Kompas TV nasional aiman

Fakta Baru Dugaan Aparat hingga Tenaga Medis di Penyiksaan Kerangkeng Bupati Langkat

Kompas.tv - 28 Maret 2022, 10:09 WIB
fakta-baru-dugaan-aparat-hingga-tenaga-medis-di-penyiksaan-kerangkeng-bupati-langkat
Fakta baru dugan soal aparat hingga tenaga medis di penyiksaan kerangkeng Bupati Langkat (Sumber: AIMAN Kompas TV)
Penulis : Desy Afrianti

Ada sejumlah fakta baru yang terungkap dari hasil penelusuran program AIMAN. Sebuah fakta yang diungkapkan semua korban yang saya wawancara, ada tangan-tangan oknum aparat hingga tenaga medis resmi, di kasus kekerasan yang melampaui batas di penjara milik Bupati Langkat Nonaktif, Terbit Rencana Perangin Angin.

Saya beruntung menemukan 4 dari Korban yang mau memberikan kesaksiannya. Namun saya harus menggunakan hak saya sebagai wartawan, yakni hak tolak bila ditanya, terkait identitas, narasumber dan termasuk lokasi saya wawancara.

Korban Ungkap Fakta Mengejutkan 

Dari 4 korban, saya mewawancarai di program AIMAN,  3 di antaranya. Satu korban lainnya belum nyaman dan masih menyisakan trauma. Meski saya dan tim AIMAN, sempat berbincang-bincang dengannya dan mendapatkan data serta fakta versinya, yang tidak mungkin saya ungkapkan semua di tayangan televisi, karena begitu sadisnya.

Saya sempat melihat luka-luka yang dialami semua korban yang saya temukan. Saya melihat ada yang hampir di seluruh bagian punggungnya ada bekas luka bakar. Yang dikatakannya sebagai luka akibat tetesan plastik yang dilelehkan di atas punggungnya.

"Cambukan? jangan ditanya, itu Bang!"  Sudah biasa kami sehari-hari di (masa) awal masuk,” kata Tongat (nama samaran) salah satu korban kepada saya.  

Posisi 'Gantung Monyet'

Mereka menceritakan pada 1 bulan pertama, posisi dicambuk dengan menggunakan selang kompresor. Mereka melakukan posisi "gantung monyet". Yakni menghadap dan memegang jeruji besi, dalam kondisi berjongkok dengan posisi kedua tangan di atas. Sehingga menyisakan punggung yang terbuka lebar untuk disiksa!

Semua korban yang saya lihat, memiliki luka memang mirip dengan luka cambukan, berupa garis-garis acak terutama di bagian punggungnya. Ada pula yang mengalami luka serupa di bagian samping badan, dan juga bagian depan.

Para korban menyebutkan putra dari Bupati Langkat Nonaktif, Terbit Rencana, yakni Dewa Recana Perangin Angin, ikut serta dalam penyiksaan tersebut.

Dibantah Pihak Keluarga Terbit Rencana

Namuni hal ini dibantah oleh pengacara keluarga Terbit Rencana, Mangapul Silalahi. 

"Tidak ada (penyiksaan), ini semua niat baik dari Pak Terbit karena melihat banyaknya pengguna narkoba di daerahnya!" ujar Mangapul.

Dewa Rencana saat ini memang telah menjadi tersangka bersama 7 orang lainnya, atas kasus Kerangkeng Bupati Langkat, atas dugaan TPPO alias Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang bisa berkembang pada dugaan pidana lainnya.

Dari hasil wawancara saya dengan sejumlah korban ini, ada korban yang meninggal, mereka melihat dengan mata dan kepala sendiri, pasca disiksa di lingkungan kerangkeng.

Ada Keterlibatan Oknum TNI, Polri dan Tenaga Medis?

