Kompas TV internasional kompas dunia

Wakil PM Belgia Serukan Sanksi untuk Israel: Pengeboman ke Gaza Tak Manusiawi dan Kejahatan Perang

Kompas.tv - 10 November 2023, 14:12 WIB
wakil-pm-belgia-serukan-sanksi-untuk-israel-pengeboman-ke-gaza-tak-manusiawi-dan-kejahatan-perang
Wakil PM Belgia Petra De Sutter saat dilantik pada 1 Oktober 2020. (Sumber: Danny Gys, Pool Via AP, File)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Edy A. Putra

Sedangkan pemukim-pemukim ilegal Israel di Tepi Barat yang beringas, serta politikus dan tokoh militer Israel yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, harus dijatuhi sanksi larangan masuk.

Laporan Euronews pada awal bulan ini menunjukkan, banyak negara Eropa yang memasok senjata kunci dan peralatan perang kepada pasukan Israel.

Senjata-senjata dan peralatan-peralatan perang tersebut kini banyak digunakan oleh Israel di Gaza.

Baca Juga: Rusia Murka, Ancaman Bom Nuklir ke Gaza Buktikan Israel Punya Senjata Pemusnah Massal

 

Dilansir kantor berita Palestina, WAFA, jumlah korban tewas dalam serangan Israel melonjak menjadi setidaknya 10.966 warga sipil, dengan lebih dari 28.500 orang terluka, kata Kementerian Kesehatan Palestina, Kamis (9/11) malam.

Dari 10.966 korban tewas itu, 10.790 orang di Jalur Gaza dan 176 di Tepi Barat, wilayah Palestina lainnya yang diduduki Israel sejak 1967.

Dilaporkan sebanyak 40 persen korban tewas di Gaza adalah anak-anak.

Selain itu, 26.000 warga Palestina terluka di Gaza, dan hampir 2.450 lainnya di Tepi Barat.

Pada 29 Oktober, dilaporkan sekitar 2.650 warga Palestina, termasuk setidaknya 1.400 anak hilang, yang diduga terjebak atau tewas di bawah reruntuhan.

Dari 35 rumah sakit di Gaza, sebanyak 18 saat ini tidak beroperasi karena kampanye pengeboman Israel dan habisnya cadangan bahan bakar akibat blokade total Israel.

Kekurangan bahan bakar membuat para dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi tanpa bius medis yang memadai, termasuk bagi mereka yang terluka dalam serangan udara Israel dan perempuan yang menjalani operasi caesar.


 




Sumber : Euronews, WAFA


BERITA LAINNYA



Close Ads x