Kompas TV internasional kompas dunia

Hubungan Indonesia-Israel: PM Israel Sempat Kunjungi Jakarta, Indonesia Kukuh Menolak Normalisasi

Kompas.tv - 16 Maret 2023, 11:50 WIB
hubungan-indonesia-israel-pm-israel-sempat-kunjungi-jakarta-indonesia-kukuh-menolak-normalisasi
Ilustrasi bendera Israel. Penolakan terhadap Tim Nasional Israel untuk masuk ke Indonesia dalam rangka berlaga di Piala Dunia U-20 2023 terus meningkat. (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Penolakan terhadap Tim Nasional (Timnas) Israel untuk masuk ke Indonesia dalam rangka berlaga di Piala Dunia U20 2023 terus meningkat.

Selain karena tidak adanya hubungan diplomatik di antara kedua negara, penjajahan Israel terhadap Bangsa Palestina menjadi salah satunya.

Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menunjukkan penolakannya pada Selasa (14/3/2023).

Menurut Kepala Hubungan Internasional MUI, Sudaenoto Abdul Hakim, bakal tampilnya Timnas Israel pada Piala Dunia U20 di Indonesia ini menjadi isu yang sensitif bagi Indonesia.

Baca Juga: Israel Ketakutan Iran dan Arab Saudi Kian Mesra, Akhirnya Saling Menyalahkan

Pasalnya, Indonesia terus memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.

“Menerima bahkan menjanjikan keamanan untuk timnas Israel; di Piala Dunia U-20, menunjukkan bahwa Indonesia telah ditundukkan oleh pasukan pro-Israel melalui diplomasi sepak bola ini,” katanya dikutip dari Xinhua.

Usaha melakukan normalisasi dengan Indonesia dilaporkan terus dilakukan oleh Israel.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbanyak di Indonesia, diyakini bakal menjadi sekutu yang baik untuk Israel jika normalisasi dilakukan.

Dikutip dari Modern Diplomacy, sejak Indonesia memimpin Gerakan Non-Blok pada 1993, Israel sudah mencoba agar terjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Bahkan Perdana Israel saat itu, Yitzhak Rabin telah berkunjung ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soeharto.

Dilaporkan kunjungan tersebut bertujuan mempromosikan kesempatan kerja sama Indonesia dengan Israel, dan mengumpulkan dukungan proses perdamaian di Timur Tengah.

Meski begitu, Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono kemudian menegaskan Indonesia sama sekali tak berpikir meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara.

Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid pada 1999, Pemerintah Indonesia sempat berencana membuka hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Israel.

Hal itu ingin dilakukan sebagai komitmen untuk toleransi antarkeyakinan.

Selain itu, kerja sama itu diharapkan meningkatkan perbaikan ekonomi setelah Indonesia dihantam krisis ekonomi pada 1998.

Tetapi seperti yang diperkirakan, rencana ini menghadapi penolakan besar-besaran.

Protes dilakukan oleh sejumlah organisasi Islam, mahasiswa dan juga anggota parlemen.

Salah satu argumen yang mendukung hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel, adalah agar Indonesia menjadi mediator untuk menyelesaikan permasalahan Israel dan Palestina.

Indonesia sejak lama mendukung solusi dua negara, yang idealnya adalah antara Israel dan Palestina sama-sama menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.

Dengan hubungan formal, kekuatan melobi Indonesia di arena internasional, khususnya di antara negara Barat, pada teorinya akan meningkat.

Baca Juga: Palestina Tak Mempermasalahkan Partisipasi Israel di Piala Dunia U-20: Itu Wewenang Indonesia

Namun, kepercayaan membuka hubungan secara ekseklusif akan secara eksklusif mendukung kemerdekaan Palestina melemahkan argumen ini.

Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 secara tegas mengungkapkan dukungan abadi rakuat Indonesia terhadap kemerdekaan segala bangsa, dan perjuangan melawan penjajahan.

Selain itu, saat ini Indonesia tak secara resmi mengakui Israel sebagai negara yang dilegitimasi dan berdaulat.

Salah satu isu utama adalah sikap Israel yang terus melakukan penjajaghan terhadap Palestina, masih menjadi isu krusial dan faktor yang menyulitkan Indonesia untuk mengakui dan membuka hubungan diplomatik dengan Israel.


 



Sumber : Xinhua/Modern Diplomacy



BERITA LAINNYA



Close Ads x