Kompas TV nasional agama

Sedang Disorot, BNPT Dapat Dukungan Persatuan Ormas Islam, Apa yang Terjadi?

Kompas.tv - 8 Maret 2022, 15:27 WIB
sedang-disorot-bnpt-dapat-dukungan-persatuan-ormas-islam-apa-yang-terjadi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar saat bersama dengan Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Prof Said Aqil Siradj di Jakarta, Senin (7/3/2022) (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah pelbagai kontroversi dan sorota]n, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendapatkan dukungan dari persatuan ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK). Apa yang terjadi?

Ketua Umum LPOI dan LPOK Prof. Said Aqil Siroj, memberikan komitmennya secara penuh bersama BNPT dalam menjalankan tugasnya.  

Hal ini, kata Said Aqil, sebagai bentuk meningkatkan kewaspadaan serta mengambil sikap bersama menghadapi tantangan radikalisme dan terorisme yang mengancam agama dan keutuhan bangsa.

"LPOI dan LPOK ini tentunya siap bersama BNPT dalam menggalang kekuatan yang lebih besar, untuk menyikapi tantangan mencegah penyebaran radikalisme ini dan mewujudkan kerja sama serta gerakan konkrit," katanya dikutip Antara, Selasa (8/3/2022).

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dua periode ini lantas menegaskan, pada dasarnya tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan.

Radikalisme atau terorisme ini, ujar pengasuh PP Al-Tsaqofah Ciganjur tersebut muncul serta berkembang melalui ambisi dan tujuan politik tertentu.

"Terjadinya kekerasan itu bukan didasarkan agama, tapi yang paling pokok adalah ambisi politik, sehingga agama yang tadinya berupa nilai universal menjadi komoditi politik demi meraih kepentingan tertentu," tegas Kiai Said.

Baca Juga: BNPT Klaim Daftar 180 Nama Penceramah Radikal yang Banyak Tersebar di WhatsApp Adalah Hoaks!

Menurut Said Aqil, kelompok radikal ini kerap menyebarkan propaganda yang semata-mata hanya didasarkan pada pemahaman tekstual.

Pemahaman yang demikian itu, menurutnya kerap digunakan untuk membungkus kepentingan politik yang hanya akan mejadi fitnah bagi agama itu sendiri.

"Yang demikian akan menjadi sesat. Agama dijadikan kamuflase politik, karena itu adalah suatu kesesatan agama. Itu menjadi tidak benar, itu fitnah," tuturnya.

Said Aqil Siroj kembali mengingatkan kepada khalayak untuk tidak mudah terjebak dan terprovokasi pada gerakan atau praktik politik yang dibalut atau dibungkus dengan membawa agama dan senantiasa merapatkan barisan serta menguatkan nilai-nilai moderat.

"Oleh karena itu, kita jangan sedikitpun terprovokasi gerakan politik yang dibalut agama. Mari kita rapatkan barisan, kita pertahankan NKRI, Pancasila, UUD 45 Bhinneka Tunggal Ika," imbau Kiai Said.

Baca Juga: BNPT Ungkap 5 Indikator Seorang Penceramah Radikal dan Strategi Kelompok Radikalisme

Sorotan Publik ke BNPT Terkait Penceramah Radikal

BNPT tengah mendapatkan sorotan publik lantaran mengeluarkan ciri-ciri para penceramah yang dianggap radikal. Lima indikator yang diungkap BNPT dianggap tidak kuat dan bermasalah. 

Lima indikator ini dapat dilihat dari isi materi yang disampaikan, bukan dari tampilan si penceramah.

Berikut lima indikator penceramah radikal versi BNPT:

Pertama, saat menyampaikan materi penceramah mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro-ideologi khilafah transnasional. 

Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.

Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian atau hate speech, dan sebaran hoaks.

Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). 

Kelima, menurut BNPT, biasanya memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan.

"Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman," ujarnya, Sabtu (5/3/2022) dikutip dari Antara. 




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x