Kompas TV internasional kompas dunia

Kudeta Niger: Diancam Intervensi Militer, Uranium Dicuri Prancis hingga Minta Bantuan Wagner Group

Kompas.tv - 6 Agustus 2023, 18:16 WIB
kudeta-niger-diancam-intervensi-militer-uranium-dicuri-prancis-hingga-minta-bantuan-wagner-group
Pendukung kudeta militer Niger berdemonstrasi di depan Kedubes Prancis, Minggu (30/7/2023), sambil meneriakkan dukungan ke Putin dan Rusia. Bagaimana perkembangan terbaru di Niger pasca-kudeta dan jelang ultimatum ECOWAS? Berikut fakta-fakta sekaligus perkembangan terkini situasi pasca-kudeta di Niger. (Sumber: AP PHOTO/Sam Mednick)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

NIAMEY, KOMPAS.TV - Junta militer Niger yang merebut kekuasan dari Presiden Mohamed Bazoum pada 26 Juli lalu diancam blok regional Afrika Barat, Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) agar mengembalikan kekuasaan ke pemerintahan sipil yang sah. ECOWAS bahkan mengancam bisa melakukan intervensi militer dengan ultimatum yang jatuh tempo pada Minggu (6/8/2023) hari ini.

Akan tetapi, pemimpin militer Niger, Abdourahmane Tchiani menolak menyerahkan kekuasaan. Pemerintahan militer pun mendapatkan angin segar dengan demonstrasi sebagian rakyat yang mendukung junta.

Kudeta yang dilakukan paspampres Niger sendiri adalah kudeta kelima di Afrika Barat sejak 2020. Dalam kurun tiga tahun, sebelum Niger, empat negara Afrika Barat telah dikudeta militer, yakni Mali, Guinea, Burkina Faso, dan Chad.

Lalu, bagaimana perkembangan terbaru di Niger pasca-kudeta dan jelang ultimatum ECOWAS? 

Berikut fakta-fakta sekaligus perkembangan terkini situasi pasca-kudeta di Niger.

Fakta-fakta pasca-kudeta Niger

Selain diultimatum ECOWAS, junta Niger juga menuai kecaman dari komunitas internasional. ECOWAS pun langsung menutup perbatasan dari Niger dan menerapkan zona larangan terbang dari negara tersebut.

Baca Juga: Terancam Intervensi Militer Blok Afrika Barat, Junta Niger Minta Bantuan Wagner Group

Niger dikucilkan tetangga

Salah satu pentolan ECOWAS, Nigeria, langsung beraksi tegas usai pemerintahan sipil Niger dikudeta. Nigeria langsung memutus akses listrik ke Niger begitu negara tetangganya itu dikudeta militer.

Nigeria merupakan pemasok sekitar 70 persen kebutuhan listrik Niger. Tindakan Nigeria tersebut pun membuat sekitar 25 juta populasi Niger tidak bisa mengakses listrik.

Wakil ECOWAS ditolak

Di tengah ultimatum ECOWAS, Nigeria berupaya menjalin komunikasi diplomatik dengan mengirim mantan pemimpin militernya, Abdulsalami Abubakar ke Niamey. Kehadiran mantan pemimpin militer itu diharap membuat junta Niger bersedia bernegosiasi.

Akan tetapi, Abdourahmane Tchiani menolak mengizinkan Abdulsalami Abubakar dan perwakilan ECOWAS masuk. Penolakan itu membuat kans intervensi militer ECOWAS ke Niger menguat.

Sebagian rakyat demo dukung militer

Sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum, elemen-elemen masyarakat menggelar demonstrasi pro-militer setidaknya tiga kali di Niamey. Massa berjumlah ratusan orang memadati Niamey dan menyuarakan dukungan untuk Tchiani.

Massa juga mengecam Prancis yang dianggap sebagai "imperialis" dan ECOWAS yang mengultimatum junta Niger.

Uranium diambil Prancis tanpa timbal-balik

Salah satu pendukung militer Niger, staf sebuah institut iklim di Niamey, Issoufou mendukung junta karena frustrasi dengan pemerintahan sipil. Ia menyebut situasi keamanan memburuk, korupsi merajalela, dan ekonomi memburuk selama pemerintahan sipil.

Niger sendiri termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Situasi keamanan juga rawan mengingat kelompok-kelompok yang terkait Al-Qaeda dan ISIS aktif di negara tersebut.


Issoufou menyebut Prancis, bekas penjajah Niger, mengeksploitasi kekayaan alam negara itu tanpa timbal-balik berarti. Ia pun berharap junta militer bisa memperbaiki ekonomi Niger.

"Mereka (Prancis) sudah mengeksploitasi uranium di sini selama hampir 64 tahun, tetapi kami masih tidak punya dam yang bisa memproduksi listrik untuk Niger," kata Issoufou dikutip Al Jazeera, Minggu (6/8).

"Kami berharap rezim militer akan membuat Niger lebih baik karena cara mereka berkomunikasi dengan rakyat. Mereka mengaku sudah membuat strategi-strategi untuk mengembangkan ekonomi kami," lanjutnya.

Intervensi militer berpeluang menimbulkan kekerasan tak terkontrol

Kalangan ahli menyebut, jika ECOWAS benar-benar meluncurkan intervensi militer, hal tersebut akan menimbulkan bencana di Niger. Peneliti senior di program Afrika Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Cameron Hudson menyebut komunitas internasional mestinya bisa menjaga situasi nirkekerasan di Niger yang timbul pasca-kudeta.

"Saya pikir kita harus mempertahankan perdamaian di Niger demi rakyat, dan pasukan intervensi yang dipimpin Nigeria menimbullkan kemungkinan besar sebuah kekerasan yang tak terkontrol. Bagi saya, itu bukan hasil positif bagi siapa pun," kata Hudson.

Rumitnya situasi Niger

ECOWAS sebelumnya pernah meluncurkan intervensi militer yang berhasil ketika salah satu anggotanya, Gambia digelayuti masalah politik. Intervensi militer ECOWAS berhasil karena oposisi yang menolak mengakui hasil pemilu di Gambia, Yahya Jammeh langsung menyerah dan pergi ke luar negeri.

Akan tetapi, kasus Zambia kemungkinan besar tidak akan bisa direplikasi di Niger. Pasalnya, junta Niger memiliki dukungan kuat dari pemimpin militer tetangga, yakni Mali dan Burkina Faso.

Bahkan, Mali dan Burkina Faso mengancam ECOWAS bahwa intervensi militer ke Niger akan dianggap deklarasi perang terhadap negara mereka. Selain itu, pemimpin kudeta Niger juga meminta bantuan tentara bayaran Rusia, Wagner Group untuk menghadapi potensi invasi ECOWAS.

"ECOWAS tidak bisa mendesak Niger (karena) Mali dan Burkina Faso. Juga karena satu-satunya pasukan tempur (ECOWAS) yang punya pengalaman tempur nyata dan berlatih bersama adalah negara-negara di G5 Sahel (Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, Niger)," kata Hudson.

Baca Juga: Joe Biden Ancam Pemimpin Kudeta Niger untuk Bebaskan Presiden Mohammed Bazoum

 




Sumber : Al Jazeera


BERITA LAINNYA



Close Ads x