Kompas TV nasional politik

Pengamat Menyebut Tiga Faktor yang Membuat Partai Demokrat Bergejolak

Kompas.tv - 3 Februari 2021, 08:31 WIB
pengamat-menyebut-tiga-faktor-yang-membuat-partai-demokrat-bergejolak
Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat menghadiri pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat tahun 2018 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/03/2018). (Sumber: KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Isu kudeta yang dilontarkan Partai Demokrat menimbulkan perlawanan dari sebagian kader, terutama yang senior. Menurut pengamat politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari, ada tiga faktor yang menyebabkan internal Demokrat bergejolak.


"Pertama, suara partai yang terus menurun," kata Qodari saat diwawancar Kompas TV, Selasa (3/1/2021). Seperti diketahui, dalam dua kali pemilu suara Partai Demokrat terus turun. Pada 2014 sekitar 10 persen, dan pada 2019 silam menjadi sekitar 7 persen. Padahal ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Partai Demokrat pernah mencapai angka tertinggi sampai 20 persen.

"Kedua ada yang mempertanyakan kempuan kemimpinan AHY," tambah Qodari. Selama ini, sosok Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY memang dinilai kurang familiar dibandingkan dengan adiknya, Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Menurut Qodari, Ibas lebih lama di partai sehingga lebih dikenal oleh banyak kader.

Baca Juga: Pengamat: Partai Demokrat Punya Hak Untuk Klarifikasi Kepada Presiden Jokowi

"Ketiga, ada yang merasa tidak puas dengan janji-jani partai," ujar Qodari. Hal itu, misalnya, terlihat dari sikap mantan sekretaris jenderal Marzuki Alie. 

Qodari juga memberi saran kepada Partai Demokrat untuk menyelesaikan persoalan ini dengan cara menindak dan memberi sanksi kepada kader yang membangkang seperti kepada anggota DPR Johny Alen Marbun dan Marzuki Alie.

Baca Juga: Faksi Marzuki Alie Hingga Anas Bersatu Ingin Kudeta AHY, Ada Kemungkinan Muncul Demokrat Tandingan

Kemudian, Partai Demokrat seharusnya melakukan komunikasi langsung Presiden Jokowi. "Misalnya telepon langsung ke Jokowi, bilang ada orang bapak yang namanya Moeldoko, tolong dihentikan, " ujar Qodari. Menurut Qodari cara ini dinilai lebih baik dan tidak terkesan playing victim (sebagai korban).        




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x