Kompas TV nasional peristiwa

Setiap Sabtu Keluarga 20 TKI yang Disekap di Myanmar Selalu Waswas karena Dapat Kabar Penyiksaan

Kompas.tv - 5 Mei 2023, 07:55 WIB
setiap-sabtu-keluarga-20-tki-yang-disekap-di-myanmar-selalu-waswas-karena-dapat-kabar-penyiksaan
Nurhaida, ibunda Panji Apriyana (kiri) bersama Ema Ulfatul Hilmiah (tengah), istri M Afrilian dan Djoko Suprijanto (kedua dari kanan), ayah Noviana Indah Susanti menceritakan awal keluarganya jadi korban perdagangan manusia dan kini disekap di Myanmar di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (4/5/2023). (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Desy Afrianti

Saat itu jugalah 20 TKI ini memberikan informasi ke keluarga di tanah air kondisi yang dirasakan di Myanmar. 

Baca Juga: Diduga Jadi Korban Perdagangan Manusia, Pekerja Migran Asal Cikampek Ini Minta Pertolongan!

"Setelah komunikasi handphone diambil lagi sama perusahaan, bahkan sampai sekarang saat penyekapan ini sudah tidak diberi HP, sudah tidak bisa komunikasi lagi," ujar Nurhaida.

Investasi Bodong

Di kesempatan yang sama Djoko Suprijanto, ayah Noviana Indah Susanti korban perdagangan manusia menjelaskan 20 TKI yang disekap di Myanmar bekerja untuk menawarkan investasi bodong. 

Menurut Djoko, di sana tidak hanya mempekerjakan WNI, tapi juga warga negara asing. Untuk WNI mencari target masyarakat Indonesia. Sedangkan warga negara lain juga melakukan hal yang sama ke warga negara mereka. 

Baca Juga: Presiden Jokowi Update Nasib 20 WNI di Myanmar: Kita Usaha Untuk Evakuasi Mereka!

Perusahaan tersebut sudah memiliki data siapa-siapa saja yang akan dihubungi untuk ditawarkan investasi bodong.

"Yang jadi mangsa orang-orang kita juga, mereka sudah punya profiling. Ternyata di sana ada orang Filipina yang dipekerjakan juga dan itu korbannya orang Filipina," ujar Djoko. 

Senada dengan Djoko, Ema Ulfatul Hilmiah, istri M Afrilian yang juga menjadi korban perdagangan manusia menjelaskan sehari para TKI ini diminta untuk menghubungi 17 nomor telepon. Namun setiap bulan target yang harus dihubungi meningkat. 

Menurut Ema di masa awal, TKI ini bekerja hanya untuk mencari nomor telepon. Mulai dari nomor telepon WNI hingga warga negara asing.


"Di awal itu kelompok gitu kerjanya ada yang cari kontak orang Amerika, Kanada dan orang Australia juga ada," ujar Ema. 

"Suami saya itu ditawari kerja sebagai operator marketing. Suami saya bilang harus mencari investor dengan tawaran yang menggiurkan dan kalau dapat investor banyak dan besar nanti bisa pulang dan dapat bonus," ujar Ema.      

Ema menjelaskan di satu bulan pertama suaminya dan 19 TKI lainnya tidak diberi tahu bahwa mereka sudah dijual.

Di bulan Januari 2023, para TKI ini baru diberitahu mereka sudah dijual oleh agen pencari tenaga kerja dengan pembayaran Rp60 juta per orang.

"Manager perusahaan menjelaskan Rp10 juta untuk agen, Rp10 juta untuk leader dan Rp40 juta untuk keluarga di Indonesia. Padahal kita keluarga di Indonesia tidak pernah mendapat uang itu," ujar Ema. 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x