Kompas TV internasional kompas dunia

Kian Tegang, Korea Selatan Sebut Korea Utara Luncurkan Rudal Jelajah ke Laut

Kompas.tv - 24 Januari 2024, 15:47 WIB
kian-tegang-korea-selatan-sebut-korea-utara-luncurkan-rudal-jelajah-ke-laut
Layar televisi menampilkan dokumentasi peluncuran rudal jelajah Korea Utara dalam sebuah tayangan berita di Stasiun Kereta Seoul, Seoul, Korea Selatan, Rabu (24/1/2024). Militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara meluncurkan beberapa rudal jelajah ke perairan di sebelah barat pada Rabu. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

SEOUL, KOMPAS.TV - Militer Korea Selatan, Rabu (24/1/2024), mengatakan Korea Utara meluncurkan beberapa rudal jelajah ke perairan di sebelah barat.

Serangkaian demonstrasi senjata yang provokatif ini meningkatkan ketegangan nuklir dengan Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan militer AS dan Korea Selatan sedang menganalisis peluncuran tersebut.

Pernyataan tersebut tidak langsung mengonfirmasi jumlah pasti rudal yang diluncurkan atau rincian penerbangan mereka.

Peluncuran ini menjadi yang kedua yang diketahui dilakukan Korea Utara pada tahun ini. Sebelumnya pada 14 Januari, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat.

Hal itu dipandang sebagai upaya Pyongyang untuk meningkatkan kemampuan persenjataannya untuk mengincar pangkalan militer AS di Jepang dan Guam.

"Militer kami telah meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan serta secara cermat berkoordinasi dengan Amerika Serikat sambil memantau tanda dan aktivitas lebih lanjut dari Korea Utara," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Associated Press.

Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir seiring upaya pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, untuk terus mempercepat pengembangan senjata dan mengeluarkan ancaman provokatif terkait konflik nuklir dengan AS dan sekutunya di Asia.

Sebagai respons, AS, Korea Selatan, dan Jepang telah memperluas latihan militer gabungan mereka, yang diinterpretasikan oleh Kim sebagai latihan invasi, sambil menyempurnakan strategi pengadangan mereka yang berpusat pada aset-aset AS yang dapat membawa senjata nuklir.

Dalam aksi saling balas terbaru, Korea Utara, pekan lalu, mengeklaim telah melakukan uji coba drone serangan bawah laut yang disebut dapat membawa hulu ledak nuklir sebagai respons terhadap latihan bersama angkatan laut AS, Korea Selatan, dan Jepang.

Pyongyang juga menyalahkan pihak lawan atas ketegangan di kawasan tersebut.

Baca Juga: Korea Utara Klaim Berhasil Uji Coba Drone Serang Nuklir Bawah Laut Menanggapi Latihan Militer Korsel

Layar televisi menampilkan dokumentasi peluncuran rudal jelajah Korea Utara dalam sebuah tayangan berita di Stasiun Kereta Seoul, Seoul, Korea Selatan, Rabu (24/1/2024). Militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara meluncurkan beberapa rudal jelajah ke perairan di sebelah barat pada Rabu. (Sumber: AP Photo)

Rudal jelajah termasuk dalam berbagai senjata yang diuji oleh Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir, sebagai upaya mereka untuk membangun ancaman nuklir yang dapat diandalkan terhadap AS dan sekutu-sekutunya di Asia.

Sejak 2021, Korea Utara telah melakukan beberapa uji coba penerbangan rudal jelajah jarak jauh yang mereka klaim dapat menjangkau jarak hingga 2.000 kilometer dan memiliki kemampuan membawa muatan nuklir.

Meskipun aktivitas rudal jelajah Korea Utara tidak secara langsung dilarang oleh sanksi PBB, para ahli mengatakan senjata tersebut berpotensi menjadi ancaman serius bagi Korea Selatan dan Jepang, karena dirancang untuk terbang seperti pesawat kecil dan melintasi lanskap yang sulit dideteksi oleh radar.

Terdapat kekhawatiran bahwa Korea Utara dapat meningkatkan ketegangan menjelang pemilihan presiden AS.

Baca Juga: Menteri Kim Jong-Un Siap Sambut Putin di Pyongyang, Bukti Korea Utara-Rusia Makin Mesra

Para ahli mengatakan Korea Utara mungkin akan berusaha meningkatkan posisinya dalam perundingan dengan siapa pun yang memenangi pemilihan presiden AS pada November mendatang.

Selain itu, Korea Utara memiliki sejarah panjang meningkatkan tekanan terhadap Korea Selatan ketika tidak memperoleh apa yang diinginkannya dari Washington.

Dalam sidang parlemen di Pyongyang minggu lalu, Kim menyatakan Korea Utara meninggalkan tujuan perdamaian reunifikasi dengan Korea Selatan.

Ia juga memerintahkan penyusunan ulang konstitusi Korea Utara untuk menegaskan rival perangnya sebagai musuh terbesarnya.

Kim menuduh Seoul bertindak sebagai "boneka kelas atas" AS dan mengulangi ancamannya akan menggunakan senjata nuklir untuk menghancurkan Korea Selatan jika diprovokasi.

Para analis menyatakan Korea Utara mungkin bertujuan untuk mengurangi pengaruh Korea Selatan dalam ketegangan nuklir regional.

Hal itu diharapkan akan memaksa terjadinya perundingan langsung dengan Washington sembari Pyongyang berusaha menetapkan status nuklir mereka.


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x