Kompas TV nasional aiman

Pancingan dan Fakta Baru Teror "Klitih" di Yogya

Kompas.tv - 12 April 2022, 06:05 WIB
pancingan-dan-fakta-baru-teror-klitih-di-yogya
AIMAN - Pancingan dan Fakta Baru Teror Klitih di Yogya (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Fadhilah

Seorang siswa SMA tewas di Yogya, diserang sekelompok orang tak dikenal. Sejauh ini Polisi mengatakan korban tewas akibat tawuran. Penyelidikan pun terus dilakukan. Namun Aiman menemukan fakta baru yang mencengangkan!

Belakangan memang kerap terdengar istilah "Klitih" di Yogya. Padahal Klitih sendiri, awalnya memiliki arti positif, jalan-jalan dalam artian yang positif untuk mencari ide dan sejenisnya. Tak pernah ada istilah Klitih yang merujuk pada hal negatif. 

Tapi beberapa tahun belakangan, muncul "Klitih" yang punya konotasi negatif.

Ada tiga yang saya temukan ciri khasnya, mencari korban secara acak, dilakukan penganiayaan berat, dilakukan pada jam ganjil alias tak biasa dini hari atau lewat tengah malam.

6 Tahun, 7 Korban Tewas

Seperti pula yang terjadi pada 7 korban tewas yang terakhir, sejak tahun 2016. Semuanya dilakukan pada jam tengah malam.

Dengan korban dan pelaku tidak mengenal, alias acak, dan pula dilakukan penganiayaan berat hingga meninggal.

Saya mencoba mencari tahu, apa yang sesungguhnya terjadi. Mengapa bisa terjadi terus dan berulang.

Dalam kasus terakhir, yang terjadi pada Minggu Dini hari 3 April lalu, dan menewaskan Daffa Adzin Albasith. Seorang siswa SMA di Yogyakarta, dan kebetulan merupakan anak dari salah seorang anggota DPRD Kebumen, Jawa Tengah.

Hasil penyelidikan Polisi sementara mengatakan, korban tewas akibat tawuran antar remaja. 

Polisi: Tawuran Lebih Tepatnya! Meski...

Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 02.00 Wib saat korban bersama teman-temannya mencari makan sahur.

Menurut polisi, Dafa dan teman-temannya terlibat tawuran dengan sekelompok orang karena dipicu saling ejek.

"Untuk kasus kejahatan jalanan kasuistis kemarin lebih tepatnya tawuran karena ada proses ketersinggungan ejek-ejekan dari dua kelompok," ungkap Dirreskrimum Polda DIY Kombes Ade Ary Syam Indradi, Selasa ((5/4/2022).

Ade menjelaskan, saat itu Dafa dan delapan rekannya berkendara dengan motor keliling ring road selatan lewat jalur cepat.

Lalu, diduga karena terganggu dengan suara motor Dafa dan rekan-rekannya, dua orang pengendara menyusul dan terjadi saling ejek dengan cara memainkan gas motor.

"Akhirnya kelompok korban lanjut ke Jalan Imogiri. Sempat melihat ke belakang kelompok pelaku tidak membuntuti, akhirnya ke Warmindo Gedongkuning," jelas dia, Selasa (5/4/2022).

Di sinilah peristiwa itu bermula. Dafa masuk ke Warmindo Jalan Gedongkuning dan sebagian memarkirkan motornya.

Tak berselang lama, kelompok pelaku melintas sambil "bleyer" atau me-gas serta melontarkan ejekan ke Dafa dan teman-temannya.

Hal tersebut membuat Dafa dan rekannya tersinggung. Dengan empat motor, mereka mengejar kelompok pelaku.

Saat dikejar, kelompok pelaku yang berjumlah lima orang berbalik arah dan siap menyerang kelompok korban.

"Salah satu dari 5 diduga kelompok pelaku turun membawa alat seperti gir diikat dengan kain. Karena kelompok korban kecepatan tinggi motor pertama tidak kena, lalu motor kedualah yang kena. Pengemudi tidak kena, tetapi pembonceng terkena ayunan gir," ungkap Ade.

