Kompas TV kolom opini

World Champion Mentality; "Now or Never"?

Kompas.tv - 27 Maret 2024, 19:40 WIB
world-champion-mentality-now-or-never
Francesco Bagnaia (kiri) dan Marc Marquez. (Sumber: Ducati Corse dan hrc_motogp)

Oleh: Ika Setya Yuni Astuti S.Sosio., M.Si., aktivis dan peneliti sosial
sekaligus MotoGP Enthusiast.

 

"Saya ingat Camus: 'Jika Anda tidak bisa menang, Anda harus melawan'' - Ding Rilen, Juara Catur dunia asal Republik Rakyat Tiongkok.

Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasi Francesco Bagnaia dan Marc Marquez yang terjatuh akibat bersenggolan di tikungan 5 sirkuit Algarve, Portimao pada balapan minggu (24/3).

Keduanya sama-sama berjuang untuk mengakhiri balapan dengan posisi sebaik mungkin.

Tapi sayangnya perjuangan tersebut tidak berakhir sempurna, mereka harus menelan kekecewaan karna sama-sama tersingkir di tiga lap terakhir akibat bersenggolan di turn 5 yang memiliki ciri khas tikungan jepit rambut (hairpin).

Lalu salah siapakah ini? Apakah terlalu dini jika langsung melompat pada penghakiman siapa yang salah daripada mencoba menganalisis situasi mereka? Bukankah keharusan untuk mempertajam sensitivitas ketika berbicara tentang 2 pembalap di grid dengan trofi Juara MotoGP terbanyak saat ini?

Marc Marquez dan Francesco Bagnaia sama-sama memiliki sudut pandang dan argumentasi yang kuat tentang tindakan mereka.

Marc mengatakan jika pertarungan seperti itu tidak cocok untuk memperebutkan tempat ke-5 dan ke-6, sedangkan bagi juara bertahan Francesco Bagnaia, setiap tempat adalah pertempuran dan setiap posisi harus diperjuangkan.

Memang tidak ada yang bisa dihakimi dari pendapat mereka. Karena Race Direction pun mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah murni "racing incident", tidak perlu ada yang harus dipersalahkan di sini.

Tapi ada hal yang harus kita tahu dan harus disampaikan bahwa World Champion mentality tentu memiliki level yang berbeda, mereka ada ditempat yang sulit untuk kita jangkau bahkan secara pemikiran maupun tindakan.

Apa yang disebutkan oleh Bagnaia dan Marquez memiliki keabsahannya dari sudut pandang masing-masing. Mereka kuat dengan filosofi dan argumentasinya masing-masing.

Hal ini mengingatkan pada situasi Ding Liren, seorang Juara Dunia catur ketika berhadapan dengan rivalnya, Ian Nepomniachtchi dari Rusia.

Ada kalimat yang membuat semangat Ding Liren bangkit saat berada diambang kekalahannya.

“Saya ingat bagaimana Albert Camus berbicara tentang konsep perlawanan. Idenya adalah jika Anda melihat bahwa Anda tidak bisa menang, maka lakukanlah segala daya Anda untuk melawannya. Dan kenangan itu memberi saya tekad yang saya butuhkan.”

Apa yang terjadi dengan Ding Liren mungkin sejalur dengan apa yang diproyeksikan oleh juara bertahan Francesco Bagnaia, yang berusaha sekuat tenaga mengakhiri balapannya dengan posisi terbaik. 

Bagnaia memberikan tanda bahwa dialah World Champion saat ini dan dengan itu berusaha untuk tidak menyerah meskipun situasinya memintanya untuk menyerah.

Sebuah adrenalin yang tinggi di lintasan pacu kuda besi tentu menambah kobaran tekad yang berapi-api, "Now or Never", itulah yang ada dan menyatu dalam denyut nadi seorang World Champion.

Marc melihat peluang untuk menyalip Pecco di sudut sempit, sedangkan Pecco juga melihat peluang untuk merebut kembali posisinya. Bahkan di mata para podium hari itu juga terjadi perbedaan pendapat.

Dilansir dari video pembicaraan di belakang layar yang di-posting oleh MotoGP, rookie monster Pedro Acosta mengatakan bahwa Marc yang menutup jalur Pecco.

Sedangkan runner up musim lalu, Jorge Martin,  mengatakan bahwa Peccolah yang menutup garis lebih dulu.

Jadi siapa yang salah benar di sini? Tidak ada. Bagi saya keduanya kuat dengan argumentasi masing-masing.

Mereka berangkat dari kacamata seorang juara dunia yang ingin mempertahankan posisi sebaik mungkin. Insting bertarung dan menjadi pemenang telah tergaris dalam nadi mereka. Dan selama mereka berada di lintasan, itu adalah medan perang.

Marc Marquez dan Francesco Bagnaia adalah seorang petarung, mereka tidak akan menjadi satu-satunya dalam sejarah (bersama Valentino Rossi) yang berhasil "back to back" Juara Dunia MotoGG jika tidak memiliki mentality yang berbeda dari lainnya.

Selama darah masih menyatu dengan tubuh, selama kaki masih bisa menopang, maka perlawanan akan terus mereka lakukan. "Now or Never, World Champion Mentality" akan selalu menjadi cerita yang berbeda.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x