Kompas TV internasional kompas dunia

Konvoi Kedua Bantuan untuk Gaza Berangkat dari Siprus, Dibayangi Wabah Kelaparan akibat Israel

Kompas.tv - 31 Maret 2024, 13:59 WIB
konvoi-kedua-bantuan-untuk-gaza-berangkat-dari-siprus-dibayangi-wabah-kelaparan-akibat-israel
Sebuah kapal kargo, kanan, dan kapal milik kelompok bantuan Open Arms, memuat 240 ton makanan kaleng tujuan Gaza bersiap untuk berlayar di luar pelabuhan Larnaca, Siprus, pada Sabtu, 30 Maret 2024. Badan amal AS World Central Kitchen mengatakan kapal tersebut, bernama Jennifer, dijadwalkan berangkat setelah pelayaran perdana rute laut Siprus-Gaza awal bulan ini dengan kapal Open Arms yang mengirimkan 200 ton makanan dan air. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Israel mengeklaim lebih dari sepertiga dari yang tewas adalah milisi, meskipun tidak memberikan bukti untuk mendukungnya, dan menyalahkan Hamas atas korban sipil karena kelompok tersebut beroperasi di daerah pemukiman.

Militer Israel pada Sabtu mengakui menembak mati dua warga Palestina dan melukai satu lagi di pantai Gaza, merespons video yang disiarkan awal pekan ini oleh Al Jazeera yang menunjukkan seorang pria jatuh ke tanah setelah berjalan di daerah terbuka dan sebuah buldoser mendorong dua mayat ke pasir yang penuh sampah. Militer Israel mengeklaim pasukan menembak setelah kedua pria itu diduga mengabaikan tembakan peringatan.

Militer Israel mengatakan terus melakukan serangan ke puluhan target di Gaza, beberapa hari setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan permintaan pertamanya untuk gencatan senjata.

Bantuan juga turun di Gaza. Militer AS dalam operasi penerjunan bantuan dari udara pada hari Jumat mengatakan telah melepaskan lebih dari 100.000 paket bantuan pada hari itu dan hampir satu juta paket secara keseluruhan, sebagai bagian dari upaya internasional.

Baca Juga: TNI AU Siapkan Pesawat Hercules Baru untuk Terjunkan Bantuan Kemanusiaan ke Palestina

Warga Palestina menatap bantuan kemanusiaan yang diterjunkan dengan parasut di Kota Gaza, 25 Maret 2024. (Sumber: Mahmoud Essa/Associated Press)

Amerika Serikat (AS) juga menyambut pembentukan pemerintahan otonomi Palestina yang baru, menilai susunan kabinet yang direvisi sebagai langkah menuju reformasi politik. Pemerintah Biden mendesak untuk "merevitalisasi" Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat dengan harapan mereka dapat mengelola Gaza setelah perang berakhir.

Otoritas yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, memilih ekonom yang berpendidikan di AS, Mohammad Mustafa, sebagai perdana menteri. Tetapi baik Israel maupun Hamas, yang mengusir pasukan keamanan Abbas dari Gaza dalam pengambilalihan tahun 2007, menolak gagasan bahwa mereka akan mengelola Gaza.

Otoritas Palestina juga memiliki sedikit dukungan populer atau legitimasi di kalangan warga Palestina karena kerja sama keamanannya dengan Israel di Tepi Barat.

Lebih dari 400 warga Palestina tewas oleh pasukan atau pemukim Israel di Tepi Barat atau Yerusalem Timur sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan setempat.

Israel mengatakan setelah perang, mereka akan mempertahankan kendali keamanan terbuka atas Gaza dan bermitra dengan Palestina yang tidak berafiliasi dengan Otoritas Palestina atau Hamas. Tidak jelas siapa di Gaza yang bersedia mengambil peran seperti itu.

Hamas telah memperingatkan warga Palestina di Gaza untuk tidak bekerja sama dengan Israel dalam mengelola wilayah tersebut, mengatakan bahwa siapa pun yang melakukannya akan diperlakukan sebagai kolaborator, yang dipahami sebagai ancaman kematian.

Hamas meminta semua faksi Palestina untuk membentuk pemerintahan bersama sebelum pemilihan umum, yang tidak dilakukan dalam 18 tahun.


 

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x