Kompas TV nasional peristiwa

Survei Indikator: Kepuasan Publik atas Kinerja Jokowi Anjlok, Buntut Harga BBM Naik

Kompas.tv - 18 September 2022, 18:35 WIB
survei-indikator-kepuasan-publik-atas-kinerja-jokowi-anjlok-buntut-harga-bbm-naik
Kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurun seusai pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). (Sumber: Tangkap Layar kanal YouTube Sekretariat Presiden)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurun seusai pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Hal itu terungkap dari hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Minggu (18/9/2022). 

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi memaparkan presentase penurunan kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mencapai 10 persen setelah pengumuman kenaikan harga BBM.

"Waktu kita survei, yang mengatakan sangat puas atau cukup puas 62,6 persen, yang mengatakan kurang puas atau tidak puas sama sekali itu 35,3 persen," kata Burhan dalam jumpa pers, Minggu.

"Jadi memang efeknya terhadap trend approval rating Presiden cukup lumayan, kurang lebih (turun) 10 persen dibanding survei bulan Agustus sebelum kenaikan harga BBM," imbuhnya.

Untuk diketahui, hasil survei Indikator Politik Indonesia terkait angka kepuasan terhadap kinerja presiden pada Agustus 2022 adalah 72,3 persen.

Meski demikian, Burhanuddin menilai keputusan Jokowi membuat kebijakan menaikkan harga BBM di saat hasil survei approval rating-nya sedang tinggi, cukup cerdik.

Pasalnya, kata dia, jika kebijakan tersebut dilakukan saat terjadi penurunan tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden, hasil surveinya bisa lebih rendah dari yang saat ini.

Di mana menurutnya, hasil survei tingkat kepuasan publik kepada Jokowi yang terbaru ini dinilai masih di atas batas wajar.


Baca Juga: Litbang Kompas: Mayoritas Publik Perlu Subsidi Harga BBM, Bagaimana Rencana Pemerintah Kedepannya?

"Pak Jokowi cukup cerdik melakukan kebijakan yang tidak populer di saat approval rating-nya sedang tinggi yakni di bulan Agustus 72,3 persen."

"Karena ini keputusan yang tentu tidak menyenangkan banyak pihak. Tetapi, ketika tidak dilakukan di saat approval rating Presiden sedang tinggi-tingginya, dampaknya setidaknya tidak sampai di bawah 50 persen, karena kalau sampai di bawah 50 persen, itu alarming. Ini kan masih di atas 60 persen," ungkapnya.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada 5-10 September 2022 atau dilakukan dua hari setelah kenaikan harga BBM diumumkan oleh pemerintah, dengan melibatkan 1.215 responden.

Populasi survei adalah WNI berusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah dan memiliki telepon.

Pemilihan sampel dilakukan melalui random digit dialing (RDD) atau secara acak nomor telepon.

Sedangkan ambang batas kesalahan survei ini plus-minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi menaikkan harga BBM pada 3 September 2022 lalu.

Adapun alasan utamanya adalah pembengkakan beban keuangan negara sebagai respons atas kenaikan harga minyak dunia.

Presiden juga mengungkap bahwa sebagian besar subsidi BBM tersebut tidak tepat sasaran.

Baca Juga: Angkat Bicara Soal Kenaikan Harga BBM, Megawati: Pemerintah Tak Asal-asalan Naikkan Harga BBM



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x