Satu lagi fakta yang menarik untuk dicermati, adalah adanya dugaan anggota TNI dan anggota polisi yang ikut dalam kasus pidana penyiksaan ini. Sang oknum TNI berpangkat Sersan, diduga ikut melakukan penyiksaan. Sementara sang oknum polisi, ikut dalam mencari penghuni kerangkeng yang kedapatan kabur dari penjara.

"Saya tahu dia tentara bang, karena saya kenal dengan dia sudah lama." kata Bambang (nama samaran), salah seorang Korban.

"Lalu oknum polisi apa perannya?" tanya saya.

"Dia yang mencari kalau ada dari kami yang kabur dari kereng (kerangkeng milik Bupati Langkat Nonaktif, Terbit Rencana),” kata Bambang.

Atas fakta ini, Pusat Polisi Militer TNI AD dan Polda Sumatera Utara telah memeriksa sejumlah personelnya terkait dengan kasus ini.

Hasil yang diumumkan oleh Polda Sumatera Utara bahwa tidak ada keterlibatan anggota polisi dalam kasus ini.

"Saya sampaikan kembali, secara aktif tidak ada. Secara aktif, karena kami sudah tiga kali melakukan pemeriksaan terhadap lima anggota kami ya yang diduga ikut terlibat dengan kerangkeng tersebut," kata Dirkrimum Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan Atmaja di Polda Sumut, Sabtu (26/3/2022).

"Kelima orang tersebut berpangkat pama (Perwira Pertama), yang bersangkutan tidak pernah masuk atau menghampiri atau mengunjungi kerangkeng tersebut," kata dia.

Sebelumnya Komnas HAM sempat memberikan keterangan atas temuannya.

"Ada temuan soal pengetahuan dan keterlibatan oknum anggota TNI-Polri. Jadi kita mendapat keterangan ada beberapa oknum anggota TNI-Polri terlibat dalam proses kerangkeng tersebut," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam konferensi pers secara daring, Rabu (2/3/2022).

Dokter dan Perawat yang Disebut Oleh Korban

Yang mengejutkan pula, ada tenaga medis, yang dikatakan korban mengetahui, dan ikut mengobati bila ada dari mereka yang luka karena penyiksaan. Sayangnya hanya diberikan salep, tanpa ada pertolongan atas dugaan penyiksaan yang telah terjadi selama 1 dekade di kerangkeng ini.

"Dokter dan Perawat,” ungkap Tongat. 

"Dari mana Anda tahu dia dokter dan perawat?" tanya saya. "Kan pakai mobil ambulans Puskesmas, tertulis di sana, Puskesmas Kuala!" ujar Tongat dan Bambang serta satu korban lainnya senada.

Fakta baru soal tenaga medis ini memang harus ditelusuri. Bisa jadi bukan berprofesi sebagai dokter dan perawat, meski menggunakan ambulans Puskesmas dan mengobati, tentu menjadi pertanyaan besar, kok bisa?

Yang jelas Komnas HAM, menyebutkan telah melaporkan hasil penyelidikan ini kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI), soal adanya dugaan tenaga medis yang terlibat dalam kasus penyiksaan dalam kerangkeng di Langkat, Sumatera Utara ini.

Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi & Korban (LPSK), Edwin Partogi Pasaribu menyatakan "Sepanjang melakukan advokasi terhadap korban kekerasan selama kurang-lebih 20 tahun, saya belum pernah menemukan kekerasan sesadis ini," ujar Edwin saat memberikan keterangan kepada wartawan di gedung LPSK, Rabu 2 pekan lalu (9/3/2022).

Semua ini fakta ini, layak dilanjutkan ke penyelidikan. Sungguh janggal bila di abad yang serba maju ini, masih ada penyiksaan bahkan tak jauh dari salah satu kota besar di Indonesia, Medan, dan berlangsung selama bertahun-tahun.

Satu kata, Tuntaskan!

 

Saya Aiman Witjaksono...

 

Salam!

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x