TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Isrel Benjamin Netanyahu menegur keras menteri senior kabinet perang, Benny Gantz, yang tiba di Washington hari Minggu (3/3/3034) untuk pembicaraan dengan pejabat Amerika Serikat.
Menurut seorang pejabat Israel, hal itu menunjukkan perpecahan dalam kepemimpinan negara Zionis makin terkuak hampir lima bulan setelah perang dengan Hamas.
Perjalanan Benny Gantz, rival politik dari kubu tengah yang bergabung dengan Kabinet perang Netanyahu setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, terjadi ketika ketegangan antara AS dan Netanyahu makin panas mengenai cara mengurangi penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan seperti apa rencana pasca perang untuk wilayah tersebut.
Seorang pejabat dari partai Likud kanan jauh Netanyahu mengatakan perjalanan Gantz tidak mendapat izin dari pemimpin Israel. Pejabat tersebut, yang tidak ingin disebut namanya, mengatakan Netanyahu "berbicara keras" dengan Gantz dan mengatakan kepadanya bahwa Israel hanya punya "satu perdana menteri."
Gantz dijadwalkan bertemu dengan Wapres AS Kamala Harris dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan hari Senin, serta dengan Menlu Antony Blinken hari Selasa, menurut Partai Persatuan Nasionalnya.
Seorang pejabat Israel kedua yang berbicara dengan secara anonim mengatakan kunjungan Gantz bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan AS, mendukung perang Israel, dan mendorong pembebasan sandera Israel.
Di Mesir, pembicaraan sedang berlangsung untuk mediasi gencatan senjata sebelum bulan suci Ramadan dimulai minggu depan.
Baca Juga: Menteri Israel yang Pernah Ancam Bom Nuklir Gaza Ingin Hapus Bulan Ramadan
Israel tidak mengirim delegasi karena menunggu jawaban dari Hamas mengenai dua pertanyaan, menurut pejabat pemerintah Israel ketiga yang juga berbicara dengan anonim. Media Israel melaporkan Israel menunggu informasi tentang sandera yang masih hidup dan berapa banyak tahanan Palestina yang diminta Hamas sebagai pertukaran.
Ketiga pejabat Israel berbicara secara anonim karena tidak diizinkan untuk membahas perselisihan ini dengan media.
Hari Sabtu, AS menjatuhkan bantuan ke Gaza. Operasi penerjunan bantuan dari udara ini dilakukan setelah 116 warga Palestina tewas minggu lalu saat berusaha mengambil makanan dari konvoi bantuan yang masuk ke Gaza.
Penerjunan bantuan dari udara ini menghindari sistem pengiriman bantuan yang terhambat oleh pembatasan Israel, masalah logistik, dan pertempuran di Gaza, walau dianggap jauh kurang efektif dibandingkan pengiriman oleh truk.
Prioritas AS di wilayah ini semakin terhalang oleh Kabinet Netanyahu, yang didominasi kaum ultranasionalis. Partai Gantz yang lebih moderat kadang-kadang bertindak sebagai penyeimbang.
Popularitas Netanyahu anjlok sejak perang dimulai, menurut sebagian besar jajak pendapat. Banyak warga Israel menyalahkannya karena gagal menghentikan serangan Hamas pada 7 Oktober, yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membawa sekitar 250 orang sebagai sandera ke Gaza, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, menurut otoritas Israel.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.