Massud Mossaheb diberikan cuti medis tanpa batas waktu.

Kementerian mengatakan "upaya diplomatik intensif" telah menyebabkan pembebasannya, yang pertama kali dilaporkan oleh harian Austria Die Presse. Tidak ada komentar segera dari Iran.

Mossaheb ditangkap atas dugaan spionase pada awal 2019 saat berkunjung ke ibu kota Teheran, dan kemudian dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Dia harus tetap di Iran dan melapor ke pihak berwenang setiap minggu, APA melaporkan.

Iran menahan beberapa orang dengan kewarganegaraan ganda dalam beberapa tahun terakhir dengan tuduhan mengancam keamanan nasional.

Analis dan kelompok HAM menuduh kelompok garis keras di badan keamanan Iran menggunakan tahanan asing sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi atau pertukaran tahanan dengan Barat, yang dibantah Teheran.




Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x