Kompas TV internasional kompas dunia

Uni Eropa Desak Sekutu-Sekutu Israel Stop Bantuan Senjata, Langsung Dituduh Munafik

Kompas.tv - 13 Februari 2024, 09:31 WIB
uni-eropa-desak-sekutu-sekutu-israel-stop-bantuan-senjata-langsung-dituduh-munafik
Menlu Palestina Riyad Najeeb al-Maliki (kiri) bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Senin, 22 Januari 2024. Borrell, Senin (12/2/2024), mendesak sekutu-sekutu Israel, terutama Amerika Serikat (AS), menghentikan pengiriman senjata ke Israel karena sudah "terlalu banyak orang" yang tewas di Gaza. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Senin (12/2/2024), mendesak sekutu-sekutu Israel, terutama Amerika Serikat (AS), menghentikan pengiriman senjata ke Israel karena sudah "terlalu banyak orang" yang tewas di Gaza.

Merujuk pada komentar Presiden AS Joe Biden minggu lalu yang menyebut tindakan militer Israel "berlebihan", Borrell mengatakan, "Jika Anda percaya bahwa terlalu banyak orang tewas, mungkin Anda sebaiknya menyediakan lebih sedikit senjata agar tidak terlalu banyak orang yang tewas."

"Apakah [itu] tidak logis?" tanyanya dalam konferensi pers di Brussels bersama Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini yang ditekan oleh Israel untuk mengundurkan diri.

“Berapa kali Anda mendengar pemimpin dan menteri luar negeri paling terkemuka di seluruh dunia mengatakan terlalu banyak orang yang tewas?” tanya Borrell lagi.

"Jika masyarakat internasional percaya ini adalah pembantaian, bahwa terlalu banyak orang yang tewas, mungkin kita harus memikirkan penyediaan senjata."

Diplomat tertinggi Uni Eropa itu juga mengecam perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang meminta lebih dari satu juta warga Palestina yang tinggal di Kota Rafah, Gaza, untuk "dievakuasi" menjelang rencana operasi militer Israel ke wilayah tersebut.

"Mereka akan dievakuasi ke mana? Ke Bulan? Ke mana mereka akan mengungsikan orang-orang ini?" tanya Borrell.

Baca Juga: Menteri Israel Itamar Ben Gvir Serukan Tentara Zionis Tembaki Wanita dan Anak-anak Palestina di Gaza

Warga sipil dari utara Gaza mengungsi dari Khan Younis di bagian tengah Gaza, menuju Rafah pada 29 Januari 2024, yang kini menjadi target serangan Israel. (Sumber: AP Photo)

Ini bukan kali pertama Borrell menyatakan keprihatinan atas invasi ke Rafah yang berada di bagian selatan Gaz.

Pada Minggu (11/2/2024), dia mengatakan serangan ke Rafah "akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang tak terkatakan" dan ketegangan serius dengan Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza.

Dituduh Munafik

Mantan Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis mengatakan negara-negara Eropa turut bertanggung jawab atas kekejaman yang terjadi di Gaza.

"Kami Eropa menciptakan masalah ini... kita memainkan peran jahat dalam melanggengkannya," kata Varoufakis kepada Al Jazeera.

Dia menuduh Borrell munafik karena mengatakan tekanan yang diberikan kepada Israel belum cukup, sementara Uni Eropa justru "secara kolektif mengirim senjata" ke Israel.

"Saat ini, Jerman, Prancis, [dan] Italia mengirim persenjataan yang digunakan di Rafah untuk membunuhi warga," tambah Varoufakis.

Komentar terbarunya keluar ketika puluhan orang tewas dalam serangan udara Israel di Rafah, menurut pejabat kesehatan Palestina. Warga Rafah tengah bersiap menghadapi serangan besar-besaran di daerah perkotaan yang padat.

Adapun Volker Turk, kepala hak asasi manusia PBB, juga mengungkapkan kekhawatiran atas rencana serangan darat Israel ke Rafah.

Dia mengatakan "sangat mudah membayangkan apa yang akan terjadi" jika serangan yang direncanakan itu tidak dihentikan.

Baca Juga: Arab Saudi Murka ke Israel, Ancam Akan Ada Konsekuensi Serius jika Zionis Invasi Rafah

Warga Palestina melihat sebuah masjid yang hancur akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza Rabu, (24/1/2024). (Sumber: AP Photo)

"Invasi militer skala penuh ke Rafah, di mana sekitar 1,5 juta warga Palestina terjebak di dekat perbatasan Mesir tanpa tempat untuk melarikan diri lebih jauh, sangat menakutkan, mengingat kemungkinan bahwa jumlah warga sipil yang sangat tinggi, terutama anak-anak dan perempuan, berkemungkinan besar akan tewas dan terluka," kata Turk dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari setengah populasi Gaza telah berkerumun di Rafah untuk menghindari bombardir Israel, yang telah merusak sebagian besar wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 itu.

Sebagian besar warga yang kini berada Rafah adalah pengungsi dari wilayah utara, tengah, dan timur Gaza yang hancur akibat serangan Israel.

Hamas, kelompok Palestina yang memerintah Gaza, telah memperingatkan Israel bahwa serangan darat di Rafah akan membahayakan negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan.

Lebih dari 28.340 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober, menurut otoritas Palestina.

Bombardir dan serangan darat Israel yang tak henti-hentinya telah membuat lebih dari 80 persen populasi Gaza mengungsi, menurut lembaga bantuan. Serangan Israel juga merusak sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing.

Israel meluncurkan perangnya di Gaza setelah Hamas melakukan serangan mengejutkan di selatan Israel pada 7 Oktober, yang menurut otoritas setempat menewaskan setidaknya 1.139 orang, sebagian besar warga sipil.


 




Sumber : Al Jazeera


BERITA LAINNYA



Close Ads x