WASHINGTON, KOMPAS TV - Sebanyak 60 dosen dan pengajar jurnalisme di Amerika Serikat hari Senin (29/4/2024) mendesak surat kabar New York Times untuk meninjau laporan yang kontroversial, yang menyebutkan Hamas melakukan "pola pemerkosaan, mutilasi, dan kebrutalan ekstrem terhadap perempuan" dalam serangan mereka pada 7 Oktober tahun lalu terhadap Israel.
Para pengajar, berasal dari sekolah-sekolah jurnalisme di seluruh AS termasuk University of Southern California, New York University, dan Northwestern University, mengatakan mereka merasa perlu untuk menerbitkan surat terbuka kepada New York Times usai menemukan "laporan-laporan meyakinkan" yang menantang integritas berita tersebut.
"Pemimpin redaksi Times tampaknya sebagian besar mengabaikan laporan-laporan ini dan tetap diam atas pertanyaan-pertanyaan penting dan mengganggu yang diajukan tentang proses pelaporan dan editorialnya," tulis surat terbuka para profesor yang salinan yang diperoleh dan diposting online oleh surat kabar Washington Post.
" Tidak hanya merugikan The Times itu sendiri, tetapi juga secara aktif membahayakan jurnalis, termasuk wartawan Amerika yang bekerja di zona konflik serta jurnalis Palestina (sekitar 100 telah tewas dalam konflik ini sejauh ini)," tambah mereka.
Mereka mendesak Times untuk "segera membentuk kelompok pakar jurnalisme untuk melakukan tinjauan independen yang menyeluruh dan penuh terhadap proses liputan, pelaporan, pengeditan, dan penerbitan cerita ini dan merilis laporan temuannya."
Cerita yang dimaksud adalah berita New York Times tanggal 28 Desember 2023 yang diberi judul "Jeritan Tanpa Kata-kata': Kekerasan Seksual pada 7 Oktober". Artikel tersebut telah menjadi sasaran kritik dan perdebatan sejak publikasinya, termasuk di dalam ruang berita Times sendiri.
The Intercept, situs berita online sayap kiri, menerbitkan sebuah artikel pada 28 Februari di mana mereka menunjukkan bahwa keluarga salah satu korban yang tewas yang menjadi pusat laporan Times membantah bahwa dia telah diperkosa anggota Hamas. Salah satu anggota keluarga mengatakan mereka telah ditekan "dengan dalih palsu" untuk berbicara kepada media pada awalnya.
Baca Juga: Seluruh Kedubes Israel Waspada Tunggu Surat Perintah Penangkapan Pengadilan Pidana Internasional ICC
Para wartawan yang bekerja pada cerita tersebut "mengatakan mereka ingin menulis laporan untuk mengenang Gal, itu saja. Jika kami tahu bahwa judulnya akan tentang pemerkosaan dan kekejaman, kami tidak akan pernah menerimanya," tulis saudari Gal, Abdush di Instagram.
Setelah ramai diprotest, ada pembaruan terhadap berita yang diterbitkan pada bulan Maret. Periode waktu yang sangat tidak biasa untuk praktek editorial, yang biasanya dilakukan dalam waktu beberapa hari atau beberapa jam setelah publikasi.
The Times mencatat bahwa "video baru yang dirilis" yang diperiksa oleh surat kabar tersebut melemahkan beberapa detail yang menjadi dasar laporan berdasarkan tuduhan dari seorang paramedis militer Israel.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.