Kompas TV nasional peristiwa

BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Panas pada Siang Hari dan Dingin di Malam Beberapa Waktu Terakhir

Kompas.tv - 6 Mei 2024, 11:49 WIB
bmkg-jelaskan-penyebab-cuaca-panas-pada-siang-hari-dan-dingin-di-malam-beberapa-waktu-terakhir
Ilustrasi cuaca cerah. BMKG jelaskan penyebab cuaca panas pada siang hari yang terjadi beberapa hari terakhir (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Dian Nita | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab cuaca panas pada siang hari dan dingin pada malam serta pagi hari yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan, cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini," ungkap Dwikorita di Jakarta, Senin (6/5/2024).

"Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," imbuhnya.

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.

Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

Baca Juga: Ada Bibit Siklon Tropis 91P, BMKG: Wilayah-Wilayah Ini Diprediksi Hujan Lebat hingga Angin Kencang

Suhu panas yang terjadi, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi "gerah" yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Hal ini sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.

Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi.

Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Hari Ini Senin 6 Mei 2024 Hujan Lebat di Beberapa Wilayah dan Gelombang Tinggi

Penyebab Suhu Dingin di Malam hingga Pagi Hari

Terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, terjadinya suhu dingin saat suhu panas melanda terjadi karena variasi suhu antara siang dan malam hari di Indonesia cukup tinggi.

Ia memberikan gambaran, saat suhu di Kota Bogor, Jawa Barat berada di kisaran 29-30 derajat Celcius pada siang hari, maka suhu saat malam hari dapat turun hingga 23 derajat Celcius

“Malam enggak ada sinar Matahari, enggak ada pemanasan. Normal (pagi hari terasa dingin saat suhu panas terjadi),” ujar Guswanto kepada Kompas.com, Sabtu (5/3/2024).

Guswanto menambahkan, walau Indonesia sudah masuk musim kemarau, ada kemungkinan suhu mengalami penurunan atau terasa dingin pada Juni, Juli, dan Agustus.

Pada periode tersebut, akan ada aliran angin Timuran yang bersifat kering tapi dingin dari Australia.

Kondisi tersebut menyebabkan sebagian wilayah di dataran tinggi, seperti di Dieng atau Bromo, bermunculan bulir-bulir kristal es mirip salju. 

"Saat udara dingin dan kering mengarah ke Indonesia, di Dieng dan Bromo akan muncul embun upas atau embun yang membeku," kata dia.

Ia menjelaskan, suhu di dataran tinggi dapat terasa semakin dingin karena suhu mengalami penurunan setengah derajat Celcius per satu kilometer.

Baca Juga: BMKG : Masa Peralihan Sebabkan Cuaca tak Menentu

“Ini yang menyebabkan kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari. Itu tidak hanya di dataran tinggi Dieng tapi juga pegunungan lain,” tutur Guswanto.

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulauJawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.



Sumber : bmkg.go.id, Kompas.com



BERITA LAINNYA



Close Ads x