Kompas TV nasional peristiwa

Mengenang Tragedi Mina 1990: 562 Jemaah Haji Indonesia Meninggal, Korban Dapat Santunan 200 Ribu

Kompas.tv - 18 Juni 2024, 11:10 WIB
mengenang-tragedi-mina-1990-562-jemaah-haji-indonesia-meninggal-korban-dapat-santunan-200-ribu
Headline Koran Kompas soal Tragedi Mina 1990. (Sumber: Intisari-GRID)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Salah satu peristiwa menyedihkan dalam pelaksanaan ibadah haji yang tak terlupakan adalah insiden terowongan Mina yang terjadi pada 2 Juli 1990.

Terowongan Haratul Lisan namanya, menelan nyawa 562 anggota jemaah haji asal Indonesia. Sebagian besar meninggal karena terinjak dan kehabisan napas karena berdesakan di terowongan yang dijejali nyaris 50 ribu orang itu.

Harian Kompas pada 6 Juli 1990 menerbitkan laporan rinci.

"Jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia dalam musibah terowongan Haratul Lisan di Mina, sampai Kamis siang (5/7) tercatat 562 orang. Dari jumlah itu sebanyak 541 orang sudah diketahui identitasnya, kloter (kelompok terbang), dan daerah asalnya, sedangkan 21 orang lainnya masih dalam penelitian," demikian Harian Kompas melaporkan.

Baca Juga: Masalah pada Penyelenggaraan Haji Terulang Setiap Tahun, Timwas DPR Segera Bentuk Pansus

Nama-nama korban itu masih dalam tahap penyusunan untuk pengumuman lebih lanjut oleh Departemen Agama, karenanya hingga pukul 24.00 pada 5 Juli 1990, baru 104 nama yang diumumkan.

Sehubungan dengan musibah ini, Presiden Soeharto memutuskan hari Jumat, 6 Juli 1990 sebagai Hari Berkabung Nasional dengan pengibaran bendera setengah tiang sehari penuh.

Keputusan Hari Berkabung Nasional itu dinyatakan Kepala Negara setelah menerima laporan dari Menko Kesra Soepardjo Rustam selaku Menteri Agama ad interim di kediaman Jalan Cendana, Jakarta, Kamis, 5 Juli 1990.

Soepardjo didampingi Sekjen Departemen Agama Tarmizi Taher, kepada wartawan menjelaskan, jumlah korban dari Indonesia itu berarti 39,2 persen dari 1.426 korban keseluruhan berdasarkan angka resmi yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi.

"Presiden Soeharto menyatakan rasa duka citanya yang dalam atas musibah ini, dan mendoakan semoga arwah mereka diterima di sisi Allah SWT. Kepada keluarga yang ditinggalkan Kepala Negara juga mendoakan semoga mereka tabah menerima musibah ini,” kata Soepardjo.

“Kepada masyarakat umat Islam, Presiden juga menyerukan untuk melakukan sholat gaib setelah shalat Jumat hari ini (7/7).”

Dapat Santunan 200 Ribu

Menko Kesra mengatakan sesuai dengan sistem Ongkos Naik Haji (ONH), jemaah haji tidak diasuransikan. Namun pihak Garuda akan memberikan santunan Rp200.000 kepada setiap anggota jemaah yang meninggal.

Beberapa bank pemerintah yang menerima setoran ONH juga telah menerapkan kebijaksanaan memberikan santunan sebesar nilai ONH.

Menko Kesra mengatakan dengan adanya musibah ini, perlu dibahas lebih lanjut mengenai kemungkinan jaminan asuransi kepada jemaah haji di masa mendatang.

Baca Juga: Alasan Timwas Haji 2024 Minta Perjalanan Haji dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina Dipantau Ketat

Semua korban pun kemudian dimakamkan di Arab saudi. Soepardjo atas nama pemerintah, mengharapkan keikhlasan dari keluarga yang ditinggalkan karena musibah ini di luar kekuasaan manusia.

Dan dalam suasana penuh duka ini, kata dia, tidaklah bijaksana kalau ada yang mencari-cari “kambing hitam”. Ia mengatakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi berusaha semaksimal mungkin menangani musibah ini.

Mengenai yang luka-luka dan masih dirawat di Arab Saudi, serta belum bisa pulang sesuai kloternya, Soepardjo mengatakan mereka akan tetap dirawat di sana.

Tarmizi Taher mengatakan kepada Kompas, “Kami masih mengutamakan jemaah haji yang meninggal dan selanjutnya akan menginventarisasi mereka yang luka dan dirawat di rumah sakit.”

Ia mengatakan biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah Arab Saudi.

Belasungkawa dari Walubi 

Tragedi Mina ini membuat seluruh rakyat Indonesia berkabung. Bahkan, ormas umat Budha di tanah air, Walubi, melalui ketua harian AG Tjetje juga menyatakan akan mengadakan upacara sembahyang dengan memukul beduk dan genta untuk menyatakan duka citanya.

Upacara dilakukan pada Jumat, 7 Juli 1990 pukul 12.00 di seluruh vihara di Indonesia.


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x