Kompas TV nasional peristiwa

Beda Suara Mendag dan Mentan terkait Harga Mi Instan, Pemerintah Diminta Perbarui Data Pangan

Kompas.tv - 11 Agustus 2022, 21:41 WIB
beda-suara-mendag-dan-mentan-terkait-harga-mi-instan-pemerintah-diminta-perbarui-data-pangan
Foto ilustrasi mi instan lengkap dengan telur dan daun bawang. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tak satu suara terkait situasi kenaikan harga mi instan. (Sumber: www.cooking.nytimes.com)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Gading Persada

Baca Juga: Cerita Pedagang Naikkan Harga Mi Instan: Dulunya Modal Rp3.000 per Bungkus, Sekarang Naik

Diberitakan KOMPAS.TV sebelumya isu kenaikan harga mi instan naik hingga tiga kali lipat dilontarkan oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Mentan mengatakan kenaikan harga mi instan dipicu oleh naiknya bahan baku mie yakni gandum yang tertahan di dua negara yang tengah berperang, Ukraina dan Rusia. 

"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum tidak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," tuturnya Syahrul, Senin (8/8) silam.


Sok gandum Indonesia disebut masih tergantung pada impor. Sehingga, gangguan pasok ini sangat berpengaruh pada kebutuhan dalam negeri.

"Saya bicara ekstrem saja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus," ujarnya.

Baca Juga: Bos Indofood Bantah Kabar Harga Mi Instan akan Naik 3 Kali Lipat, Sebut Impor Gandum Aman Lancar

Sementara berbeda dengan Mentan Syahrul, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dan Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang menyebut harga mi instan tidak akan naik 3 kali lipat.

Zulkifli yang karib dengan panggilan Zulhas mengatakan harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat. Harga gandum diperkirakan turun seiring membaiknya panen di sejumlah negara.

Apalagi, kata dia saat ini penjualan atau ekspor gandum dari Ukraina sudah dibuka kembali. 

"Nggak (naik), mudah-mudahan. Dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada, Amerika Serikat (AS) ya. Sekarang panennya sukses. Apalagi sekarang Ukraina bisa jual (gandum). Mungkin September trennya akan turun," kata dia, Rabu (10/8).




Sumber : Kompas TV/Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x