Kompas TV regional peristiwa

Seorang Korban Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan Ternyata Polisi, Baru Menikah Setahun Lalu

Kompas.tv - 14 Februari 2022, 15:22 WIB
seorang-korban-tewas-saat-ritual-di-pantai-payangan-ternyata-polisi-baru-menikah-setahun-lalu
Bripda Febriyan Duwi, Bintara Polri yang jadi korban ritual maut di Pantai Payangan Jember. (Sumber: Kolase: Surya.co.id/Instagram)
Penulis : Tito Dirhantoro | Editor : Deni Muliya

Sebelumnya, sebuah ritual berujung maut terjadi di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022).

Adalah rombongan dari padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara yang menjadi korban insiden di Pantai Payangan itu.

Adapun, menurut informasi yang diperoleh jurnalis KOMPAS TV Jember Imron Fahim, insiden tersebut bermula dari kedatangan rombongan itu, Sabtu (12/2) pukul 23.30 WIB.

Baca Juga: Tak Terbendung, Terdengar Isak Tangis Keluarga yang Ditinggal Korban Insiden Ritual Pantai Payangan

Kapolsek Ambulu AKP Makruf menjelaskan, petugas Pantai Payangan sebetulnya telah memberikan peringatan kepada rombongan tersebut saat tiba di lokasi kejadian.

Mengingat, malam itu ombak di Pantai Payangan sedang tinggi-tingginya.

Sehingga warga diimbau agar tidak melakukan kegiatan di sekitar pantai.

"Namun, rombongan itu tetap ke pantai (Payangan) untuk ritual," ungkap Makruf dikutip dari Kompas.com, Minggu.

Akibatnya, Minggu dini hari tadi sekitar pukul 00.25 WIB, rombongan dari padepokan itu terseret ombak karena nekat menggelar ritual.

Baca Juga: Kengerian Ritual Maut Pantai Payangan, Mereka Tak Melihat Tiba-Tiba Ombak Menerjang dan Tergulung

Mengetahui insiden tragis tersebut, warga sekitar Pantai Payangan lantas meminta bantuan pihak kepolisian untuk menyelamatkan orang-orang yang terseret ombak.

Agar proses evakuasi korban berjalan lebih optimal, petugas kepolisian juga berkoordinasi dengan tim SAR dan TNI.

Sementara itu, menurut penuturan salah satu korban selamat, Bayu, mengatakan saat meditasi berlangsung, ombak besar datang dan menghantam mereka. 

“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari saya menghindari ombak kedua,” kata Bayu.

Baca Juga: 11 Orang Tewas Terseret Ombak Saat Ritual di Pantai Payangan, Polisi Masih Selidiki Motif Ritual

Kapolres Jember AKBP Herry Purnomo menceritakan kesaksian korban sebelum kejadian nahas menimpa anggota padepokan tersebut.

Herry menuturkan, proses ritual dimulai dengan membaca doa dan tabur bunga. 

Kemudian, mereka membentuk dua baris lalu masuk ke dalam air sambil bergandengan tangan.

"Di situ mereka membaca doa-doa. Lalu melakukan tabur bunga ke arah laut dengan cara bergandengan tangan, satu dengan yang lain, dua barisan merapat sampai masuk ke dalam air," kata Herry dalam acara Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Minggu.

Ketika memasuki air, salah satu korban selamat menceritakan tak mengetahui dan melihat datangnya ombak yang membuat para pelaku ritual sampai tergulung.

"Cerita mereka saat kejadian, mereka tak melihat, tiba-tiba ombak datang menerjang, dan (orang-orang) tergulung ombak," ujar Herry.

Baca Juga: Ritual Maut Pantai Payangan, Bupati Jember: Cuaca Berbahaya, Tolong Petugas Perketat Penjagaan

Herry menjelaskan, di pantai tempat orang-orang melakukan ritual itu terdapat cerukan dan tebing yang menghalangi pandangan.

"Memang di kawasan tersebut terdapat cerukan. Ketika seseorang berdiri di bibir pantai, kita tidak bisa melihat ombak yang datang dari depan. Karena di situ ada tebing yang menghalangi pandangan," ujar Herry.

Lebih lanjut, Herry mengungkapkan, sebelum padepokan Tunggal Jati Nusantara melangsungkan ritualnya, pihak pantai sudah memberikan imbauan.

Adapun imbauan itu yakni terkait cuaca ekstrem dan potensi gelombang tinggi. Namun ketua kelompok tak mengindahkan peringatan itu.

Baca Juga: Kasus Ritual Pantai Payangan Berujung Maut, Polisi Beberkan Motif dan Awal Mula Kejadian



Sumber : Kompas TV/Tribunnews.com



BERITA LAINNYA



Close Ads x