Kompas TV nasional peristiwa

Cerita Saksi Tragedi Kanjuruhan: Korban Dijejer, Ada yang Masih Kejang, Ada yang Mukanya Sudah Biru

Kompas.tv - 4 Oktober 2022, 17:26 WIB
cerita-saksi-tragedi-kanjuruhan-korban-dijejer-ada-yang-masih-kejang-ada-yang-mukanya-sudah-biru
Saksi tragedi kanjuruhan Rifqi Aziz Azhari melihat dan membantu korban yang dibawa ke tribun VIP stadion Kanjuruhan pada malam kericuhan, Sabtu (1/10/2022). (Sumber: Tangkapan layar KOMPAS TV)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Vyara Lestari

MALANG, KOMPAS.TV - Aremania Rifqi Aziz Azhari tak pulang ke rumah hingga dini hari setelah menonton pertandingan sepak bola Arema FC vs Persebaya di kursi VIP Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Ia sibuk membantu penonton lain yang menjadi korban paparan gas air mata malam itu.

"Saya di situ (Stadion Kanjuruhan) kurang lebih sampai jam 03.00 WIB, karena juga membantu (korban) yang ada di lorong VIP," ungkap Rifqi saat diwawancarai dalam program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (3/10/2022).

Saksi Tragedi Kanjuruhan itu pun menceritakan kronologi penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan.

Awalnya, ia melihat tembakan gas air mata pertama kali diarahkan ke lapangan.

"Yang diarahkan ke lapangan itu satu kali, tapi langsung ada empat titik asap," kata Rifqi.

Setelah itu, ia melihat gas air mata ditembakkan ke arah tribun bagian timur dan utara stadion.

"Dari lapangan, yang kedua saya lihat ditembakkan ke Tribun 8, tribun timur," ujarnya.

Saat itu, ujarnya, massa yang ada di lapangan langsung bubar, sehingga polisi menghentikan tembakan.

Baca Juga: Ini Cerita Evi, Anak & Suaminya Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan: Pintu Ditahan, Suruh Tertib

Para penonton yang tadinya turun ke lapangan, berusaha untuk naik kembali ke arah tribun.

"Massa merangsek naik lagi, setelah itu ditembakkan bertubi-tubi di Tribun 13, 14, di utara," ujarnya.

"Yang paling parah di (Tribun) 13 dan 14, soalnya penembaknya di dekatnya Tribun 14, polisi yang membawa senjatanya," lanjut dia.

Ia pun mempertanyakan penembakan gas air mata ke arah tribun oleh aparat keamanan atau kepolisian saat itu.

"Awalnya yang rusuh itu kan masih di dalam lapangan, yang di atas (tribun) kan memang nggak ada kaitan sama rusuh, mereka juga mau pulang, nggak ada kaitan sama rusuh sama sekali," ungkapnya.

"Tapi kenapa yang ditembak kok ke arah tribun, padahal di tribun juga banyak cewek, banyak anak-anak?" tanyanya retoris.

Asap dari tembakan gas air mata itu pun akhirnya menyebar hingga ke tribun VIP tempat ia duduk.

"Penembaknya itu di Tribun 14, asapnya itu sampai ke VIP," ujarnya.


Saat gas air mata mulai menyebar, ia mengatakan penonton di kursi VIP berusaha menghindari paparan asap dengan berlari ke arah toilet VIP di bagian atas.

"Waktu itu ada keluarga pemain, tamu undangan juga masih ada, (mereka) menyelamatkan diri ke atas, ke arah toilet VIP," kenangnya.

Rifqi mengatakan, Tribun VIP yang dekat dengan ambulans dan tim medis membuat tempat tersebut menjadi lokasi penanganan korban paparan gas air mata saat itu.

"VIP itu kan dekat dengan tim medis, dekat ambulans. Di (Tribun) VIP banyak korban yang sudah dijejer-jejer. Ada yang masih kejang-kejang, ada yang mukanya sudah biru," tuturnya.

"Yang saya lihat waktu itu ada lima orang, (termasuk) satu polisi tidak ada umurnya juga (meninggal, -red). Masih pakai seragam, tapi sudah ditutupi banner," imbuhnya.

Rifqi mengaku melakukan apa saja untuk membantu korban, salah satunya mencarikan air untuk membasuh wajah dan mata korban.

"Air itu udah bukan air bersih lagi, air dari keran, air dari botol-botol (air minum), karena mukanya dan matanya panas. Jadi sebisa mungkin kami bantu, apa saja," ungkapnya.


Baca Juga: Cerita Ibu Korban Tragedi Kanjuruhan: Anak Pertama Tak Kenali Wajah Adiknya di Ruang Jenazah

Ia juga menyaksikan saat korban-korban dibawa ke rumah sakit menggunakan dua mobil elf yang terparkir di luar stadion.

Rifqi juga melihat massa yang merusak mobil polisi di area stadion.

"Kalau masalah perusakan mobil di dalam stadion, itu saat kondisi sudah tenang. Sudah tidak ada asap, jadi polisi juga sudah tidak ada, polisi sudah menarik diri ke luar stadion," ujarnya.

Ia mengaku melihat dua mobil polisi diamuk massa dengan cara dibakar dan dipecahkan kacanya.

Atas peristiwa mencekam yang ia alami malam itu, ia pun mengharapkan keadilan untuk para korban Tragedi Kanjuruhan dan tanggung jawab pihak yang terlibat, di antaranya panitia pelaksana (panpel), keamanan, dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

"Pertama, keadilan untuk semua korban. Kasus ini kan juga terbesar di dunia, sorotan media dunia juga luar biasa, jadi bagaimana federasi kita ini bertanggung jawab mulai dari panpel, pihak keamanan, PSSI, semua gimana nanti investigasi yang dilakukan oleh mereka," pungkasnya.

Baca Juga: Saksi Kericuhan Stadion Kanjuruhan Sayangkan Penembakan Gas Air Mata ke Arah Tribun


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x