Kompas TV nasional peristiwa

Pancaroba Tiba, BMKG Imbau Waspada Puting Beliung, Petir/Kilat hingga Hujan Es di Wilayah Ini

Kompas.tv - 26 Februari 2024, 11:54 WIB
pancaroba-tiba-bmkg-imbau-waspada-puting-beliung-petir-kilat-hingga-hujan-es-di-wilayah-ini
Ilustrasi hujan dan angin kencang. BMKG mengimbau waspada potensi cuaca ekstrem berupa angin puting beliung, kilat dan petir serta hujan es di musim Pancaroba (Sumber: Tribunnews)
Penulis : Dian Nita | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika periode pancaroba yang diprakirakan berlangsung pada bulan Maret - April 2024.

Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu di antara musim penghujan dan musim kemarau.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada potensi cuaca ekstrem seperti angin puting beliung, kilat/petir hingga hujan es.

"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Minggu (25/2/2024).

Baca Juga: Terjadi Gempa di Banten dengan Kekuatan 5,7 Magnitudo, BMKG Minta Warga Waspada Gempa Susulan

Dwikorita menyampaikan, berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia.

Hal ini, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April.

Dwikorita menjelaskan salah satu ciri pancaroba atau peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x