Kompas TV nasional humaniora

Pelangi Cina Indonesia: Oey Tambahsia, Playboy dari Betawi

Kompas.tv - 6 Februari 2024, 06:30 WIB
pelangi-cina-indonesia-oey-tambahsia-playboy-dari-betawi
Gerbang kehormatan Tionghoa di Kesawan saat perayaan 25 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina ada September 1923. (Sumber: COLLECTIE TROPENMUSEUM)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kehadiran orang Tionghoa di Indonesia bukan hanya membawa tradisi seperti halnya Imlek, tapi juga beragam sosok yang mewarnai masyarakat di Tanah Air. Salah satunya Oey Tambahsia, seorang playboy yang pernah hadir di tanah Betawi di awal abad ke-19.

Salah satu saksinya adalah Jalan Toko Tiga di Jakarta, yang pernah menjadi pusat perdagangan pada awal abad XX.

Dalam buku "Pelangi Cina Indonesia" yang diterbitkan oleh Intisari (2002) disebutkan bahwa di sekitar toko tiga itulah ada seorang pedagang besar asal Pekalongan, Oey Thoa (baca: Ui Toa).

Bukan hanya kekayannya yang banyak dikagumi orang-orang tapi juga kedermawanannya. Salah satu kebiasaanya adalah memberi sedekah kepada orang miskin setiap tanggal satu dan lima menurut kalender Cina di kala sembahyang di Klenteng Kim Tek Ie.

Baca Juga: Kenapa Perayaan Imlek Identik dengan Warna Merah?

Karena kekayaan dan pengaruhnya, Oey Thoa diberi jabatan Letnan yang membawahi Kongsi Besar. Namun takdir berkata lain, tak lama setelah diberi jabatan bergengsi di masyarakat Tionghoa itu, Oey Thoa meninggal mendadak dalam usia 50 tahun.

Tambahsia yang Sombong

Oey Thoa meninggalkan anak-anak, salah satunya anak ketiga bernama Tambah yang masih 15 tahun, biasa dipanggil Oey Tambahsia. "Sia" adalah semacam gelar kehormatan bagi orang berpangkat.

Meski masih muda, Tambahsia nakalnya minta ampun. Tampangnya memang menawan dan digilai banyak perempuan. Tidak heran ia begitu royal mengeluarkan banyak uang. Ia biasa berkeliling kota sambil menunggang kuda setiap pagi dan sore. Kepalanya ditutup kain sutera yang biasa disebut "karpus".

Sayangnya, dia kurang hormat kepada para petinggi masyarakat Tionghoa saat itu. Sikapnya terkenal songong dan kurang ajar, meski pernah dinasihati oleh anggota Dewan Cina, The Kim Houw agar jangan sombong. Tapi bukannya nurut, Tambahsia malah makin menjadi.

Konon setiap melakukan buang hajat di depan rumahnya di Jalan Toko Tiga, ia akan membersihkan diri dengan lembaran uang kertas. Uang itu diperlakukan seperti tisue pembersih. Tidak heran, banyak orang berebut "uang bekas cebok" itu di sungai bahkan sering menimbulkan keributan.

Namun salah satu perilakunya yang membuat resah masyakat Tionghoa kala itu adalah kebiasaanya menganggu perempuan. Tak peduli perempuan itu isteri orang. Maka, banyak masyarakat kala itu yang menyembunyikan anak gadisnya, takut ketahuan oleh Tambahsia.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x