TEHERAN, KOMPAS.TV - Seorang kandidat calon Presiden Iran memutuskan mundur dari kontestasi, dan menjadi yang pertama kali melakukannya.
Adalah Amirhossein Ghazizadeh Hashemi (53), mantan wakil Presiden Ebrahim Raisi dan Kepala Yayasan Urusan Martir dan Veteran Iran, yang memutuskan mundur sebagai kandidat, Rabu (26/6/2024).
Ia memutuskan hal itu agar kelompok garis keras bisa berkoalisi untuk mendapatkan kandidat persatuan pemungutan suara menggantikan Raisi.
Baca Juga: Bolivia Nyaris Alami Kudeta Militer, Polisi Langsung Tangkap Jenderal Pemimpin Pemberontakan
Dikutip dari Associated Press berdasarkan laporan Kantor Berita Iran IRNA, Hashemi juga menyerukan kandidat lain untuk melakukan hal yang sama.
“Dengan begitu, front revolusi bisa semakin diperkuat,” kata Hashemi.
Hashemi sebelumnya ikut dalam pemilihan presiden pada 2021. Namun, hanya menerima kurang dari 1 juta suara yang menjadikannya berada di posisi terakhir.
Pengunduran diri di waktu-waktu terakhir pemilihan Presiden Iran memang biasa terjadi, khususnya 24 jam sebelum pemilihan ketika para calon menjalani periode diam yang merupakan kewajiban sebelum pemilu.
Para pemilih akan mulai memberikan suaranya pada Jumat (28/6/2024).
Keputusan Hashemi mundur menyisakan lima kandidat lain untuk bersaing. Dua politikus garis keras, mantan negosiator nuklir Saeed Jalili dan anggota parlemen Mohammad Bahger Qalibaf, menjadi kandidat dari blok yang sama.
Selain itu, satu-satunya reformis, Masoud Pezeshkian, seorang dokter ahli operasi jantung, mengasosiasikan dirinya dengan pemerintahan Presiden Hassan Rouhani yang dikenal moderat, dan mencapai kesepakatan nuklir 2015 dengan negara kekuatan dunia.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menegaskan sikap tak mengizinkan perempuan atau semua orang yang menyerukan perubahan radikal negara itu untuk ikut memberikan suara.
Namun, Khamenei dalam beberapa hari terakhir telah menyerukan partisipasi maksimal dalam pemilihan presiden.
Ia juga memberikan pesan terselubung terhadap Pezeshkian dan sekutunya agar tidak bergantung pada Amerika Serikat (AS).
Sikap apatis masyarakat terhadap pemilu meluas di Teheran usai kecelakaan helikopter yang menewaskan Raisi, Mei lalu.
Baca Juga: Jenderal AS Ingatkan Israel, Perang Lawan Hizbullah Bakal Bikin Iran Turun Tangan
Setelah janji dari kesepakatan nuklir yang membuka akses Iran ke seluruh dunia hampir satu dekade lalu, masyarakat Iran secara umum menghadapi kondisi ekonomi yang sulit.
Kondisi Timur Tengah yang jauh lebih tak menentu juga telah memperlihatkan pertama kalinya Iran melakukan serangan mematikan ke Israel.
Teratasnya pilihan dalam pemilu, serta meluasnya ketidakpuasan atas tindakan keras Iran terhadap perempuan negara itu mengenai kewajiban berjilbab, membuat beberapa orang mengatakan mereka tak akan memilih.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.