Kompas TV nasional peristiwa

5 Fakta Bola Panas ICW dan Moeldoko: Ogah Minta Maaf, Ancaman, hingga Konflik Kepentingan

Kompas.tv - 22 Agustus 2021, 14:38 WIB
5-fakta-bola-panas-icw-dan-moeldoko-ogah-minta-maaf-ancaman-hingga-konflik-kepentingan
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. (Sumber: KOMPAS.com/Haryantipuspasari)
Penulis : Fadhilah

JAKARTA, KOMPAS.TV - Polemik antara Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dengan Indonesia Corruption Watch (ICW) semakin memanas.

Terbaru, Moeldoko kembali melayangkan somasi ketiganya kepada ICW terkait dengan promosi Ivermectin. Tak tinggal diam, ICW pun merespons somasi yang dilayangkan mantan Panglima TNI itu.

Berikut fakta-fakta polemik ICW dan Moeldoko yang menjadi bola panas belakangan ini.

Baca Juga: ICW Merespons Somasi Ketiga Moeldoko

1. ICW Disomasi Minta Maaf ke Moeldoko

Pada Jumat (20/8/2021), Moeldoko melalui kuasa hukumnya, Otto Hasibuan, kembali melayangkan somasi kepada ICW.

Somasi ini merupakan kali ketiga yang dilayangkan Moeldoko ke ICW terkait dugaan keterlibatannya dalam promosi Ivermectin sebagai obat penanganan Covid-19.

Otto menyatakan bahwa pihaknya memberi waktu 5x24 jam kepada ICW untuk meminta maaf serta mencabut tudingan terhadap Moeldoko.

“Jadi lima hari supaya dia longgar. Kita berikan waktu kepada mereka untuk mencabut pernyataannya dan meminta maaf kepada Pak Moeldoko," ujar Otto saat konferensi pers daring, Jumat (20/8/2021).

Otto mengingatkan, jika ICW mengabaikan somasi yang telah dilayangkan, pihaknya tidak segan-segan untuk melaporkan penelusuran tersebut ke kepolisian atas tuduhan pencemaran nama baik.

2. Moeldoko Bantah Promosi Obat Ivermectin

Otto menegaskan, informasi yang diberikan ICW dan penelitinya, Egi Primayogha, terkait dugaan keterlibatan Moeldoko dalam peredaran dan promosi obat Ivermectin tidak benar.

Bahkan Moeldoko sudah memberikan penjelasan bahwa dirinya tidak memiliki hubungan dengan PT Harsen Laboratories selaku produsen obat Ivermectin.

Otto menyatakan Moeldoko memang bertemu dengan pengusaha yang memproduksi Ivermectin.

Dalam pertemuan itu, Moeldoko hanya mempersilakan kepada pengusaha untuk mengurus izin peredaran Ivermectin di Indonesia.

Terkait belum adanya uji klinis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Otto menyatakan, saat itu penularan Covid-19 cukup tinggi seperti halnya yang terjadi di Kudus.

Ditambah lagi dengan angka penularan akibat Covid-19 yang tinggi, sementara obat tidak ada.

Sehingga, kata Otto, kerja sama itu dilakukan untuk penyembuhan orang yang terpapar Covid-19.

Otto menilai hal itu yang diyakini oleh Moeldoko. Namun bukan berarti itu membuat Moeldoko mendapat keuntungan.

3. Kuasa Hukum Ancam Lapor Polisi

Menurut Otto, saat meminta penjelasan tentang keuntungan yang didapat Moeldoko dari langkah yang diambil, ICW tidak bisa memberikan data dari tuduhan tersebut.

"Jadi nanti kalau lima hari lagi mereka juga tidak mau mencabut dan minta maaf, kami akan lapor ke Kepolisian," tegas Otto.

"Mudah-mudahan Pak Moeldoko sendiri nanti yang akan menyatakan tegas laporan itu nanti di pihak kepolisian," sambungnya.

Baca Juga: Otto Ingatkan Konsekuensi yang Didapat ICW Jika Abaikan Somasi Terakhir Moeldoko


4. ICW Ogah Minta Maaf

Merespons somasi tersebut, ICW tampaknya enggan meminta maaf seperti yang diharapkan pihak Moeldoko.

Sebaliknya, ICW menegaskan penelitian yang mereka lakukan bukan untuk menyerang kehormatan nama baik seseorang, melainkan untuk membela kepentingan umum.

“Penelitian yang dilakukan ICW dilakukan atas dasar kepentingan umum, tidak ada niat untuk menyerang kehormatan atau nama baik seseorang,” ujar Peneliti ICW Kurnia Ramadhani dalam video yang diterima KompasTV, Sabtu (21/8/2021).

Kurnia Ramdhani menyatakan, peneltian yang mereka lakukan ialah untuk menghidupkan ruang kritik.

Selain itu juga dilakukan untuk kepentingan pengawasan terhadap tindakan pejabat publik.

5. Teori Konflik Kepentingan

Kurnia juga menyatakan penelitian yang dilakukan ICW berdasarkan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian yang mengungkapkan dugaan Moeldoko mengambil untung dari peredaran obat yang diklaim sebagai obat Covid-19 itu, menurut Kurnia, didasarkan pada teori konflik kepentingan.

“Teori konflik kepentingan itu sudah menjadi rujukan di berbagai penelitian,” katanya.

ICW menjelaskan bahwa sebelumnya mereka sudah membalas dua somasi yang dilayangkan Moeldoko. Bahkan, pada balasan kedua, ICW menyerahkan juga ke pihak Istana.

“Agar bisa dibaca bapak Presiden Jokowi, atasan Pak Moeldoko,” tuturnya.

Baca Juga: Muhammad Kece Dilaporkan ke Bareskrim atas Dugaan Penistaan Agama, Ini Kata Polisi



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x