Kompas TV internasional kompas dunia

Ralph Nader, Capres 4 Kali AS Sebut di Bawah Hukum Internasional Israel Jelas Lakukan State Terror

Kompas.tv - 9 Juni 2024, 20:36 WIB
ralph-nader-capres-4-kali-as-sebut-di-bawah-hukum-internasional-israel-jelas-lakukan-state-terror
Ralph Nader, pria yang menjadi 4 kali calon presiden (capres) 4 kali Amerika Serikat (AS). Ia angkat bicara terkait tindakan Israel di Gaza adalah bukti nyata sebuah teror negara atau state terror. Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

Bagi Nader, beberapa orang berspekulasi Netanyahu punya motif memulai perang untuk mempertahankan posisinya.

"Seperti semua pemimpin diktator, saat dalam masalah besar soal korupsi dan opini publik, mereka butuh perang eksternal untuk mengalihkan perhatian," imbuh dia.

"Tanpa runtuhnya keamanan perbatasan Israel, kita tidak akan membicarakan hal ini. Tidak akan ada invasi genosida Israel. Jadi semuanya dimulai dengan Netanyahu," tegas Nader.

AS adalah Faktor Terbesar dalam Pembentukan Israel

Nader juga berpendapat bahwa AS, dengan mendukung Israel, turut serta dalam agresi di bawah hukum internasional.

Dia menuduh Presiden AS Joe Biden dan Kongres melanggar enam undang-undang federal dengan memberikan bantuan militer dan finansial kepada Israel, yang disebutnya sebagai pelanggar hak asasi manusia.

"Kongres hanya mengalokasikan miliaran dolar lagi untuk senjata yang digunakan membunuh lebih banyak warga Palestina dan melanjutkan perang, demi menyelamatkan pekerjaan Netanyahu."

Baca Juga: Korban Tewas Warga Sipil Palestina Melonjak Jadi 274 Warga Saat Israel Bebaskan 4 Sandera

Ia menjelaskan, selama pemerintah dan Kongres AS berpihak pada Israel, Tel Aviv akan mengabaikan opini publik global.

"Mereka tidak peduli tentang Asia, Amerika Selatan, Eropa, tidak masalah. AS adalah faktor utama yang memungkinkan Israel bertindak seperti itu."

Menyoroti kondisi yang mengerikan di Gaza, termasuk kehancuran, kelaparan, dan polusi udara, Nader mengatakan: "Lebih dari 200.000 warga Palestina telah meninggal sejak Oktober, bukan 35.000. Angka ini berdasarkan hampir 100.000 bom dan rudal yang langsung menargetkan warga sipil, tanpa makanan, air, obat-obatan, listrik, layanan kesehatan, dan perkiraan korban WHO sejak Oktober lalu."


 



Sumber : Anadolu



BERITA LAINNYA



Close Ads x