Kompas TV internasional kompas dunia

Inilah Empat Cara Perang Gaza Bisa Berakhir, Semua Bakal Dipandang sebagai Kemenangan Hamas

Kompas.tv - 24 Mei 2024, 07:00 WIB
inilah-empat-cara-perang-gaza-bisa-berakhir-semua-bakal-dipandang-sebagai-kemenangan-hamas
PM Israel Benjamin Netanyahu terlihat mumet saat sidang kabinet bulan Juni 2023. Meski sudah digempur Israel habis-habisan, Hamas tetap melawan sengit. Mumet Hamas tidak juga bisa dikalahkan, inilah empat cara perang tersebut bisa berakhir, dan kesemuanya bisa dipandang sebagai kemenangan Hamas. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Meski sudah digempur habis-habisan, Hamas tetap melawan sengit setelah tujuh bulan perang brutal dengan Israel. Hamas baru saja menyerang wilayah Israel dengan roket dari Gaza utara. Mumet lantaran Hamas tidak juga bisa dikalahkan, inilah empat cara perang tersebut bisa berakhir, dan kesemuanya bisa dipandang sebagai kemenangan Hamas.

Israel awalnya berhasil menguasai beberapa wilayah, setelah serangan udara besar-besaran membuka jalan bagi pasukan darat Israel untuk merangsek masuk. Namun, keuntungan awal itu berubah menjadi perjuangan berat melawan perlawanan yang cepat beradaptasi, membuat banyak orang Israel merasa militer mereka cuma punya pilihan yang semuanya buruk bagi Israel, mirip dengan perang Amerika Serikat (AS) di Irak dan Afghanistan.

Ini menjadi latar belakang pemberontakan dua anggota Kabinet Perang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yaitu Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Benny Gantz, saingan politik utama Netanyahu, yang menuntut rencana pasca-perang yang rinci.

Keduanya mendukung pembalasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk pengeboman besar-besaran, operasi darat yang menghancurkan, dan penutupan perbatasan yang menurut Program Pangan Dunia PBB menyebabkan kelaparan di beberapa bagian wilayah tersebut.

Namun sekarang kedua jenderal pensiunan itu khawatir tentang pendudukan kembali Gaza yang berkepanjangan dan mahal, dari mana Israel menarik pasukan dan pemukim pada tahun 2005. Mereka juga menentang penarikan mundur yang akan membiarkan Hamas tetap berkuasa atau mengarah pada pembentukan negara Palestina.

Sebagai gantinya, mereka mengajukan alternatif yang dianggap banyak orang Israel sebagai tidak realistis. Sementara itu, Hamas mengusulkan rencana pasca-perang mereka sendiri.

Berikut adalah empat cara perang ini mungkin berakhir, seperti laporan Associated Press, Kamis (23/5/2024).

Baca Juga: Jubir Kanselir Pastikan Jerman akan Tangkap Netanyahu jika ICC Terbitkan Surat Perintah Penangkapan

Tank Israel di Gaza hari Sabtu, 18/5/2024. Meski sudah digempur Israel habis-habisan, Hamas tetap melawan sengit. Mumet Hamas tidak juga bisa dikalahkan, inilah 4 cara perang tersebut bisa berakhir dan kesemuanya bisa dipandang sebagai kemenangan Hamas. (Sumber: AP Photo)

Pendudukan Militer Penuh

Netanyahu berjanji akan meraih “kemenangan total” yang akan menghapus Hamas dari kekuasaan, membongkar kemampuan militernya, dan mengembalikan puluhan sandera yang masih mereka tahan sejak serangan yang memicu perang ini.

Ia mengatakan kemenangan bisa tercapai dalam beberapa minggu jika Israel melancarkan invasi besar-besaran ke Rafah, yang digambarkan Israel sebagai benteng terakhir Hamas.

Amir Avivi, seorang jenderal Israel yang sudah pensiun dan mantan wakil komandan divisi Gaza, mengatakan itu baru permulaan. Ia mengatakan Israel harus tetap mengontrol agar Hamas tidak dapat berkumpul kembali.

"Jika kamu tidak mengeringkan rawa, kamu tidak bisa menangani nyamuknya. Mengeringkan rawa berarti perubahan total dalam sistem pendidikan, dan menangani kepemimpinan lokal bukan dengan organisasi teror,” demikian sang pensiunan jenderal mengeklaim. "Ini adalah proses generasional. Ini tidak akan terjadi dalam sehari."

Anggota sayap kanan koalisi Netanyahu, yang memegang kunci kekuasaannya, menyerukan pendudukan permanen, "emigrasi sukarela" sejumlah besar warga Palestina ke mana saja yang mau menerima mereka, dan membangun kembali permukiman Yahudi di Gaza.

Sebagian besar orang Israel menolak, mengingat biaya besar untuk menempatkan ribuan tentara di wilayah yang dihuni 2,3 juta warga Palestina. Sebagai kekuatan pendudukan, Israel mungkin harus bertanggung jawab untuk menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan layanan lainnya. Tidak jelas sejauh mana donor internasional akan membantu mendanai rekonstruksi di tengah permusuhan yang sedang berlangsung.

Tidak ada jaminan bahwa pendudukan seperti itu akan menghilangkan Hamas.

Israel sepenuhnya mengontrol Gaza ketika Hamas didirikan pada akhir 1980-an. Pendudukan Israel selama 18 tahun di Lebanon selatan bersamaan dengan bangkitnya Hizbullah, dan pasukan Israel rutin berperang dengan milisi di Tepi Barat, yang dikontrolnya sejak 1967.

Baca Juga: Oposisi Israel Desak Netanyahu Akui Negara Palestina dengan Syarat dan Jaminan

Warga Palestina berjalan di antara bangunan-bangunan yang hancur akibat bombardir Israel di Khan Younis, di bagian tengah Jalur Gaza, pada 8 April 2024. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

Pendudukan Ringan dengan Pengelolaan Gaza oleh Pion-Pion Palestina yang Pro-Israel

Netanyahu mengatakan Israel akan mempertahankan kendali keamanan atas Gaza tetapi menyerahkan pemerintahan sipil kepada warga Palestina setempat yang tidak terafiliasi dengan Hamas atau Otoritas Palestina yang didukung Barat, saat ini mengelola sebagian wilayah Tepi Barat.

Ia menyarankan agar negara-negara Arab dan lainnya membantu dalam pemerintahan dan pembangunan kembali. Namun sejauh ini, tidak ada yang menunjukkan minat.

Tidak ada warga Palestina yang diketahui mau kerja sama dengan militer Israel. Mungkin karena Hamas mengatakan mereka akan diperlakukan sebagai kolaborator, yang berarti ancaman kematian yang terselubung, atau mungkin karena mereka sangat antipati kepada militer Israel.

Upaya untuk mendekati pengusaha dan keluarga berpengaruh Palestina “berakhir dengan bencana”, kata Michael Milshtein, analis urusan Palestina di Universitas Tel Aviv dan mantan perwira intelijen militer.



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x