Kompas TV internasional kompas dunia

Israel dan Hizbullah Saling Gempur, Apakah Sudah Masuk Definisi Perang? Ini Penjelasannya

Kompas.tv - 24 September 2024, 06:30 WIB
israel-dan-hizbullah-saling-gempur-apakah-sudah-masuk-definisi-perang-ini-penjelasannya
Jet tempur Israel bersenjata terlihat dari Hadera saat melintasi menuju Israel utara, pada Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

BEIRUT, KOMPAS.TV – Ketegangan antara Israel dan Hizbullah terus meningkat. Serangan bom Israel menyasar berbagai bagian Lebanon, termasuk milisi senior di Beirut. Sebaliknya, Hizbullah menembakkan roket dan drone ke wilayah utara Israel, membakar bangunan dan mobil. Meski situasinya semakin genting, hingga saat ini belum ada pihak yang menyebut konflik ini sebagai perang secara resmi.

Pejabat Israel menyatakan mereka tidak ingin berperang dengan Hizbullah, dan konflik ini bisa dihindari jika Hizbullah menghentikan serangannya dan mundur dari perbatasan. Di sisi lain, Hizbullah pun menegaskan tidak menginginkan perang, namun siap menghadapinya. Mereka juga menegaskan akan terus menyerang Israel selama serangan di Gaza tidak dihentikan.

Konflik ini semakin panas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, di mana Hizbullah mulai menargetkan wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap sekutunya, Hamas. Namun, eskalasi mencapai puncaknya pada Senin (23/9/2024), ketika serangan udara Israel menewaskan lebih dari 270 orang, menurut pejabat Lebanon.

Ini adalah hari paling mematikan di Lebanon sejak perang terakhir antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006. Untuk jelasnya apakah ini sudah masuk definisi perang terbuka atau belum, simak penjelasan seperti laporan Associated Press

Baca Juga: Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina

Mobil-mobil terjebak macet saat mereka melarikan diri dari desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Definisi Perang: Apakah Konflik Ini Sudah Bisa Disebut Perang?

Kamus Merriam-Webster mendefinisikan perang sebagai keadaan konflik bersenjata terbuka dan terdeklarasi antara negara atau bangsa. Namun, para ahli memperluas definisi ini untuk mencakup kekerasan berskala besar yang melibatkan kelompok pemberontak, milisi, dan kelompok ekstremis.

Meski belum ada deklarasi resmi, banyak yang berpendapat bahwa tindakan kekerasan skala besar antara Israel dan Hizbullah sudah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai perang.

"Jika seseorang memberi tahu saya pada musim panas 2023 bahwa Hizbullah menyerang pangkalan Israel, dan Israel membalas dengan serangan ke Lebanon selatan serta Beirut selatan, saya pasti mengira ini perang terbuka," kata Andreas Krieg, seorang analis militer di King's College London.

Meskipun belum ada pertempuran darat, beberapa pihak merasa metrik atau tolok ukur tersebut tidak lagi relevan dalam menilai apakah sebuah konflik adalah perang atau bukan.

Baca Juga: China Perintahkan Warganya Segera Tinggalkan Israel dan Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel melepaskan tembakan untuk mencegat roket yang diluncurkan dari Lebanon, di Israel utara, Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Mengapa Kedua Pihak Tidak Menyebutnya Perang?

Baik Israel maupun Hizbullah enggan menggunakan kata "perang" karena mereka berharap bisa mencapai tujuan mereka tanpa memicu konflik yang lebih besar.

"Meski ketegangan meningkat, situasi di Lebanon selatan belum dapat disebut perang penuh, karena baik Hizbullah maupun Israel ingin menggunakan tekanan terbatas untuk mencapai tujuannya," kata Lina Khatib, pakar Timur Tengah dari Chatham House.

Bagi Hizbullah, serangan roket dan drone adalah upaya untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, yang juga didukung Iran. Di sisi lain, Israel berusaha menekan Hizbullah untuk mundur atau terlibat dalam negosiasi diplomatik. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melakukan apa saja agar serangan berhenti, sehingga warga Israel yang mengungsi bisa kembali ke rumah mereka.

