Kompas TV nasional peristiwa

Macet Horor 22 Jam di Jambi: Sopir Tekor Ikan-ikan Mati, Orang Sakit Meninggal di Ambulans

Kompas.tv - 1 Maret 2023, 13:35 WIB
macet-horor-22-jam-di-jambi-sopir-tekor-ikan-ikan-mati-orang-sakit-meninggal-di-ambulans
Kemacetan horor di Jambi (Sumber: Kompas.com/Suwandi)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Desy Afrianti

JAMBI, KOMPAS.TV - Mobil dan truk terjebak dalam kemacetan horor yang terjadi menjelang Simpang Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi. Kemacetan itu parah dan berlangsung lebih dari 22 jam. 

Akibat kemacetan itu, para sopir mengeluh dan berteriak-teriak, ikan-ikan yang dibawa mati di jalanan, rugi karena setoran habis imbas macet. 

Bahkan ada seorang yang sakit dibawa ambulans, ketika macet panjang terjadi disebut sampai meninggal dunia.

Selain itu, ketika macet horor di Jambi, banyak orang yang akhirnya buang air kecil dan besar di jalanan. Belum lagi ada setoran sana-sini di jalanan yang bikin sopir kian kesal.

Kemacetan itu berada sepanjang 15 kilometer dan sudah dipadati mobil sejak pukul 10.00 WIB, Selasa (28/2/2023), sampai hari Rabu hari ini, pukul 08.00 WIB (1/3/2023) kemacetan belum terurai.

Para sopir truk dan pengemudi mobil juga tak mau mengalah karena tak ada petugas. Akhirnya, para sopir yang atur lalu lintas. 

"Mereka enak-enak tidur, kita begadang semalaman di jalan. Ini bukan lagi macet. Tapi tidak bergerak. Hanya Tuhan yang tahu, kapan kemacetan ini akan terbuka," kata Doni sopir pengangkut ikan, Rabu (1/3/2023) dilansir Kompas.com. 

Doni lantas mengatakan, ia rugi banyak dan tekor karena ikan yang ia bawa dari malam sudah mati di jalanan. 

Baca Juga: Buka IIMS 2023, Jokowi Sebut Macet di Mana-mana, Minta Pengusaha Otomotif Ekspor Saja

Pasrah Kejebak Macet, Truk Batubara Dinilai Biang Keladi 

Setiawan, salah seorang sopir, bahkan sudah pasrah. 15 jam lebih ia terjebak. 

"Dari sore kemarin, kami ini sudah terjebak kemacetan. Kalau sudah begini ya bisanya cuma pasrah dan sabar," kata Setiawan.

Meski sudah terbiasa, ia menyebut macet ini imbas truk-truk batubara yang bergerak serentak pada malam hari, untuk mengangkut batubara dari tambang menuju pelabuhan Talang Duku, Kabupaten Muarojambi.


 

"Kami sopir ini punya jadwal ya, hari ini dan jam sekian misalnya kami harus sudah berangkat, kalau macet, tentu tidak ada lagi waktu istirahat di rumah," kata pria yang akrab disapa Wawan.

"Kalau uang jalan habis, mau tidak mau pakai uang sendiri. Itu artinya setoran bulanan untuk di rumah berkurang," ujarnya.

Baca Juga: Anggota DPRD DKI Minta Heru Budi Selesaikan Persoalan Kemacetan Jakarta

Sopir Batubara Tak Bisa Apa-apa

Sementara itu, Rendi, sopir batu bara mengakui kerap disalahkan imbas macet di tempat ini yang disebutnya sudah sering terjadi, tapi tak ada solusi. 

Dia menyebut, aturan pemerintah untuk angkutan batu bara hanya boleh melintas pukul 18.00 WIB malam.

"Jumlah armada memang banyak, belasan ribu. Kalau batu bara boleh lewat siang, maka kamacetan tidak parah. Kemacetan ini karena ribuan truk batu bara serentak keluar dari tambang, jadi penuh lah jalan," kata Rendi.

Dia berharap, pemerintah menerapkan sistem kuota dan jadwal setiap angkutan batu bara. Sehingga waktu tempuh tidak memakan waktu 3-5 hari di jalanan. Ia juga mengaku tekor jika macet, dan merasa kasihan dengan masyarakat. 

"Kami sedih melihat masyarakat selalu terjebak kemacetan. Ada orang sakit di ambulans sampai meninggal, anak susah mau sekolah," ujarnya 

"Tapi kami (sopir batu bara) butuh makan, kami sudah lapor ke bos, tapi tetap tidak ada solusi. Mau tidak mau kami jalani, setiap hari macet," kata Rendi.

Terkait kemacetan ini, Rendi sudah melapor ke atasannya, tetapi sampai sekarang belum ada solusi baik dari perusahaan tambang batu bara maupun dari pemerintah.




Sumber : Kompas TV/kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x