Kompas TV regional peristiwa

Pengakuan 2 Wanita Penyedia Makanan Penghuni Kerangkeng: Terbit dan Istri Makan Makanan yang Sama

Kompas.tv - 2 Februari 2022, 05:25 WIB
pengakuan-2-wanita-penyedia-makanan-penghuni-kerangkeng-terbit-dan-istri-makan-makanan-yang-sama
Tim gabungan dari Polda Sumut mendatangi kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat non-aktif Terbit Rencana Perangin-angin. (Sumber: Dok. Polda Sumut via KOMPAS.com)
Penulis : Tito Dirhantoro | Editor : Edy A. Putra

LANGKAT, KOMPAS.TV - Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin mempekerjakan dua wanita yang bertugas untuk menyediakan makanan bagi para penghuni kerangkeng di rumahnya.

Kedua wanita tersebut yakni Rudiyanti dan Rupinih. Setelah heboh kasus dugaan perbudakan di rumah majikannya, keduanya pun angkat bicara.

Baca Juga: Putusan MK: Polisi Boleh Geledah dan Periksa Warga

Dalam kesaksiannya yang dilansir dari TribunMedan, mereka membantah penghuni kerangkeng hanya diberi makan dua kali dalam sehari.

Selain itu, keduanya juga menyebutkan bahwa makanan yang diberikan kepada para penghuni kerangkeng cukup bergizi.

Tak hanya itu, bahkan Terbit Rencana bersama sang istri dan keluarganya juga memakan makanan yang sama dengan para penghuni kerangkeng.

"Kami sekeluarga kecewa, karena dibilang makannya cuman dua kali. Padahal, kami menyediakan 3 kali makan," kata Rudiyanti dikutip dari TribunMedan pada Selasa (1/2/2022).

Baca Juga: LPSK Bongkar Hasil 17 Temuan Soal Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat

Menurut Rudiyanti, bahkan orang-orang yang mendekam di dalam kerangkeng tersebut tak jarang meminta makan lebih kepadanya.

"Bahkan, mereka itu minta makan lagi kepada kami. Kami kasih, kenapa di media dibilang hanya dua kali," ucap Rudiyanti.

Ia mengaku sudah jalan enam bulan bekerja di rumah Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana. Ia pun mengklaim seluruh makanan yang diberikan kepada para penghuni kerangkeng cukup bergizi.

"Kami tidak terima, makanan mereka juga yang bergizi," ujar Rudiyanti.

Baca Juga: Penghuni Kerangkeng Tak Merasa Jadi Korban Meski Ditahan 4 Tahun, LPSK: Bupati Ini Orang Berpengaruh

Rudiyanti mengungkapkan, menu makanan yang biasa disantap para penghuni kerangkeng setiap harinya.

Untuk hari Minggu, Senin, Selasa dan Rabu, misalnya, Rudiyanti mengaku memberikan makanan berupa ikan basah.

Kemudian, pada hari Kamis, Rudiyanti memberikan makanan bergizi berupa tahu dan tempe. Sedangkan hari Jumat yakni daging, kemudian hari Sabtu telur ayam.

Menurut Rudiyanti, jika dirinya memberikan makanan tidak sesuai jadwal, istri Terbit Rencana Perangin Angin, Tiorita, akan marah kepadanya.

Baca Juga: Pemerintah Akan Terapkan Mikro Lockdown, Komisi IX: Pemerintah Harus Pastikan Kehidupan Warga

Terlebih bila dirinya memberikan makanan tidak sehat kepada penghuni kerangkeng.

"Kalau makanan ikan kemasan, ibu Tiorita langsung marah. Orang itu sakit harus dikasih makanan yang sehat," tuturnya.

Selain itu, kata dia, Terbit dan istrinya juga memakan makanan sama, seperti yang dimasak oleh dirinya untuk penghuni kerangkeng.

"Makanan yang kami buat untuk pecandu juga dimakan oleh pak Terbit dan keluarga," katanya.

Sementara itu, Rupinih yang sudah 18 tahun bekerja dengan Terbit, juga mengatakan hal yang sama.

Baca Juga: KPK Siap Fasilitasi Pemeriksaan Bupati Langkat Terkait Kerangkeng Manusia

Selama memberikan makanan kepada para penghuni kerangkeng, tidak ada ikan ataupun sayur yang busuk. Semua makanan, kata dia, dalam keadaan segar.

"Saya sudah 18 tahun, dan memasak kepada mereka. Makanan bergizi. Sayur juga yang segar," ucap Rupinih.

Rupinih juga mengakui telah memberikan makan tiga kali sehari kepada para penghuni kerangkeng.

Adapun Migrant CARE dalam laporannya menyebut bahwa telah terjadi perbudakan modern di rumah Terbit Rencana Perangin Angin.

Baca Juga: Terungkap Kehidupan Penghuni Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat: Dilarang Ibadah hingga Hilang Nyawa

Di mana, para penghuni kerangkeng dipekerjakan secara paksa oleh Terbit. Tidak hanya itu, Terbit juga diduga menyiksa para penghuni kerangkeng.

Temuan terbaru LPSK bahkan menyebutkan ada yang meninggal akibat penyiksaan yang dilakukan oleh algojo Terbit.

Parahnya lagi, para penghuni kerangkeng juga dicampakkan ke dalam kolam ikan bilamana melawan karena dipukuli.

Selain itu, para penghuni dipekerjakan secara paksa dan tidak diberikan upah atau gaji oleh Terbit.

Baca Juga: Belasungkawa untuk Roberto Toledo, Jurnalis Meksiko yang Dibunuh Karena Beritakan Kebenaran

Menurut catatan kepolisian, lebih dari 600 orang pernah mendekam dalam kerangkeng yang sudah didirikan selama 10 tahun itu.

 



Sumber : TribunMedan


BERITA LAINNYA



Close Ads x