MEXICO CITY, KOMPAS.TV - Konflik internal kartel narkoba Sinaloa di Meksiko semakin berdarah dan memanas setelah penangkapan dua pemimpinnya oleh otoritas Amerika Serikat (AS) pada akhir Juli lalu.
Pembunuhan sekitar selusin orang di Sinaloa, negara bagian di Meksiko, diduga kuat terkait perebutan kekuasaan dalam kartel Sinaloa, yang dipicu oleh penahanan dua tokoh utamanya pada 25 Juli lalu.
Salah satu pemimpin faksi Chapito, kelompok yang dipimpin oleh anak-anak Joaquin "El Chapo" Guzmán, Joaquín Guzmán López, secara mengejutkan menyerahkan diri kepada otoritas AS bulan lalu.
Namun, yang lebih mengejutkan, ia diduga juga menculik Ismael "El Mayo" Zambada, pemimpin faksi rival, dan menyeretnya dalam penerbangan yang sama ke El Paso, Texas, untuk diserahkan kepada pihak berwenang.
Di tengah kekacauan ini, otoritas Meksiko tampak terjepit. Mereka tidak terlibat dalam penangkapan tersebut dan tampaknya enggan memanfaatkan situasi ini untuk menindak kartel Sinaloa yang mulai terpecah.
Saat ini, yang diperebutkan adalah posisi yang akan memimpin faksi Zambada setelah ia ditahan di AS.
Baca Juga: Meksiko Kirim Pasukan Khusus ke Sinaloa usai Penangkapan Bos Kartel Narkoba di AS
Gubernur Sinaloa, Rubén Rocha, Senin (19/8/2024), mengakui pembunuhan yang terjadi pada Jumat (16/8) dan Sabtu (17/8) lalu terkait dengan konflik internal kartel tersebut.
"Ini jelas terkait dengan kartel narkoba, dan bisa dikaitkan dengan situasi setelah penangkapan 25 Juli," kata Rocha.
"Yang saya inginkan adalah perdamaian, dan saya harus memintanya dari siapa pun, termasuk mereka yang berbuat kekerasan."
Pernyataan Rocha sejalan dengan komentar Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador yang juga mengakui bahwa dua pembunuhan lainnya terkait dengan konflik internal.
"Kami tidak ingin situasi di Sinaloa semakin memburuk," ujar López Obrador.
"Meski ada kekerasan, selama ini tidak ada konfrontasi langsung antarkelompok."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.