Kompas TV internasional kompas dunia

Ribuan Warga AS Masih Berada di Lebanon, Kesulitan Pergi dari Daerah Konflik

Kompas.tv - 4 Oktober 2024, 11:24 WIB
ribuan-warga-as-masih-berada-di-lebanon-kesulitan-pergi-dari-daerah-konflik
Sebuah pesawat angkut militer Yunani membawa warga negara Yunani dan Siprus yang dievakuasi dari Lebanon, setelah mendarat di bandara Larnaca, Siprus, pada Kamis, 3 Oktober 2024. Sementara itu, AS hingga kini belum menggunakan pesawat militer untuk mengevakuasi ribuan warganya dari Lebanon. (Sumber: AP Photo/Petros Karadjias)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Iman Firdaus

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Beberapa negara seperti Yunani, Australia, dan Jepang telah mengatur rencana evakuasi warganya dari Lebanon, di tengah meningkatnya ketegangan antara Lebanon dan Israel. Minggu ini, Amerika Serikat (AS) telah mengevakuasi sekitar 250 wargan dan keluarganya dari Lebanon. 

Namun demikian, hingga kini diperkirakan masih ada ribuan warga AS yang berada di Lebanon dan harus menghadapi serangan udara di tengah terbatasnya penerbangan komersial.

Di Washington, pejabat senior Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih bertemu dengan dua pejabat tinggi Arab Amerika, Kamis (3/10/2024). Pentemuan ini diadakan untuk membahas upaya evakuasi warga AS dari Lebanon. Kedua pemimpin tersebut juga bertemu secara terpisah dengan pejabat dari Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Kedua pejabat tinggi Arab Amerika itu adalah anggota parlemen negara bagian Michigan, Alabas Farhat dan Direktur Eksekutif Komite Antidiskriminasi Amerika-Arab, Abed Ayoub. Keduanya menggunakan pertemuan di Gedung Putih itu untuk menegaskan poin-poin penting masalah yang dihadapi anggota komunitas Arab di lapangan dan masalah-masalah logistik yang mereka hadapi terkait evakuasi.

Michigan merupakan rumah bagi warga Arab Amerika terbesar di negara itu. Komunitas Arab Amerika ini menyerukan dan mendorong pemerintah AS untuk memulai evakuasi. 

Baca Juga: Australia Umumkan Rencana Evakuasi Warga dari Lebanon, Siapkan Pesawat Berkapasitas 500 Kursi

Namun demikian, Juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan, evakuasi warga AS dengan pesawat militer tidak sedang dipertimbangkan saat ini.

"Militer AS, tentu saja, siap dan memiliki berbagai macam rencana. Jika kami perlu mengevakuasi warga negara Amerika dari Lebanon, kami benar-benar bisa," kata Singh kepada wartawan. Namun ia menambahkan, "Kami belum diminta untuk melakukan itu," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Israel telah meningkatkan serangan udara dan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan yang menargetkan para pemimpin militan Hizbullah yang didukung Iran. Iran pada hari Selasa menembakkan hampir 200 rudal balistik ke Israel, dan memicu kekhawatiran bahwa konflik akan semakin meningkat. Serangan Iran itu akan berdampak pada serangan balasan dari Israel yang bisa memicu perang regional.

Israel dan Hizbullah telah saling tembak melintasi perbatasan Lebanon hampir setiap hari sejak sehari setelah Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran, menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza.

Negara-negara lain, seperti Yunani, Inggris, Jepang, Australia, dan Kolombia, telah mengatur penerbangan atau mengirim pesawat militer untuk mengangkut warga negara mereka dari Lebanon.

Meskipun belum ada kepastian tentang evakuasi warga AS dengan menggunakan pesawat militer, namun Departemen Luar Negeri AS telah memberi tahu warganya untuk tidak pergi ke Lebanon selama hampir setahun terakhir. Sejak berbulan-bulan lalu, pemerintah AS juga sudah meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon dengan penerbangan komersial. 

Baca Juga: Susul Australia, Jepang Siapkan Jet Militer untuk Evakuasi Warganya dari Lebanon

Departemen Luar Negeri AS juga telah menjelaskan bahwa evakuasi yang diselenggarakan langsung oleh pemerintah jarang terjadi, namun pemerintah AS telah menawarkan pinjaman darurat bagi warganya untuk keluar dari Lebanon.

Beberapa warga AS mengatakan kerabat mereka yang merupakan warga negara AS atau pemegang green card telah berjuang selama berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mendapatkan tiket pesawat keluar dari Lebanon. 

Mereka mengatakan, sangat sulit untuk berusaha keluar dari Lebanon. Mereka kesulitan melakukan penarikan uang dari bank, karena adanya batasan jumlah penarikan uang. Selain itu, listrik serta internet yang terputus-putus telah mempersulit keinginan mereka untuk meninggalkan Lebanon.

Rebecca Abou-Chedid, seorang pengacara yang berkantor di Washington, mengatakan ia membayar $5.000 (sekitar Rp 77,5 juta) untuk menempatkan seorang kerabat perempuan di kursi terakhir penerbangan keluar dari Beirut pada hari Sabtu.

“Ia sedang dalam perjalanan ke bandara ketika Israel memulai hari pertama pemboman intensifnya,” kata Abou-Chedid pada hari Kamis.

Jenna Shami, seorang warga negara Amerika keturunan Lebanon di Dearborn, Michigan, menggambarkan warga negara Amerika dan pemegang green card di keluarganya kesulitan menghubungi Kedutaan Besar AS. 

Keluarganya juga mencoba selama berminggu-minggu untuk mendapatkan tiket penerbangan komersial. Mereka juga harus menghadapi kenaikan harga tiket dan pembatalan penerbangan yang tiba-tiba.

Kedutaan Besar AS menawarkan pinjaman untuk penerbangan carter, tetapi warga Amerika sendiri tidak dapat menemukan pesawat untuk disewa.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pemerintah AS akan terus mengatur penerbangan selama situasi keamanan di Lebanon buruk dan ada permintaan dari warga.

Baca Juga: Konflik Israel-Lebanon, Kemenlu Telah Berhasil Evakuasi 25 WNI dari Lebanon

Miller mengatakan maskapai penerbangan nasional Lebanon, Middle East Airlines, juga telah menyediakan sekitar 1.400 kursi untuk warga Amerika selama seminggu terakhir. Menurutnya, beberapa ratus warga AS telah menggunakan fasilitas ini.

Miller tidak dapat berbicara mengenai biaya penerbangan maskapai tersebut, yang tidak diawasi oleh pemerintah AS. Tetapi mengatakan bahwa tarif maksimum yang akan dikenakan untuk penerbangan kontrak yang diselenggarakan oleh AS adalah $283 (Sekitar Rp 4,3 juta) per orang.

Lebih dari 6.000 warga negara Amerika telah menghubungi Kedutaan Besar AS di Beirut untuk mencari informasi tentang keberangkatan dari negara tersebut selama seminggu terakhir.

Namun menurut Miller, tidak semuanya mencari bantuan untuk pergi dari Lebanon. Miller mengatakan bahwa banyak di antara mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda, AS dan Lebanon. Mereka mungkin memilih untuk tetap tinggal di sana.

Miller mengatakan Kedutaan siap menawarkan pinjaman sementara kepada warga Amerika yang memilih untuk tetap tinggal di Lebanon, tetapi ingin pindah ke daerah yang berpotensi lebih aman di negara tersebut. Kedutaan juga akan memberikan pinjaman darurat kepada warga Amerika yang ingin berangkat dengan penerbangan yang dikontrak AS.


 




Sumber : The Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x