Baca Juga: Soal Pelaku Klitih, Sri Sultan: Kalau Orangtuanya Sudah Tak Mau Menerimanya Lagi, Kita Rawat

Fakta Baru dari Lapangan

Saya mencoba untuk mewawancarai saksi mata utama di Warmindo (warung Mi Instan) di Jalan Gedongkuning, Banguntapan, Yogyakarta. Di sana saya menemukan saksi utama penjual warmindo yang pada saat kejadian dialah yang menjaga.

Saya berbincang dengannya. Opal namanya. Ia mengatakan kepada saya di program AIMAN, bahwa ada 1 motor berisi 3 orang berboncengan, mem-blayer gas motor. Yang membuat 5 motor korban mengejar pelaku.

Namun tak berselang lama, 3 motor korban kembali. Artinya hanya tersisa 2 motor yang melakukan pengejaran.

Belakangan 2 motor ini memberi kabar, bahwa 1 temannya terluka parah (Daffa). Barulah ketiga motor tadi kembali menyusul 2 Motor rekan lainnya.

Fakta yang saya dapatkan adalah, ada pancingan sebelum kejadian, berupa bleyer gas motor.

"Pancingan" Jadi Modus Baru "Klitiih"?

Saya juga mewawancarai Ayah dari salah seorang Korban Klitih di Yogya. Purnomo namanya.

Ia juga menceritakan bahwa anaknya yang sampai kini tidak bisa menulis tangan, karena terluka dengan senjata tajam oleh pelaku Klitih pada dini hari di Jalan Kaliurang, yang total semuanya berjumlah sekitar 40 orang dengan 20 motor.

Para pelaku, menurut Purnomo, melakukan pancingan terlebih dahulu dengan melempar botol. Dilakukan hanya oleh 1 motor, lalu seketika puluhan motor lainnya tiba, dan melakukan kekerasan kepada anaknya.

Ada pula seorang petugas keamanan yang merupakan bagian dari kelompok silat Pagar Nusa, Yogyakarta. Muhammad Ilham.

Ia bersama pihak kepolisian melakukan razia dini hari pekan lalu. Sejumlah kasus ia temui, lagi - lagi soal pancingan yang ia dapatkan. 

Namun, kali ini menggunakan pedang yang digesekkan di jalan hingga memunculkan api. Dilakukan hanya pada 1 atau 2 motor dan memancing kelompok dengan jumlah yang lebih besar.

Baru setelah kelompok lebih besar itu melawan, kawan-kawan pelaku lainnya baru muncul, bisa puluhan dan melakukan tindakan kekerasan alias "klitih" kepada kelompok korban yang dipancing sebelumnya.

Para pelaku melakukan aksi klitih yakni penyerangan membabi-buta, dengan target acak, dan dilakukan pada jam ganjil alias dini hari.

Pakar: "Klitih" Bila Terus Berlanjut Bisa Berbahaya untuk Negara

Sosiolog Kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta Wahyu Kustiningsih kepada saya mengungkapkan, klitih dalam konotasi negatif di Yogyakarta nyata adanya. Mereka betul melakukan pada target acak dan jam dini hari. 

Bahkan Wahyu mengatakan jika terus berlangsung, bisa jadi akan digunakan oleh sekelompok orang untuk kepentingan tertentu hingga bisa memecah belah bangsa.

"Sangat mungkin bisa digunakan kelompok tertentu, untuk digunakan sebagai alat untuk kepentingannya" ungkap Wahyu kepada saya di Program AIMAN.

Pertanyaannya sampai kapan ini akan berhenti. Patut disadari, "klitih" bukan sekadar kenakalan remaja, tapi ia sudah menjelma menjadi kejahatan warga negara.

Hentikan!

Negara dan perangkatnya memiliki kemampuan intelijen untuk menyetopnya. Apalagi bila bekerja sama dengan warga yang dilakukan secara berkala.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x