Kompas TV nasional humaniora

496 Tahun Jakarta: Kisah JP Coen, Pendiri Kerajaan Jakarta yang Meninggal karena Muntaber

Kompas.tv - 20 Juni 2023, 09:17 WIB
496-tahun-jakarta-kisah-jp-coen-pendiri-kerajaan-jakarta-yang-meninggal-karena-muntaber
Jan Pieterszoon Coen (Sumber:Kompas.com)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV- Jakarta akan berulang tahun pada 22 Juni. Tahun ini akan berusia 496 tahun. Perjalanan panjang kota ini terbentang sejak era kamar dagang Hindia Belanda (VOC) hingga masa kini. Salah satu sosok yang sering dikaitkan dengan pendirian kota ini adalah Jan Pieterszoon Coen alias JP Coen.

Dalam usia yang relatif muda, 31 tahun,  dia sudah diberi tugas menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda dengan gaji 640 ringgit sebulan pada April 1618. Namun baru pada 21 Mei 1619 ia resmi memangku jabatan tersebut.

Dalam perjalanan ke Jakarta (kala itu bernama Jayakarta), dari Banda, Maluku, dia membawa 1.100 pasukan dan 17 buah kapal. Coen dan pasukannya kemudian mengepung Jakarta yang kala itu berada di bawah kekuasaan tentaraa Sunda (setengahnya dari Banten) tanpa perlawanan yang berjumlah sekitar 6.000-7.000. Semua pasukan Sunda menghilang ke dalam hutan dengan meninggalkan 40 pucuk meriam kuningan dan 6 ton mesiu.

Baca Juga: Warga Jakarta Siapkan Payung, BMKG Prakirakan Jakbar, Jakpus, dan Jaksel Hujan Ringan Siang Ini

Williard A. Hanna, penulis buku sejarah "Hikayat Jakarta" (Yayasan Obor Indonesia, 1988) menyebutkan bahwa setelah masuk ke Jakarta, Coen segera melakukan berbagai tindakan antara lain melakukan blokade untuk pasukan Banten dan Inggris.

Dan yang lebih penting, dia segera mengumumkan otoritas atas wilayah yang dia duduki. "Salah satu tindakan Coen sekembali dari kastil ialah mengumumkan Koninrijk Jakatra (Kerajaan Jakarta, yang tidak ada lagi rajanya kecuali Coen), wilayah yang sejak itu dan seterusnya dikuasai oleh VOC."

Bahkan, Coen merasa tidak perlu memberi tahu tindakannya itu kepada penguasa sebelumnya yaitu Sultan Banten. Luas wilayah "Kerajaan Jakarta" ini 75 mil yang membujur dari utara ke selatan dengan kastil Coen sebagai titik pusat.

Namun dari luas wilayah itu, hanya sebagian kecil yang pernah didatangi Belanda. Sebagian besar malah dikuasi oleh kerajaan Mataram, yang kemudian diminta untuk dilepaskan dengan cara perang pada 1628-1629, namun gagal.

Selama satu abad nama Koninrijk Jakatra digunakan, hingga lambat laun nama Batavia menggantikan (Coen tidak suka dan tidak mendukung perubahan ini). Karena pertumbuhan di sekeliling kota yang jauh ke pinggir, lalu nama Jakarta Landen pun banyak digunakan.

"Daerah ini merupakan peredam antara Banten dan Mataram, keduanya, sesuai merupakan angan-angan Coen, akan jatuh ke tangan Belanda dalam masa yang tidak terlalu," tulis Hanna.

Setelah berhasil "membereskan" urusan dengan Banten dan Mataram, Coen disebut dengan tekun membangun kota Jakarta. Ia membayangkan Jakarta menjadi satu ibu kota dari kerajaan perdagangan yang membentang dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan sampai Jepang dengan orang Belanda yang memonopoli perdagangan luar.  


 

Meski punya ambisi besar, namun umur Coen rupanya tidak panjang. Dia meninggal pada 21 September 1629 dalam usia 42 tahun. Ada dua versi kematiannya. Satu versi menyebut Coen meninggal karena terkena kolera alias muntaber, wabah yang kala itu lazim menimpa warga Jakarta karena sanitasi yang buruk. Sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram pada 1629. 

Dari kedua versi ini kemudian diyakini bahwa Coen meninggal karena terjangkit wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di Sungai Ciliwung setelah peristiwa Serangan Besar di Batavia tahun 1628. Untuk mengenang sang Gubernur Jenderal, pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan sebuah monumen dan patung pendiri Kota Batavia itu pada 1869 bertepatan dengan 250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal Pieter Mijer (1866-1872). 

Baca Juga: [FULL] Waktunya Santai dan Keliling Jakarta | JALAN JALAN

Patung Coen yang berdiri dengan angkuh sambil menunjuk jari telunjuknya dengan mottonya yang terkenal: Dispereet Niet ("pantang berputus asa"). Namun setelah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung Putih yang kini jadi Gedung Kementeria Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, patung dari tembaga ini pun digusur dan dihancurkan pada 7 Maret 1943 selama pendudukan Jepang. Di masa kolonial Belanda, ulang tahun Jakarta selalu diperingati pada 30 Mei, ketika di tanggal tersebut tahun 1619, Coen menghancurkan Jayakarta.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x