Kompas TV nasional update corona

Syarat Vaksinasi Covid-19, Epidemiolog: Landaikan Dulu Kurva Kasus Harian

Kompas.tv - 19 Desember 2020, 17:26 WIB
syarat-vaksinasi-covid-19-epidemiolog-landaikan-dulu-kurva-kasus-harian
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Sumber: SHUTTERSTOCK/solarseven)
Penulis : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah berencana melakukan vaksinasi Covid-19 segera setelah vaksin dari Sinovac, yang sudah datang ke Indonesia, mendapat izin pemakaian darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM dan stempel halal dari Majelis Ulama Indonesia. 

Namun hal ini bakal kurang efektif menekan kasus, bila kurva kasus harian masih tetap tinggi seperti saat ini. 

“Landaikan dulu serendah mungkin, supaya efektif vaksinasinya,” ujar Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University dalam webinar yang digelar Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran, Sabtu sore (19/12/2020).

Baca Juga: Siap Divaksin Setelah Presiden Jokowi, Banser Ajak Warga Sukseskan Vaksinasi Covid-19

Menurut Dicky, kasus harian di Indonesia saat ini, masih tergolong tinggi, karena hingga rata-rata 6 ribu kasus per hari. 

Penurunan serendah mungkin kasus harian bisa membuat lingkungan sekitar untuk vaksinasi bisa kondusif.

Meski saat ini dinilai belum ideal untuk mendapatkan hasil vaksinasi secara efektif, ahli pandemi menilai masih ada waktu untuk Indonesia segera menyadari pentingnya patuh secara ketat terhadap protokol kesehatan. 

Apalagi, ada vaksin pun, kebiasaan hidup dengan memakai masker, menjaga jarak dan sering cuci tangan akan terus diperlukan. 

Karena kebiasaan ini yang bisa menjamin bahwa penyebaran Covid-19 bisa dicegah meluas.
 
Profesor Zubairi Djoerban Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga menilai kasus di Indonesia saat ini tergolong tinggi. 

Dalam dua pekan, kata dia, Meski di dunia, Indonesia ada di peringkat 19 hingga 20 dalam kasus Covid-19. 
“Angka saat ini tinggi prevalensinya. Pemerintah dan masyarakat harus lebih meningkatkan kepatuhan untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19,” ujar Zubairi.  

18 persen itu tinggi banget. Mestinya hanya 5 persen,” kata Pofesor Beri—panggilan Zubairi.

Karena itu, kata Zubairi, kewaspadaan yang kini jadi pola hidup baru mesti terus ditingkatkan dan dijaga. 

Karena, kata dia, bila pandemi berakhir belum tentu bisa langsung hilang. 

“Urutannya pandemi, epidemi, endemi, kemudian kita lihat di 2021, 2022, apakah bisa berakhir?” Semua skema saat ini, kata Zubairi mesti bisa menekan angka harian, agar efektivitas vaksinasi tercapai maksimal. 

Salah satunya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat pada protokol kesehatan, sementara pemerintah meningkatkan pengetesan, penelusuran dan perawatan (testing, tracing, treatment).

Baca Juga: Presiden Jokowi Pastikan Vaksinasi Corona Gratis untuk Masyarakat, Begini Skemanya!

Menurut Ketua Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (Ika Unpad) Irawati Hermawan, semua pihak, termasuk kalangan perguruan tinggi saat ini bahu membahu membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. 

IKA Unpad bergabung dengan Perhimpunan Alumni Perguruan Tinggi atau Himpuni meningkatkan peran serta tiap perguruan tinggi di daerah masing-masing untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan dalam kebiasaan baru. 

“Sepertinya kasus kita masih tinggi-tingginya, (termasuk) di Bandung. Di Garut juga, Bupati Kang Rudi (Rudi Gunawan), saat ini Garut sedang merah. Lagi tinggi-tingginya,” ujar Ira.

Yophiandi Kurniawan



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x