Kompas TV internasional kompas dunia

Perundingan Israel-Hamas Genting, Ini Posisi Terakhir Tuntutan Masing-masing

Kompas.tv - 31 Januari 2024, 14:08 WIB
perundingan-israel-hamas-genting-ini-posisi-terakhir-tuntutan-masing-masing
Kepulan asap serangan Israel terhadap Gaza hari Selasa, (30/1/2024). Para mediator dari Amerika Serikat dan Timur Tengah sempat optimis dengan perundingan Israel - Hamas, hari Selasa, (30/1/2024), namun situasi terakhir terlihat sulit dan runyam. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

Hamas Ingin Perang Berakhir

Hamas menolak melepaskan lebih banyak sandera sampai Israel menghentikan serangannya dan menarik mundur seluruh pasukannya dari Gaza. Mereka menginginkan kesepakatan yang lebih luas yang mencakup gencatan senjata jangka panjang dan rekonstruksi.

Pemimpin politik puncak kelompok ini, Ismail Haniyeh, hari Selasa, (30/1/2024) mengatakan prioritas Hamas adalah "penarikan penuh" pasukan Israel dari Gaza. Ia mengatakan setiap kesepakatan juga harus mengarah pada rekonstruksi, pencabutan blokade Israel - Mesir di wilayah itu, dan pembebasan "semua tahanan pahlawan kami."

Hamas diyakini secara luas menahan sandera-sandera tersebut di dalam terowongan yang sangat dijaga di bawah tanah, menggunakan mereka sebagai perisai manusia untuk pemimpin tertinggi dan sebagai alat tawar-menawar untuk melepaskan ribuan tahanan Palestina. Ini termasuk tokoh kelompok perlawanan yang terlibat dalam serangan yang menewaskan warga sipil Israel.

Jika Hamas melepaskan sandera tanpa mengakhiri perang, itu akan membuat mereka rentan terhadap serangan Israel yang lebih besar begitu gencatan senjata berakhir. Kegagalan mengamankan pertukaran tahanan besar-besaran akan membuat Hamas jadi sasaran kritik keras dari pihak Palestina setelah kematian dan penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat serangan pada 7 Oktober.

Di sisi lain, jika Hamas berhasil mendapatkan gencatan senjata jangka panjang, penarikan pasukan Israel, dan pembebasan ribuan tahanan, itu akan dianggap sebagai pemenang perang, setidaknya oleh pendukungnya sendiri.

Baca Juga: Fakta Terbaru Negosiasi Hamas dan Israel yang Difasilitasi Mesir-Qatar: Makin Gencar tapi Sulit

Bos CIA William Burns dan bos Mossad David Barnea. Hamas hari Senin, (29/1/2024), menegaskan pembebasan tawanan yang mereka pegang akan memerlukan jaminan berakhirnya serangan Israel di Gaza dan penarikan semua pasukan Isrel dari Gaza. (Sumber: Times of Israel)

Titik Tengah yang Dicari Para Mediator Perundingan

Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer penting untuk serangan Israel, sebagian besar mendukung tujuan Israel dalam perang ini. Mereka menginginkan semua sandera dilepaskan dan jaminan Hamas tidak akan pernah bisa melakukan serangan seperti yang dilakukan pada 7 Oktober.

Tetapi pemerintahan Joe Biden juga punya kepentingan besar untuk mengakhiri perang yang telah menyebabkan ketidakstabilan regional dan memecah pemilih Demokrat menghadapi pemilihan presiden tahun 2024.

Negara-negara Arab, termasuk mediator kunci Mesir dan Qatar, telah meminta gencatan senjata sejak awal perang, atas kekhawatiran bahwa peang akan menciptakan ketidakstabilan yang lebih luas.

AS dan para mediator Arab tampaknya mencari titik tengah di mana sandera akan dilepaskan bertahap dalam periode dua bulan sebagai pertukaran untuk tahanan Palestina, bantuan kemanusiaan yang lebih dibutuhkan akan diizinkan masuk ke Gaza, dan pasukan Israel akan mundur sebagian.

Jeda dua bulan bisa memberikan waktu untuk merundingkan kesepakatan yang lebih besar.

Diplomat AS dan Arab telah berbicara tentang potensi kesepakatan besar di mana Arab Saudi akan mengakui Israel dan bergabung dengan negara-negara Arab lainnya, dan Otoritas Palestina yang didukung Barat membantu membangun dan mengelola Gaza, sebagai imbalan untuk jalan yang kredibel menuju pembentukan negara Palestina bersama Israel.

Tetapi Netanyahu, yang pemerintahannya menentang kemerdekaan Palestina, dan Hamas yang menolak mengakui Israel, juga telah menolak kemungkinan tersebut.



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x