WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) lancarkan serangan udara ke fasilitas militer Iran dan juga milisi yang didukung negara tersebut di Irak dan Suriah.
Serangan tersebut dilakukan Jumat (2/2/2024), dan menjadi pembuka dari serangan balasan setelah drone milisi yang didukung Iran membunuh tiga tentara AS di Yordania pekan lalu.
Serangan masif itu mengenai lebih dari 85 target di tujuh lokasi.
Baca Juga: Israel Ketakutan Usai Menlu Inggris Bakal Akui Negara Palestina, Cemas Diikuti Negara Eropa Lain
Termasuk di antaranya markas kontrol dan komando, pusat intelijen, roket dan rudal, penyimpanan drone dan amunisi, serta fasilitas lainnya yang terhubung dengan milisi atau pasukan khusus Garda Revolusi Iran Quds.
Usai serangan, Presiden AS Joe Biden dalam pernyataannya mengungkapkan akan ada lebih banyak lagi serangan yang diluncurkan.
Serangan AS ini tampaknya tak langsung menargetkan Iran atau pemimpin senior pasukan Quds Garda Revolusi di wilayah itu.
Hal tersebut disinyalir karena AS berupaya mencegah konflik yang semakin meningkat.
Iran sendiri membantah berada di balik serangan ke markas militer AS di Yordania.
“Respons kami telah dimulai hari ini. Itu akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami tentukan,” peringatan Biden dikutip dari Associaed Press.
“Biar mereka semua yang ingin menyakiti kita tahu. Jika Anda menyakitui Amerika, maka kami akan merespons,” ujarnya.
Juru Bicara Majelis Keamanan Nasional John Kirby mengatakan target serangan telah dipilih secara cermat demi menghindari warga sipil menjadi korban.
Baca Juga: Insinyur Indonesia Dituduh Curi Teknologi Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Respons Kemlu RI
Selain itu berdasarkan bukti yang jelas dan tak terbantahkan bahwa serangan-tempat-tempat tersebut ada kaitannya dengan serangan terhadap personel AS di wilayah tersebut.
Meski begitu, Kirby tak merinci apa saja buktinya.
Menurut Direktur Staf Gabungan, Letnan Jenderal Douglas Sims, serangan itu dilakukan sekitar 30 menit, dan tiga lokasi serangan terjadi di Irak, sedangkan empat lainnya di Suriah.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.