Kompas TV internasional kompas dunia

120.000 Warga Keturunan Armenia akan Pindah dari di Nagorno-Karabakh, Dikawal Pasukan Rusia

Kompas.tv - 25 September 2023, 07:15 WIB
120-000-warga-keturunan-armenia-akan-pindah-dari-di-nagorno-karabakh-dikawal-pasukan-rusia
120.000 orang etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh akan pindah ke Armenia karena mereka tidak ingin tinggal sebagai bagian dari Azerbaijan dan takut akan pembersihan etnis, kata kepemimpinan wilayah otonom tersebut pada hari Minggu, (24/9/2023). (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Kemenangan Azerbaijan pekan lalu tampaknya mengakhiri salah satu "konflik beku" berusia puluhan tahun akibat runtuhnya Uni Soviet. Presiden Ilham Aliyev mengatakan kekuasaan tangan besinya telah mengakhiri gagasan Karabakh Armenia yang independen dan wilayah itu akan menjadi "surga" sebagai bagian dari Azerbaijan.

Armenia mengatakan lebih dari 200 orang tewas dan 400 terluka dalam operasi militer Azerbaijan. Nasib populasi etnis Armenia menimbulkan kekhawatiran di Moskow, Washington, dan Brussels.

Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Artsakh oleh orang Armenia, terletak di wilayah yang selama berabad-abad berada di bawah pengaruh Persia, Turki, Rusia, Utsmani, dan Soviet. Wilayah ini diklaim oleh Azerbaijan dan Armenia setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia tahun 1917. Pada zaman Uni Soviet, wilayah ini ditetapkan sebagai wilayah otonom dalam Azerbaijan.

Saat Uni Soviet runtuh, orang-orang Armenia di sana membebaskan diri dari kendali Azerbaijan dan merebut wilayah tetangga dalam apa yang sekarang dikenal sebagai Perang Karabakh Pertama. Antara tahun 1988 hingga 1994, sekitar 30.000 orang tewas dan lebih dari satu juta orang, sebagian besar orang Azeri, mengungsi.

Baca Juga: Usai Serbu Nagorno-Karabakh, Azerbaijan Kirim Bantuan ke 120.000 Penduduk yang Kurang Pangan

Pada tahun 2020, setelah puluhan tahun cekcok, Azerbaijan dengan dukungan dari Turki memenangkan Perang Karabakh Kedua selama 44 hari, merebut kembali wilayah di sekitar Karabakh. Perang itu berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dimediasi Rusia, yang orang Armenia tuduh gagal memberi jaminan.(Sumber: AP Photo)

Pada tahun 2020, setelah puluhan tahun cekcok, Azerbaijan dengan dukungan dari Turki memenangkan Perang Karabakh Kedua selama 44 hari, merebut kembali wilayah di sekitar Karabakh. Perang itu berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dimediasi Rusia, yang orang Armenia tuduh gagal memberi jaminan.

Otoritas Armenia di wilayah tersebut mengatakan pada Sabtu malam bahwa sekitar 150 ton barang kemanusiaan dari Rusia dan 65 ton tepung yang dikirim oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah tiba di wilayah tersebut.

"Memperhatikan besarnya kebutuhan kemanusiaan, kami meningkatkan kehadiran kami di sana dengan personel khusus di bidang kesehatan, forensik, perlindungan, dan kontaminasi senjata," kata ICRC dalam sebuah pernyataan.

Dengan 2.000 pasukan penjaga perdamaian di wilayah tersebut, Rusia mengatakan bahwa berdasarkan syarat-syarat gencatan senjata, enam kendaraan lapis baja, lebih dari 800 senjata kecil, senjata anti-tank, dan sistem pertahanan udara portabel, serta 22.000 peluru telah diserahkan pada hari Sabtu, (23/9/2023).

Pashinyan, yang secara publik menuduh Rusia gagal mendukung Armenia, mengatakan pada hari Jumat bahwa ruang untuk 40.000 orang dari Karabakh telah disiapkan di Armenia.


 

Azerbaijan mengatakan orang-orang Armenia dapat pergi jika mereka mau. Sekitar 20 ambulans dijadwalkan akan mengangkut sebagian dari orang-orang yang terluka dari Nagorno-Karabakh ke Armenia, kata sumber kemanusiaan yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang telah melakukan pembicaraan mendesak dengan Armenia dan Azerbaijan, mengatakan di media sosial: "Amerika Serikat akan terus mendukung Armenia dan kedaulatannya serta integritas wilayahnya."




Sumber : Straits Times / TASS


BERITA LAINNYA



Close Ads x