“Pak Presiden tidak keberatan ketika kita juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan follow up yang lain,” katanya.
Najwa juga menyoroti momen ketika dirinya mengangkat isu revisi UU Polri. Meski moderator sempat mencoba menghentikan pertanyaan lanjutan, tapi Prabowo justru mempersilakannya untuk melanjutkan.
“Karena memang saya merasa sayang kesempatannya ketika kita mengonfirmasi isu yang penting dan tidak mendapat jawaban tuntas, padahal yang kita tanyakan langsung orang nomor satu di negeri ini,” ujarnya.
Dia mengatakan isu-isu yang diangkat dalam wawancara tersebut sangat beragam, mulai dari demonstrasi menolak Undang-Undang TNI, minimnya partisipasi publik dalam legislasi, RUU Polri, kondisi perekonomian, hingga kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Najwa menilai format wawancara seperti ini bisa menjadi tradisi baru dalam membuka akses media menuju Presiden Prabowo, dan membuka ruang dialog yang sehat antara pemerintah dan masyarakat.
Menurutnya, keragaman media yang dilibatkan di masa depan akan memperluas perspektif yang ditampilkan kepada publik.
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertemu Sejumlah Pemred di Hambalang, Ini Alasannya
“Media yang khusus bicara seni, pertanyaan yang diajukan juga pastinya kan yang berkaitan dengan kepentingan pembacanya. Media olahraga tentu nanti bertanya juga isu-isu olahraga,” kata Najwa.
Ia pun berharap pendekatan semacam ini dapat menjadi jembatan yang memperkuat partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan nasional.
“Saya percaya semakin terbuka, semakin transparan, maka publik juga akan semakin bisa terlibat dalam proses pengambilan keputusan,” katanya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.