Kompas TV nasional kesehatan

Bagaimana Identifikasi Korban Mutilasi yang Sulit Dikenali?

Kompas.tv - 8 September 2022, 15:51 WIB
bagaimana-identifikasi-korban-mutilasi-yang-sulit-dikenali
Ilustrasi kejahatan mutilasi. (Sumber: Pixabay)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Purwanto

"Beberapa kesan atau gestur yang berhubungan dengan gerak tubuh, ciri-ciri pada gigi, mata, rambut, atau, suara," lanjut jurnal tersebut terkait identifikasi pada orang hidup.

Namun, identifikasi akan susah jika korban mengalami kematian akibat kecelakaan pesawat, ledakan, kebakaran, hingga mutilasi. Untuk mengidentifikasi jenazah, badan investigasi akan memulai dengan pertanyaan seperti ini.

  1. Apa jenis kelamin dari sisa-sisa manusia?
  2. Berapa umur jenazah?
  3. Apa penyebab kematiannya?
  4. Kemungkinan untuk membangun identitas spesifik individu.

"Untuk menjawab pemeriksaan otopsi lengkap ini termasuk pemeriksaan gigi dan analisis DNA harus dilakukan," lanjut jurnal yang ditulis tiga orang dokter dari departemen forensik di India.

Identifikasi akan dilakukan berdasarkan analisis DNA yang diketahui memiliki fungsi pembawa informasi genetik bagi makhluk hidup. 

"DNA adalah metode utama yang digunakan untuk identifikasi. Terbukti lebih membantu untuk menentukan identitas korban," tulis jurnal tersebut.

Selain menggunakan DNA, para peneliti juga menggunakan gigi sebagai pijakan dalam melakukan identifikasi terhadap korban. 

"Gigi merupakan sumber bahan DNA yang sangat baik. Odontolog forensik mengandalkan morfologi resotrasi gigi untu mengidentifikasi korban," tulis para peneliti.

Baca Juga: DPR Bahas Kasus Mutilasi di Papua bersama Panglima TNI, Komisi I: Ini Tragedi Kemanusiaan

Identifikasi akan memanfaatkan identitas gigi seperti mahkota gigi, penggantian gigi menjadi perak, gigi tiruan, hingga kekhasan gigi korban.

Meski demikian, peneliti mendapati kesulitan dalam melakukan ekstrak DNA dari korban pada kondisi tertentu. Kondisi itu jika korban ditemukan dalam air, dibakar, atau dikubur dalam waktu yang lama.

"Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas DNA dalam sampel tulang," lanjut para peneliti.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x