Kompas TV internasional kompas dunia

Pertempuran di Ibu Kota Sudan Makin Besar, Jepang Bersiap Evakuasi Seluruh Warganya

Kompas.tv - 19 April 2023, 18:48 WIB
pertempuran-di-ibu-kota-sudan-makin-besar-jepang-bersiap-evakuasi-seluruh-warganya
Jepang bersiap mengevakuasi warganya dari Sudan, kata pemerintah Jepang hari Rabu, (18/4/2023). Jepang jadi negara pertama yang mengumumkan rencana menarik warganya dari negara yang dilanda konflik. Juru bicara pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan Kementerian Pertahanan telah memulai persiapan untuk evakuasi. (Sumber: Kyodo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Kegagalan gencatan senjata menunjukkan dua jenderal saingan yang berjuang untuk menguasai negara itu bertekad saling menghancurkan dalam konflik yang berpotensi berkepanjangan.

Tanpa tanda-tanda istirahat, rakyat Sudan yang putus asa dan ketakutan mulai melarikan diri setelah terperangkap selama berhari-hari di rumah mereka akibat kekerasan, kata para saksi mata. 

Penduduk dari berbagai lingkungan di Khartoum mengatakan kepada The Associated Press, mereka melihat ratusan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, membawa barang bawaan, beberapa pergi dengan berjalan kaki, yang lainnya berkerumun di dalam kendaraan.

“Khartoum menjadi kota hantu,” kata Atiya Abdalla Atiya, sekretaris Sindikat Dokter yang masih berada di ibu kota.

Pertarungan para jenderal untuk mendapatkan kekuasaan membuat jutaan orang Sudan terlibat baku tembak, karena pasukan mereka bertempur sejak Sabtu dengan senapan mesin berat, artileri, dan serangan udara di lingkungan perumahan Khartoum, kota tetangga Omdurman, dan kota-kota besar lainnya di negara itu.

Sedikitnya 270 orang tewas dalam lima hari terakhir, kata PBB. Tetapi, jumlah korban kemungkinan lebih tinggi, karena banyak mayat ditinggalkan di jalanan, tidak dapat dijangkau karena bentrokan.

Baca Juga: Penjelasan Pertempuran Sudan: Dua Jenderal Berebut Kuasa, Satu Negara Membara

Gencatan senjata 24 jam seharusnya berlaku sejak matahari terbenam pada Selasa (18/4) hingga matahari terbenam hari Rabu (19/4). Itu adalah upaya paling konkret untuk membuat jeda yang diharapkan dapat diperluas menjadi gencatan senjata yang lebih lama.

Gencatan senjata sehari itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara secara terpisah melalui telepon dengan dua rival, pemimpin angkatan bersenjata Jenderal Abdel Fattah Burhan dan kepala Pasukan Dukungan Cepat paramiliter Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. 

Mesir, yang mendukung militer Sudan, dan Arab Saudi serta Uni Emirat Arab yang memiliki hubungan dekat dengan RSF, juga meminta semua pihak untuk mundur.

Tetapi, pertempuran berlanjut setelah dimulainya gencatan senjata dan sepanjang malam. Masing-masing pihak saling menyalahkan atas kegagalan gencatan senjata tersebut.

Bentrokan sengit antara tentara dan RSF dilaporkan Rabu pagi di sekitar markas militer di pusat Khartoum dan bandara terdekat, serta di sekitar gedung televisi pemerintah di seberang sungai di Omdurman. Bom dan artileri terdengar di sekitar kota.

Sebuah bangunan tinggi di pusat kota terbakar dengan puing-puing yang terbakar jatuh dari lantai atasnya, menurut rekaman oleh jaringan berita Al Arabiya.

“Pertempuran meningkat di pagi hari setelah baku tembak sporadis di malam hari,” kata Tahani Abass, seorang advokat hak asasi terkemuka yang tinggal di dekat markas militer. “Pengeboman dan ledakan mengguncang rumah kami.”


 

 

 




Sumber : Associated Press/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x