Kompas TV internasional kompas dunia

China Serang WHO Usai Dituduh Sembunyikan Data Covid-19 di Wuhan, Menyebutnya Alat Politik

Kompas.tv - 9 April 2023, 10:16 WIB
china-serang-who-usai-dituduh-sembunyikan-data-covid-19-di-wuhan-menyebutnya-alat-politik
Warga berupaya masuk ke wilayah yang di lockdown di China. Protes terhadap kerasnya pengendalian anti Covid-19 China menyebar ke Shanghai dan kota-kota lain. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Gading Persada

BEIJING, KOMPAS.TV - Pejabat China menyerang WHO usai negara tersebut dituduh menyembunyikan dan memperlambat untuk membagikan data Covid-19 di Wuhan, termasuk kemungkinan asalnya.

Pada pernyataannya, Sabtu (8/42023), mereka mengecam beberapa pihak di dalam WHO sebagai alat politik yang ucapannya tak bisa ditoleransi.

Para pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China) membuat pernyataan tersebut setelah sepekan mendapat kritikan dari badan kesehatan dunia tersebut.

Tuduhan WHO merujuk secara khusus pada pengungkapan baru-baru ini bahwa para ilmuwan China memiliki data tentang sampel lingkuhan dan hewan yang dikumpulkan di Wuhan yang belum mereka bagikan sebelumnya.

Baca Juga: China Kembali Bantah Teori Kebocoran Lab Covid-19, Mungkinkah Asal Pandemi Terungkap?

Wuhan merupakan kota di China tengah yang disebut-sebut sebagai tempat virus Corona pertama kali muncul.

Para pejabat WHO mengatakan bahwa kurangnya pengungkapakan data di China tak dapat dimaafkan.

Kepala CDC China, Shen Hongbing pun dengan tegas membantah tuduhan tersebut.

“Kami tidak menyembunyikan kasus, sampel atau hasil pengujian dan analisi apa pun,” ujarnya dikutip dari New York Times.

“Ini tak dapat ditoleransi oleh komunitas ilmiah China, dan juga tak dapat ditertima oleh komunitas ilmiah global,” sambung Shen.

Ia pun menambahkan adanya upaya untuk mempolitisasi masalah dan mencoreng upaya China.

“Komunitas ilmu global akan mengawasi dan mereka tak akan dimanipulasi atau dibodohi. Kami mendesak tokoh tertentu dari WHO, untuk kembali ke posisi berbasis sains dan objektif,” tutur Shen.

Kritikan WHO itu merupakan pergeseran dari pendekatan organisasi itu di awal pandemi.

Saat itu, WHO tampaknya begitu waspada menyinggung Beijing.

Baca Juga: China Turun Tangan atas Situasi Palestina, Minta Israel Tahan Diri

Ketika para ahli WHO mengunjungi China pada 2021, untuk menyelidiki asal-usul pandemic, mereka membiarkan China mendikte banyak hal yang mereka lihat dan katakana.

Sebuah laporan temuan yang dikeluarkan setelah kunjungan tersebut memberikan sedikit kejelasan tentang kemungkinan asal-usul Covid-19.

Kemudian pada bulan lalu, sejumlah ilmuwan internasional termasuk dari Australia dan Prancis, telah menemukan urutan gen yang sebelumnya tak terlihat dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan pada basis data online.


 

Urutan itu telah diunggah para peneliti China, termasuk beberapa yang berafiliasi dengan CDC negara itu.

Para ilmuwan internasional mengunduh data dan menemukan bahwa sampel yang kembali positif virus Corona, juga mengandung materi genetik yang cocok dengan anjing rakun.

Menurut para ilmuwan, itu menunjukkan bahwa hewan itu bisa menjadi inang perantara untuk virus sebelum berpindah ke manusia.

Tapi setelah mereka menghubungi para ilmuwan China yang mengunggah data, data itu menghilang dari basis data online.

WHO pun menegur pejabat China karena tidak membagikan data sebelumnya, dan bertanya mengapa data itu hilang lagi.

Baca Juga: Pemerkosa Kabur dari Penjara dengan Pura-pura Tewas, Akhirnya Ditangkap di Luar Negeri

“Data ini bisa dan seharusnya dibagikan tiga tahun lalu,” Kata Gubernur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Maret lalu.

Kritik itu digaungkan pada Kamis (6/4), oleh Pemimpin Teknis Tanggapan Virus Corona WHO, Maria Van Kerkhove, dalam sebuah opini di jurnal Science.

Ia menuliskan bahwa kegagalan berbagi informasi telah memicu politisasi pertanyaan asal-usul Covid-19.

Ia mengakui bahwa pada penyelidikan awal terhadap asal-usul virus, WHO tak memiliki akses tak terbantah ke data mentah.



Sumber : New York Times



BERITA LAINNYA



Close Ads x