Namun, harapan untuk tercapainya gencatan senjata di Gaza tampak semakin kecil, dan baik Hizbullah maupun Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan serangan mereka dalam waktu dekat.

Baca Juga: Israel Kirim Serangan Besar ke Lebanon, Peluang Perang Terbuka Semakin Besar

Asap mengepul akibat serangan udara Israel terhadap desa-desa di distrik Nabatiyeh, terlihat dari kota selatan Marjayoun, Lebanon, Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Seperti Apa Perang Skala Penuh jika Terjadi?

Para ahli umumnya sepakat bahwa perang di masa depan antara Israel dan Hizbullah akan jauh lebih buruk dibandingkan perang yang mereka hadapi pada tahun 2006. Selama bertahun-tahun, Israel memperingatkan bahwa dalam perang selanjutnya, mereka akan menghancurkan infrastruktur penting Lebanon dan meratakan markas besar Hizbullah, terutama di distrik Dahiyeh, Beirut selatan.

Di sisi lain, Hizbullah juga telah mengembangkan dan memperkuat arsenalnya, yang diperkirakan memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal yang mampu menjangkau seluruh wilayah Israel. Kondisi ini menciptakan situasi deterens atau saling menahan diri yang membuat perbatasan relatif tenang sejak 2006 hingga Oktober tahun lalu.

Namun, situasi bisa berubah kapan saja. Uzi Rabi, direktur Moshe Dayan Center for Middle Eastern and African Studies di Universitas Tel Aviv, mengatakan, "Kita sudah mendaki satu langkah, tapi belum sampai ke puncaknya. Pada akhirnya, saya tidak melihat ada alternatif selain operasi darat."

Baca Juga: Israel Serukan Warga Lebanon Dekat Markas Hizbullah Kabur, Penduduk Ditelepon Pihak Tak Dikenal

Jet tempur Israel bersenjata terlihat dari Haifa, Israel utara, pada Senin, 23 September 2024. Jet-jet dan helikoper tempur Israel melancarkan lebih dari 80 serangan udara brutal pada Senin pagi, 23 September 2024, yang menghantam berbagai wilayah di Lebanon selatan dan timur. (Sumber: AP Photo)

Apakah Pasti Disebut Perang jika Ada Invasi Darat?

Keputusan Israel untuk mengirim pasukan darat dan tank ke Lebanon selatan akan menjadi eskalasi besar yang kemungkinan besar akan membuat banyak pihak menyebutnya sebagai perang. Namun, ini belum tentu terjadi. Israel mengumumkan perang terhadap Gaza tiga minggu sebelum mengirim pasukan darat. Di Tepi Barat yang diduduki, pasukan darat Israel telah beroperasi selama beberapa dekade, namun tak ada yang menyebutnya sebagai perang.

Bahkan jika ada invasi darat yang terbatas, masih ada ruang bagi kedua belah pihak untuk mundur dan menghindari konflik skala penuh. Meski demikian, Lebanon kemungkinan besar akan menganggap invasi darat sebagai pelanggaran kedaulatan dan tindakan perang terbuka.

Faktanya, Lebanon dan Israel sudah dalam keadaan perang secara resmi sejak 1948. Meski konflik terbuka jarang terjadi, ketegangan antara keduanya selalu ada, terutama dengan tuduhan dari Beirut bahwa Israel rutin melanggar wilayah udara Lebanon dan menduduki wilayah sengketa di sepanjang perbatasan.

Konflik antara Israel dan Hizbullah saat ini belum dinyatakan sebagai perang secara resmi. Namun, dengan meningkatnya intensitas serangan dan ancaman invasi darat, situasi ini bisa berubah kapan saja. Kedua belah pihak tampak ingin mencapai tujuannya tanpa memicu perang skala penuh, namun masa depan tetap sulit diprediksi.


 

 




Sumber : Associated Press / KOMPAS TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x